tag:blogger.com,1999:blog-3138572505505644302024-02-19T14:47:08.723+08:00Trims OfferSmart Habits of People Who Make Things HappenUnknownnoreply@blogger.comBlogger20125tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-22130254088015853852016-08-03T21:54:00.003+08:002016-08-03T22:07:53.600+08:00Suku Banjar Kalimantan Selatan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicqFyRslUY7Arbyy7gDmCIBjHaLqjwt6D5fSEg60_tRG-fBO-IQDS-CNqmegWn8AM8aInYvcgrr7Zvpg-Jvj-bTqXhjgriR5lKp2ZDbJ68e_V58rRaaw72MduncmpWRy19aVuPMllMbPI/s1600/Suku+Banjar+Kalimantan+Selatan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicqFyRslUY7Arbyy7gDmCIBjHaLqjwt6D5fSEg60_tRG-fBO-IQDS-CNqmegWn8AM8aInYvcgrr7Zvpg-Jvj-bTqXhjgriR5lKp2ZDbJ68e_V58rRaaw72MduncmpWRy19aVuPMllMbPI/s640/Suku+Banjar+Kalimantan+Selatan.jpg" width="640" /></a></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><br /></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Suku Banjar adalah hasil pembaruan yang unik dari sejarah sungai-sungai<span class="Apple-converted-space"> </span><em style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-style: italic;">Bahau, Barito, Martapura</em><span class="Apple-converted-space"> </span>dan<span class="Apple-converted-space"> </span><em style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-style: italic;">Tabanio</em>. Suku bangsa Banjar sebagian besar ditempati wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur dan sebagian Kalimantan Tengah terutama kawasan dataran dan bagian hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah tersebut.</span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Kawasan tersebut kemudian terpecah disebelah barat menjadi kerajaan Kotawaringin yang dipimpin Pangeran Dipati Anta Kasuma dan di sebelah timur menjadi kerajaan Tanah Bumbu yang dipimpin Pangeran Dipati Tuha yang berkembang menjadi beberapa daerah: Sabamban, Pegatan, Koensan, Poelau Laoet, Batoe Litjin, Cangtoeng, Bangkalaan, Sampanahan, Manoenggoel, dan Tjingal. Wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur merupakan tanah rantau primer.</span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yaitu wilayah inti dari Kesultanan Banjar meliputi DAS Barito bagian hilir, DAS Bahan (Negara), DAS Martapura dan DAS Tabanio Di daerah ini suku bangsa<span class="Apple-converted-space"> </span><em style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-style: italic;">Maanyan, Lawangan, Bukit</em><span class="Apple-converted-space"> </span>dan<span class="Apple-converted-space"> </span><em style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-style: italic;">Ngaju</em>, dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu dan Jawa, disatukan oleh tahta yang beragama Budha, Shiwa dan paling akhir oleh agama Islam dari kerajaan Banjar yang menumbuhkan suku bangsa Banjar yang berbahasa Banjar dan berkebudayaan Banjar.</span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Bahasa Banjar dan agama Islam dibwa pengaruh kekuasaan dinasti-dinasti banjar di Kayu-Tinggi, membulatkan daerah dan suku bangsa ini menjadi satu kesatuan wilayah suku Bangsa Dayak yang beragama Kaharingan atau Kristen tetap menyebut diri mereka<span class="Apple-converted-space"> </span><em style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-style: italic;">orang Dayak</em>, tetapi mereka yang memeluk agama Islam, berbahasa Banjar meninggalkan Bahasa ibu mereka, dan menyebut dirinya orang Banjar.</span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Pada zaman prasejarah agama orang Bukit, dalah agama balian dan agama Kaharingan pada suku bangsa Dayak tetap bertahan sampai sekarang dan pengaruh unsur-unsur religinya masih terasa dalam kebudayaan Banjar. Pada zaman negara Dipa dan negara Daha, masuk unsur-unsur agama Budha dan Ciwa. Yang masih ada sampai sekarang adalah sisa-sisa subasemen candi Agung dan candi Laras. Untuk candi Laras yang dibangun di atas Punden Tanah Liat Berundak Tiga ini jelas terdapat peninggaln-peninggalan Civaisme, sperti Lingga, Nandi, dn patung-patung yang sudah rusak dan tidak dapt diidentifikasikan lagi.</span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Ketika Belanda masuk, dengan cepat diusahakan gerakan zending dan missi di daerah Barito, pulau Patak, Tamiang Layang, dan Kuala Kapuas. Kebudayaan barat yang paking menentukan pengaruhnya dari Belanda adalah berupa pendidikan Barat, ekonomi uang, hokum dan sebgaianya, di samping agama Kristen.</span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Suku banjar dibagi menjadi tiga bagian yaitu (Banjar) Pahuluan, (Banjar) Batang Banyu, dan Banjar (Kuala). Hal ini karena adanya pendudukan asal Sumatera dan daerah sekitarnya yang membangun tanah air baru di kawasan ini sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang lama sekali akhirnya setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasa dinamakan sebagai suku Dayak, dan dengan imigran-imigran yang berdatangan belakangan-terbentuklah setidak-tidaknya tiga subsuku,</span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><strong style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-weight: bold;">Banjar Pahuluan</strong></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Orang Pahuluan pada asasnya ialah penduduk daerah lembah-lembah sungai (cabang sungai Negara) yang berhulu ke pegunungan Meratus, orang Batang Banyu mendiami lembah sungai Negara, sedangkan orang Banjar (Kuala) mendiami sekitar Banjarmasin (dan Martapura). Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya adalah bahasa Melayu Sumatera atau sekitarnya-, yang di dalamnya terdapat banyak kosa kata asal Dayak dan asal Jawa. Nama Banjar diperoleh karena mereka dahulu-sebelum dihapuskan pada tahun 1860, adalah warga Kesultanan Banjarmasin atau disingkatBanjar, sesuai dengan nama ibukotanya pada mula berdirinya. Ketika ibukotadipindahkan ke arah pedalaman, terakhir di Martapura, nama tersebut nampaknya sudah baku atau tidak berubahlagi.</span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Sangat mungkin sekali pemeluk Islam sudah ada sebelumnya di sekitar keraton yang dibangun di Banjarmasin, tetapi pengislaman secara massal diduga terjadi setelah raja, Pangeran Samudera yang kemudian dilantik menjadi Sultan Suriansyah, memeluk Islam diikuti warga kerabatnya, yaitu bubuhan raja-raja. Perilaku raja ini diikuti elit ibukota,masing-masing tentu menjumpai penduduk yang lebih asli, yaitu suku Dayak Bukit, yang dahulu diperkirakan mendiami lembah-lembah sungai yang sama. Dengan memperhatikan bahasa yang dikembangkannya, suku Dayak Bukit adalah satu asal usul dengan cikal bakal suku Banjar, yaitu sama-sama berasal dari Sumatera atau sekitarnya, tetapi mereka lebih dahulu menetap. Kedua kelompok masyarakat Melayu ini memang hidup bertetangga tetapi, setidak-tidaknya pada masa permulaan, pada asasnya tidak berbaur. Jadi meskipun kelompoksuku Banjar (Pahuluan) membangun pemukiman di suatu tempat, yang mungkin tidak terlalu jauh letaknya dari balai suku Dayak Bukit, namun masing-masing merupakan kelompok yang berdiri sendiri.Untuk kepentingan keamanan, dan atau karena memang ada ikatan kekerabatan, cikal bakal suku Banjarmembentuk komplek pemukiman tersendiri.Komplek pemukiman cikal bakal suku Banjar (Pahuluan) yang pertama ini merupakan komplek pemukiman bubuhan , yang pada mulanya terdiri dari seorang tokoh yang berwibawa sebagai kepalanya, dan warga kerabatnya,dan mungkin ditambah dengan keluarga-keluarga lain yang bergabung dengannya.Model yang sama atau hampir sama juga terdapat pada masyarakat balai di kalangan masyarakat Dayak Bukit, yang pada asasnya masih berlaku sampai sekarang. Daerah lembah sungai-sungai yang berhulu di Pegunungan Meratus ininampaknya wilayah pemukiman pertama masyarakat Banjar, dan di daerah inilah konsentrasi penduduk yang banyak sejak zaman kuno, dan daerah inilah yang dinamakan Pahuluan. Apa yang dikemukakan di atas menggambarkan terbentuknya masyarakat (Banjar) Pahuluan, yang tentu saja dengan kemungkinan adanya unsur Dayak Bukit ikut membentuknya.</span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><strong style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-weight: bold;">Banjar Batang Banyu</strong><strong style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-weight: bold;">.</strong></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Masyarakat (Banjar) Batang Banyu terbetuk diduga erat sekali berkaitan dengan terbentuknya pusat kekuasaan yang meliputi seluruh wilayah Banjar, yang barangkali terbentuk mula pertama di hulu sungai Negara atau cabangnya yaitu sungai Tabalong. Selaku warga yang berdiam di ibukota tentu merupakan kebanggaan tersendiri, sehingga menjadi kelompok penduduk yang terpisah. Daerah tepi sungai Tabalong adalah merupakan tempat tinggal tradisional dari suku Dayak Maanyan dan Lawangan, sehingga diduga banyak yang ikut serta membentuk sub suku Batang Banyu, di samping tentu saja orang-orang asal Pahuluan yang pindah ke sana dan para pendatang yang datang dari luar. Bila di Pahuluan umumnya orang hidup dari bertani (subsistens), maka banyak di antara penduduk Batang Banyu yang bermata pencarian sebagai pedagang dan pengrajin.</span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><strong style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-weight: bold;">Banjar Kuala</strong><strong style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-weight: bold;">.</strong></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;">Ketika pusat kerajaan dipindahkan ke Banjarmasin (terbentuknya Kesultanan Banjarmasin), sebagian warga Batang Banyu (dibawa) pindah ke pusat kekuasaan yang baru ini dan, bersama-sama dengan penduduk sekitar keraton yang sudah ada sebelumnya, membentuk subsuku Banjar. Di kawasan ini mereka berjumpa dengan suku Dayak Ngaju, yang seperti halnya dengan dengan masyarakat Dayak Bukit dan masyarakat Dayak Maanyan atau Lawangan, banyak di antara mereka yang akhirnya melebur ke dalam masyarakat Banjar, setelah mereka memeluk agama Islam. Mereka yang bertempat tinggal di sekitar ibukota kesultanan inilah sebenarnya yang dinamakan atau menamakan dirinya orang Banjar, sedangkan masyarakat Pahuluan dan masyarakat Batang Banyu biasa menyebut dirinya sebagai orang (asal dari) kota-kota kuno yang terkemuka dahulu. Tetapi bila berada di luar Tanah Banjar, mereka itu tanpa kecuali mengaku sebagai orang Banjar.</span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: "Open Sans", "PT Sans", pt_sansregular, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 25px; margin: 0px 0px 25px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: #333439; font-family: arial, helvetica, sans-serif; font-size: x-small;"><a href="http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1247/suku-banjar-kalimantan-selatan" target="_blank">Sumber</a> </span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-37658921796669781372016-08-03T21:54:00.002+08:002016-08-03T21:56:35.050+08:00Asal Mula Kue Kelepon Martapura<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="dropcap" style="color: #990033; float: left; font-size: 75px; line-height: 60px; margin: 0px; padding: 4px 8px 0px 3px;">D</span>ahulu kala, hidup seorang janda bersama putrinya bernama Galuh di suatu daerah di Martapura. Sang janda mempunyai kebiasaan yaitu senang membuat kue, kebiasaan ini di jalaninya sejak sang suami masih hi<span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;">dup hingga suaminya meninggal dunia.</span></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2bQ7Dj5nzdT5asaPHMCih7DrnM0biY0l3IzLX_35PVyMHgyFS3qWwDPuS-49lc9Z4BkWhEOeUtTP8BXNedlfZmXyMdX5i80PXkIggwjgIo8MZUkakhdT_rpTkEHtpDNJpnGAXtzc4jZ0/s1600/Asal+Mula+Kue+Kelepon+Martapura.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2bQ7Dj5nzdT5asaPHMCih7DrnM0biY0l3IzLX_35PVyMHgyFS3qWwDPuS-49lc9Z4BkWhEOeUtTP8BXNedlfZmXyMdX5i80PXkIggwjgIo8MZUkakhdT_rpTkEHtpDNJpnGAXtzc4jZ0/s400/Asal+Mula+Kue+Kelepon+Martapura.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;">Selain demi keluarga sang janda juga membuat kue untuk dijual demi membantu sang suami dalam membangun ekonomi keluarga mereka.</span></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;">Kue buatannya pun sangat lezat dan digemari banyak orang karena itu sang janda banyak mempunyai pelanggan.</span></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;">Orang zaman dulu hanya bisa membuat kue sederhana, misalnya kue buatan sang janda hanya dengan memasukkan beras kedalam lesung.</span></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;">Semua bahan dihaluskan hingga jadi satu dan agak mengeras, karena hawa di lasung yang panas hingga kue seperti dimasak.</span></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;">Kue tersebut di bentuk bulat – bulat menggunakan sendok dicampur gula merah dan kelapa.</span></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;">Kondisinya yang sudah mulai tua membuat fisik sang janda tak sekuat dulu ia pun sering didera sakit – sakitan. Pada suatu malam sang janda sakit dan ingin sekali makan wadai masak di lasung. Di lubuk hati terdalamnya sangat sedih melihat keadaan ibunya yang terbujur sakit dan tak berdaya.</span></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;">Walaupun hari telah malam, melihat keinginan ibunya yang sedang sakit Galuh pergi ke dapur untuk membuat kue. Sambil merebus air Galuh segera mulai membuat kue dengan memasukkan beras kedalam lasung.</span></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;">Ternyata lasung baru saja dicuci dengan air dan ditengkurapkan guna mengeringkan air yang meresap di lasung. Setelah itu Galuh hendak memakai lasung maka di ambilnya lasung dan ternyata terdapat kalajengking. Galuh terkejut dan takut, ibunya yang sedang istirahat ditempat tidur ikut terkejut mendengar teriakan Galuh, kemudian menanyakan apa yang terjadi, namun Galuh berusaha menyembunyikan apa yang sudah ia temukan di lasung, karena tak ingin ibunya khawatir Galuh mengatakan tak ada apa–apa.</span></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;">Pada masa itu tak ada kompor, memasak hanya dengan menggunakan kayu. Sang janda menyadari Galuah sudah sangat lama berada di dapur namun tak ada juga bunyi lesung.</span></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;">Lama Sang janda memanggil, ” luh, lambatnya, kenapa ? “. ” Hadangpun” sahut sang anak.</span></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;">Sang ibu sedikit jengkel dengan anaknya, sang ibu merasa bahwa sudah lama anaknya berada di dapur tapi belum juga terdengar lasung berbunyi tanda beras dihaluskan. Kemudian membandingkan merebus air dikendi yang besar saja sudah mendidih, tapi Galuh belum juga menghalusakan adonan kue.</span></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;">Sang ibu memanggil Galuh kembali, “ luh balum haja kah? ”. “KALAPUN” jawaban Galuh menyahuti pertanyaan ibunya. Galuh merasakan kejengkelan ibunya, Galuh berusaha memberitahukan ibunya ada kalajengking di dalam lasungnya, sehingga terlambat membuat kue. Karena gugup sahutan Galuh terhadap ibunya menjadi “KALAPUN”.</span></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;">Pada saat itu ada tetangga yang datang kerumah Galuh, karena mendengar ibu Galuh sakit. Saat datang, ibu Galuh meminta tetangganya tersebut mencicipi kkue buatan Galuh, hasilnya sama ketika ibu Galuh pertama mencoba kue tersebut. Tetangga kemudian bertanya apa nama kue trsebut, Galuh terdiam ia tak tau apa nama kue tersebut karena kue itu ia buat sendiri tanpa petunjuk siapapun, bahkan terkesan sembarangan karena hanya ingin ibunya cepat mencicipi kuenya dan tak ingin sang ibu merasa marah ataupun jengkel kepadanya. Saat Galuh terdiam tetangganya heran, dan kembali menanyakan nama kue enak buatan Galuh tersebut. Sang janda ingat bahwa tadi putrinya Galuh menyebut kalapun, lalu ia mengatakan bahwa kue tersebut bernama KALAPUN.</span></span></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fdfbf8; color: #555555; font-family: Arial, Tahoma, "Century gothic", sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;">Sejak saat itu kue tersebut dijadikan Galuh sumber rezekinya. Galuh tak ingin lagi ibunya yang sudah tua dan sakit – sakitan berdagang kue, Galuh mengambil alih semua yang dilakukan ibunya. Galuh mencari rezeki untuk hidup ia dan ibunya dengan berdagang kue kelepun.</span></span><br />
<br />
<span class="userContent" style="margin: 0px; padding: 0px;"><span class="text_exposed_show" style="margin: 0px; padding: 0px;"><a href="http://www.lisan-alfaqir.com/2014/07/asal-mula-kue-kelepon-martapura.html" target="_blank">Sumber</a> </span></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-33894257577022186402016-08-03T21:33:00.001+08:002016-08-03T21:33:10.530+08:00Cerita Menarik di Balik Masjid Tertua di Kalimantan Selatan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTrxlNUGimjWgtavVLRL6wu2PPcsnp1-_3akH3WUkFg4BaI5ZsuyCwhCx4oqpD1VO-ETqjxuZap4u6_iH6lzVSK0ZMr2vX7ZmtGaupcN1Of3khNSbqyNfGXpa0l0D6lKzkUjbfCuSr8Nc/s1600/Cerita+Menarik+di+Balik+Masjid+Tertua+di+Kalimantan+Selatan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTrxlNUGimjWgtavVLRL6wu2PPcsnp1-_3akH3WUkFg4BaI5ZsuyCwhCx4oqpD1VO-ETqjxuZap4u6_iH6lzVSK0ZMr2vX7ZmtGaupcN1Of3khNSbqyNfGXpa0l0D6lKzkUjbfCuSr8Nc/s640/Cerita+Menarik+di+Balik+Masjid+Tertua+di+Kalimantan+Selatan.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Masjid Sultan Suriansyah di Jalan Alalak Utara RT 5, Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Berdasarkan fakta sejarahnya, masjid ini dibangun saat Islam baru saja merambah Kalimantan Selatan.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Diperkirakan pembangunannya pada 1526 masehi, tak lama setelah raja Kerajaan Banjar pertama, Pangeran Samudera yang kemudian bergelar Sultan Suriansyah memeluk Islam dan diikuti oleh seluruh rakyatnya.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Masjid ini dinamai Masjid Sultan Suriansyah karena dibangun atas prakarsa dan di masa pemerintahan Sultan Suriansyah. Sebelumnya, suku Banjar beragama Hindu, namun sejak memeluk Islam, otomatis diperlukan tempat ibadah berupa masjid yang memadai untuk menampung jemaahnya.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Akhirnya, atas ide sang Sultan, dibangunlah masjid ini, kemudian dinamai Masjid Sultan Suriansyah. Masjid ini tergolong destinasi wisata kuno di Kalimantan Selatan. Mengingat usia masjid tersebut yang pada 2015 ini genap berumur 489 tahun, masjid ini memiliki banyak keunikan.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Dari segi fisiknya, bangunan masjid ini sarat dengan budaya Banjar, nilai-nilai akidah Islam dan menyimbolkan tentang sejarah awal kedatangan Islam di Bumi Lambung Mangkurat ini. Arsitektur masjid ini menggunakan bangunan berundak, bertingkat empat.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Kubah masjidnya berbentuk kerucut. Di bagian atasnya ada semacam tongkat berukir. Bagian atapnya pun penuh ukiran khas Banjar. Keseluruhan bangunan masjid ini masih berbahan kayu ulin. Kayu ulinnya masih tampak kokoh, bersih dan terawat.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Umumnya masjid di Banjarmasin awalnya berbahan ulin namun karena dimakan usia, lantas banyak yang lapuk, sehingga diganti dengan semen. Namun, berbeda dengan Masjid Sultan Suriansyah.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
"Bisa dikatakan, masjid ini masjid tua di Banjarmasin yang masih berbahan ulin keseluruhannya. Walau pernah direnovasi beberapa kali, tetapi bahan ulinnya masih dipertahankan," jelas pengurus masjid ini, Muhammad Zailani.</div>
<h6 style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: OpenSans-B, helvetica, sans-serif; font-size: 0.786em; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 1.2; margin: 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-rendering: optimizeLegibility; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="kalsel" height="393" src="http://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/masjid_20150901_155424.jpg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" title="kalsel" width="700" /><br style="box-sizing: border-box;" />Masjid berusia 489 tahun ini memiliki banyak keunikan. (Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)</h6>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Soal arsitekturnya, ternyata ada pengaruh besar dari masjid di Demak, Jawa Tengah. Berdasarkan fakta sejarahnya, penyebaran Islam di Kalimantan Selatan memang berasal dari Demak.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Menurut kisahnya, dulu Sultan Suriansyah dan seluruh rakyat Kerajaan Banjar beragama Hindu. Dia terlibat perang saudara dengan pamannya, Pangeran Tumenggung.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Disebutkan dalam Hikayat Banjar, Pangeran Samudera yang santun disenangi kakeknya, Maharaja Sukarama yang berkuasa di Kerajaan Negara Daha yang situsnya sekarang berada Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Maharaja kemudian memutuskan untuk mewariskan tahtanya ke cucunya ini. Hal itu membuat sang paman yang merupakan anak pertama sang raja, yaitu Pangeran Tumenggung berang. Sejak lama sang paman memang mengincar takhta kerajaan.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Akhirnya, agar tak dibunuh sang paman, Pangeran Samudera melarikan diri dengan menyamar sebagai nelayan dan berkelana hingga ke daerah Kuin di Bandarmasih (nama lama Banjarmasin). Sementara Pangeran Tumenggung naik tahta memerintah Tanah Banjar dengan membuat kerajaan baru bernama Kerajaan Negara Dipa.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Karena Pangeran Samudera seorang berperilaku halus sehingga dia banyak disukai warga. Kabar itu didengar oleh Patih Masih yang menguasai Bandarmasih kala itu.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Karena Patih Masih tak menyukai Pangeran Tumenggung, akhirnya dia dan beberapa patih lainnya sepakat membentuk kerajaan tandingan, yaitu Kerajaan Banjar dengan rajanya adalah Pangeran Samudera.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Hal ini membuat Pangeran Tumenggung makin berang dan kian berambisi membunuh keponakannya itu. Sejak berdirinya kerajaan ini, Pangeran Samudera dan sang paman selalu terlibat perang saudara dengan kekalahan yang silih berganti.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Untuk memenangi perang ini, Pangeran Samudera kemudian meminta bantuan Kerajaan Demak. Pihak Kerajaan Demak menyanggupinya, dengan syarat Raja Banjar dan seluruh rakyatnya bersedia memeluk Islam, baik nanti hasilnya menang ataupun kalah.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Syarat ini disanggupi Pangeran Samudera. Dia kemudian memeluk Islam dan memerintahkan seluruh rakyatnya untuk ikut serta menjadi muslim.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; margin: 3px 0px 10px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Perang akhirnya berakhir damai, karena saat berhadapan Pangeran Samudera tak sanggup membunuh pamannya dan sang paman pun luluh hatinya menyesali kezalimannya di hadapan keponakannya sendiri. Tak lama kemudian dibangunlah Masjid Sultan Suriansyah ini.</div>
<span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #4b4b4b; display: inline !important; float: none; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">"Pada saat itu, karena sebelumnya orang Banjar ini Hindu, jadi tak tahu harus membangun masjid dengan model apa. Karena banyak berinteraksi dengan Kerajaan Demak dalam syiar Islam, akhirnya arsitekturnya meniru masjid di Demak," jelasnya.</span><br />
<span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #4b4b4b; display: inline !important; float: none; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;"> </span><br />
<div class="side-article txt-article" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; box-sizing: border-box; color: #4b4b4b; font-family: Lucida, helvetica, sans-serif; font-size: 16.002px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24.003px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<h6 style="box-sizing: border-box; color: inherit; font-family: OpenSans-B, helvetica, sans-serif; font-size: 0.786em; font-weight: 400; line-height: 1.2; margin: 0px 10px; text-rendering: optimizeLegibility;">
<img alt="masjid" height="393" src="http://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/masjid-tua_20150901_155709.jpg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" title="masjid" width="700" /><br style="box-sizing: border-box;" />Arsitektur masjid ini dipengaruhi Masjid Demak, Jawa Tengah. (Banjarmasin Post/Yayu)</h6>
<div class="side-article txt-article" style="box-sizing: border-box;">
<div class="side-article txt-article" style="box-sizing: border-box;">
<div class="side-article txt-article" style="box-sizing: border-box;">
<div class="side-article txt-article" style="box-sizing: border-box;">
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
<br /></div>
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
Uniknya, arsitektur masjid ini memiliki banyak simbol tersirat yang jarang diketahui generasi muda sekarang. Di antaranya adalah empat tingkatan bangunan masjid ini yang sarat dengan simbol keislaman.</div>
<div class="side-article txt-article" style="box-sizing: border-box;">
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
Bagian bawahnya, berupa bangunan tempat salat menyimbolkan syariat berupa ilmu tentang Islam. Tingkatan kedua, berupa badan masjid yang beratap melandai dan bangunannya yang persegi empat, merupakan simbol kerjakan syariat Islam.</div>
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
"Ini menyimbolkan tarikat Islam. Setelah di tingkatan pertama menyimbolkan ilmu tentang Islam, artinya sudah diberi ilmu selanjutnya ya harus dikerjakan atau dipraktekkan ilmunya," paparnya.</div>
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
Tingkatan ketiga, wujudnya sama seperti yang pertama dan kedua, namun ukurannya lebih kecil, menyimbolkan hakikat Islam, yaitu yang menolong. Artinya, setelah dapat ilmu tentang Islam, sudah dipraktekkan, lalu untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari harus ada yang menolong.</div>
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
Selain itu, arsitektur bangunannya ini menyimbolkan arti lainnya, yaitu adanya pengaruh besar Kerajaan Demak dalam penyiaran Islam di Kalimantan Selatan. Tak hanya itu, jika dilihat di bagian dalam masjid ini, sarat dengan simbol-simbol Islam dan nuansa khas Banjar.</div>
<div class="side-article txt-article" style="box-sizing: border-box;">
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
Simbol Islam bisa dilihat dari banyaknya ukiran kaligrafi Arab berupa ayat-ayat Alquran dan nama Allah. Di banyak bagian lainnya, ada ukiran-ukiran khas Banjar seperti manggis, nanas, tali dan bunga. Semuanya memiliki arti khusus tentang karakter orang Banjar.</div>
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
Nanas misalnya, memiliki arti sebagai pembersih hati dan jiwa yang kotor dari nafsu-nafsu setan. Hal ini sesuai dengan sifat nanas yang memiliki zat kimia yang mampu melunturkan kotoran sekeras apa pun yang melekat pada benda.</div>
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
"Kalau manggis artinya lain lagi. Manggis di luarnya berkulit hitam, di dalamnya ternyata putih. Ini menyimbolkan seburuk-buruknya manusia, pasti ada baiknya juga. Artinya, kita tidak boleh menilai seseorang dari luarnya saja," sebutnya.</div>
<div class="side-article txt-article" style="box-sizing: border-box;">
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
Kemudian, ada lagi simbol tali yang bermakna ukhuwah islamiyah atau persaudaraan sesama orang Islam. "Kalau bunga itu simbol keindahan. Artinya orang Banjar sebagai bagian dari umat Islam harus indah dalam hal akhlaknya, tutur katanya, dan sebagainya," lanjutnya.</div>
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
Di bagian tengah masjid ini, ada empat tiang guru yang masih asli sejak pertama dibangun. Ada cerita menarik dalam peletakan tiang guru ini saat pembangunannya dulu. Menariknya adalah, sangat sarat dengan budaya Banjar dan pengaruh Hindu di masa lalu.</div>
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
Konon, dulu saat diletakkan, di bagian atas tiang guru ditaruh wafak, yaitu jimat khas Banjar berupa tulisan Arab yang dirajah berisi doa-doa. Tujuannya sebagai media pelindung bangunan agar senantiasa damai dan selamat dari bahaya.</div>
<div class="side-article txt-article" style="box-sizing: border-box;">
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
"Saya mendengar kisahnya seperti itu. Itu kan pengaruh budaya Hindu. Tapi karena ini masjid, kemudian ditambahi doa-doa permohonan kepada Allah agar masjid dan jemaah yang beribadah di dalamnya damai dan selamat," tuturnya.</div>
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
Dari segi bangunannya, kendati banyak dipengaruhi arsitektur masjid di Demak, tak seluruhnya masjidnya bernuansa Demak. Masjid ini bertipe panggung, seperti halnya bangunan-bangunan lainnya di Banjarmasin yang bertipe rumah panggung.</div>
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
Hal itu disebabkan kontur tanahnya yang rawa sehingga diperlukan fondasi kuat bertipe panggung agar bangunan tak mudah roboh. "Kalau masjid di Demak tidak bertipe panggung. Kalau di sini panggung," katanya.</div>
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
Lokasi masjid ini sangat mudah dijangkau. Letaknya di pinggiran kota Banjarmasin, tepatnya di tepi Sungai Kuin. Bisa dijangkau dengan kendaraan umum seperti ojek dan becak maupun kendaraan pribadi. Bisa juga dengan perahu atau kelotok.<em style="box-sizing: border-box;"><span class="Apple-converted-space"> </span><strong style="box-sizing: border-box; font-family: OpenSans-B, sans-serif;">(Wartawan Banjarmasin Post/Yayu Fathilal)</strong></em></div>
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
<br /></div>
<div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.5; margin: 3px 0px 10px;">
<a href="http://travel.kompas.com/read/2015/09/07/170600827/Cerita.Menarik.di.Balik.Masjid.Tertua.di.Kalimantan.Selatan?page=all" target="_blank"><span style="box-sizing: border-box;"><span style="box-sizing: border-box; font-family: OpenSans-B, sans-serif;">Sumber</span></span></a><em style="box-sizing: border-box;"><strong style="box-sizing: border-box; font-family: OpenSans-B, sans-serif;"> </strong></em></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-76080891118647103272016-08-03T21:27:00.000+08:002016-08-03T21:27:24.838+08:00Orang Banjar dan Dayak di Kalimantan Selatan: Asal Usul dan Perhubungan Mereka<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://scontent-sit4-1.xx.fbcdn.net/v/t1.0-9/28587_395894083050_8324908_n.jpg?oh=ff1799a6b9517b901ab53b15708fb580&oe=581B02CF" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" class="photo_img img" src="https://scontent-sit4-1.xx.fbcdn.net/v/t1.0-9/28587_395894083050_8324908_n.jpg?oh=ff1799a6b9517b901ab53b15708fb580&oe=581B02CF" style="border: 0px none; margin-top: 0px; max-width: 100%; padding: 0px;" title="" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Portret van de ronggo van Banjarmasin met gevolg en kinderen 1860. </span><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Sumber : Troopen Museum, Amsterdam.</span></td></tr>
</tbody></table>
<span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;"></span><span class="photo " style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;"></span><br />
<span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Oleh : Dr.Mohamed Salleh Lamry**</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kalimantan Selatan Selayang Pandang</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Provinsi Kalimantan Selatan kini ialah provinsi yang terkecil dari empat provinsi di Kalimantan. Bagaimanapun, tidak demikian pada masa yang lalu. Sehingga tahun 1957 Kalimantan Selatan ialah provinsi besar, yang merupakan gabungan dari Wilayah Kotawaringan, Dayak Besar, Daerah Banjar dan Federasi Kalimantan Tenggara. Kalimantan Selatan pada masa itu mengandungi provinsi yang kini dikenali sebagai Kalimantan Tengah.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Setelah orang Dayak di Kalimantan Tengah meminta provinsi mereka sendiri dengan melancarkan perang gerila dan mendapat sokongan dari Jakarta, mereka telah memperoleh provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 1957. Wilayah Kotawaringin dan Dayak Besar dikeluarkan dari Kalimantan Selatan untuk membentuk provinsi Kalimantan Tengah. Sementara itu, Pasir (bahagian Federasi Kalimantan Tenggara) juga telah keluar dari Kalimantan Selatan dan bergabung dengan Kalimantan Timur. Dengan itu, Kalimantan Selatan kini hanya terdiri daripada Daerah Banjar dan sebahagian dari daerah Federasi Kalimantan Tenggara.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Walaupun kini Kalimantan Selatan merupakan provinsi yang terkecil, tetapi provinsi ini adalah provinsi yang paling padat penduduknya. Mengikut sensus penduduk tahun 2000 Kalimantan Selatan mempunyai penduduk 2,975,440 orang, sementara luas wilayah yang mereka diami hanya 37,660 km atau 14,000 batu persegi (Muller 1992).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Mengikut sensus 2000 juga, ada delapan etnik terbanyak di Kalimantan Selatan, iaitu Suku Banjar (2,271,586 orang), suku Jawa (391,030 orang), Suku Bugis (73,037 orang), Suku Madura (36,334 orang) Suku Bukit (35,838 orang), Suku Mandar (29,322 orang), Suku Bakumpai (20,609 orang), dan Suku Sunda (18, 519 orang). Suku lain, yang tidak dinyatakan namanya ialah 99,165 orang.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Dari data di atas, pada masa ini Suku Banjar ialah majoriti penduduk Kalimantan Selatan, sementara Suku Dayak (Bukit dan Bakumpai) kurang sepertiga dari jumlah Suku Banjar. Sebelum tahun 1957, ketika Kalimantan Tengah masih merupakan sebahagian daripada Kalimantan Selatan, jumlah Suku Dayak tentulah lebih banyak lagi.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Secara umum dapat dikatakan bahwa di Kalimantan (termasuk Kalimantan Selatan) suku Dayak menghuni kawasan pedalaman, sementara daerah pantai atau daerah hilir yang mengitari kawasan itu di huni oleh suku Banjar, Jawa, Bugis dan suku lainnya (Masri Singarimbun 1996: 258).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Asal Usul Orang Banjar</span><br />
<br />
<span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;"><span class="photo " style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;"><img alt="" class="photo_img img" src="https://scontent-sit4-1.xx.fbcdn.net/v/t1.0-9/28587_395894013050_1524325_n.jpg?oh=85ab7c2ff0b6a5e85b499cc2e979ab70&oe=58285439" style="border: 0px none; margin: 0px; max-width: 100%; padding: 0px;" title="" /></span> </span><br />
<br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;"></span>
<span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;"> </span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Mengenai asal usul orang Banjar, pada masa ini sekurang-kurangnya ada dua pendekatan yang cuba menerangkan fenomena tersebut. Pertama, pendekatan primordialisme yang dikemukakan oleh Alfani Daud. Kedua, pendekatan konstruktifis atau situasionalis yang pada mulanya dikemukakan oleh Idwar Saleh (1986), kemudian dikembangkan oleh Marko Mahin (2004).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Mengikut Alfani Daud (1997; 2004: 85) suku bangsa Banjar ialah penduduk asli sebagian wilayah provinsi Kalimantan Selatan, yaitu selain kabupaten Kota Baru. Mereka itu diduga berintikan penduduk asal Sumatera atau daerah sekitarnya lebih dari seribu tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang lama sekali, dan setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli, yang biasanya dinamakan secara umum sebagai suku Dayak, dan dengan imigran yang datang kemudian, akhirnya terbentuklah setidak-tidaknya tiga sub-suku, iaitu Banjar Pahuluan, Banjar Batang Banyu dan Banjar Kuala.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Orang Pahuluan pada asasnya ialah penduduk daerah lembah sungai-sungai (cabang sungai Negara) yang berhulu ke Pegunungan Meratus. Orang Batang Banyu mendiami lembah sungai Negara, sedangkan oang Banjar Kuala mendiami daerah sekitar Banjarmasin dan Martapura.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang pada asasnya ialah bahasa Melayu – sama halnya seperti ketika mereka berada di daerah asalnya di Sumatera atau sekitarnya – yang di dalamnya terdapat banyak sekali kosa kata yang berasal dari kosa kata Dayak dan Jawa.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Nama Banjar diperoleh kerana mereka dahulu, sebelum dihapuskan pada tahun 1860, adalah warga Kesultanan Banjarmasin atau dianggap sebagai Banjar, sesuai dengan nama ibukotanya pada masa mula-mula didirikan. Ketika ibukota dipindahkan arah ke pedalaman, terakhir di Martapura, nama Banjar tersebut nampaknya sudah diterima umum dan tidak berubah lagi.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Dari segi agama, boleh dikatakan semua orang Banjar memeluk agama Islam. Dan mereka pada umumnya ialah orang yang taat menjalankan perintah agamanya.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Mengikut Idwar Saleh (1986: 12) pula, sebelum dan pada awal berdirinya Kesultanan Islam Banjar, baik etnik Banjar maupun etnik Dayak sama sekali tidak disebut. Hal itu bererti, Banjar, pada waktu itu belum menjadi identiti suku atau agama, dan hanya sebagai identiti diri yang merujuk pada kawasan teritorial tertentu yang menjadi tempat tinggal mereka. Dengan itu, Idwar Saleh menyimpulkan:</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Demikian kita dapatkan keraton keempat adalah lanjutan dari kerajaan Daha dalam bentuk kerajaan Banjar Islam dan berpadunya suku Ngaju, Maayan dan Bukit sebagai inti. Inilah penduduk Banjarmasih ketika tahun 1526 didirikan. Dalam amalgamasi (campuran) baru ini telah bercampur unsur Melayu, Jawa, Ngaju, Maayan, Bukit dan suku kecil lainnya diikat oleh agama Islam, berbahasa Banjar dan adat istiadat Banjar oleh difusi kebudayaan yang ada dalam keraton….Di sini kita dapatkan bukan suku Banjar, kerana kesatuan etnik itu tidak ada, yang ada adalah group atau kelompok besar iaitu kelompok Banjar Kuala, kelompok Banjar Batang Banyu dan kelompok Banjar Pahuluan. Yang pertama tinggal di daerah Banjar Kuala sampai dengan daerah Martapura. Yang kedua tinggal di sepanjang Sungai Tabalong dari muaranya di Barito sampai dengan Kelua. Yang ketiga tinggal di kaki pegunungan Meratus dari Tanjung sampai Pelaihari. Kelompok Banjar Kuala berasal dari kesatuan- etnik Ngaju, kelompok Banjar Batang Banyu berasal dari kesatuan- etnik Maayan, kelompok Banjar Pahuluan berasal dari kesatuan- etnik Bukit. Ketiga ini adalah intinya. Mereka menganggap lebih beradab dan menjadi kriteria dengan yang bukan Banjar, iaitu golongan Kaharingan, dengan ejekan orang Dusun, orang Biaju, Bukit dan sebagainya.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Selanjutnya menurut Idwar Saleh (1991):</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Ketika Pangeran Samudra mendirikan kerajaan Banjar ia dibantu oleh orang Ngaju, dibantu patih-patihnya seperti Patih Balandean, Patih Belitung, Patih Kuwin dan sebagainya serta orang Bakumpai yang dikalahkan. Demikian pula penduduk Daha yang dikalahkan sebagian besar orang Bukit dan Manyan. Kelompok ini diberi agama baru iaitu agama Islam, kemudian mengangkat sumpah setia kepada raja, dan sebagai tanda setia memakai bahasa ibu baru dan meninggalkan bahasa ibu lama. Jadi orang Banjar itu bukan kesatuan etnis, tetapi kesatuan politik, seperti bangsa Indonesia.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Maka, berdasarkan pendapat Idwar Saleh (1991) dapat diambil kesimpulan, bahawa suku Banjar terbahagi kepada 3 subetnis berdasarkan wilayah tempat tinggal mereka dan unsur pembentuk suku itu, yang menggambarkan masuknya penduduk pendatang ke wilayah penduduk asli Dayak:</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">1. Banjar Pahuluan ialah campuran Melayu dan Bukit (Bukit sebagai ciri kelompok).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">2. Banjar Batang Banyu ialah campuran Melayu, Maayan, Lawangan, Bukit dan Jawa (Maanyan sebagai cirri kelompok)</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">3. Banjar Kuala ialah campuran Melayu, Ngaju, Barangas, Bakumpai, Maayan, Lawangan, Bukit dan Jawa (Ngaju sebagai ciri kelompok).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Adalah diakui pendapat yang dikemukakan oleh Alfani Daud dan Idwar Saleh masing-masingnya mempunyai kekuatan yang tersendiri. Namun, tulisan-tulisan terakhir tentang asal usul orang Banjar saya dapati lebih banyak yang memihak kepada pendapat Idwar Saleh. Misalnya, tim penelitian dari Departmen Pendidikan dan Kebudayaan (1977-78: 17) merumuskan bahawa Suku Banjar yang terdiri dari Banjar Kuala, Banjar Batang Banyu dan Banjar Hulu adalah bentukan dari Suku Dayak Maayan, Dayak Lawangan, Dayak Bukit Meratus dan Dayak Ngaju. Melalui proses pembauran yang memakan waktu berabad-abad, kelompok Dayak yang menggunakan bahasa Banjar, beragama Islam dan bercampur dengan suku Melayu dan Jawa lambat laun dalam kerajaan Banjar menjadi Suku Banjar, sementara yang tidak memeluk Islam dan tidak berbahasa Banjar, tetap menyebut diri mereka sebagai Dayak.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Asal Usul Orang Dayak</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Orang-Boekit uit de Afdeeling Amoentai, 1881.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Sumber : KITLV Leiden.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Ada pelbagai pendapat tentang asal-usul orang Dayak, tetapi setakat ini belum ada yang betul-betul memuaskan. Namun, pendapat yang diterima umum menyatakan bahawa orang Dayak ialah salah satu kelompok asli terbesar dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan (Tjilik Riwut 1993: 231). Gagasan tentang penduduk asli ini didasarkan pada teori migrasi penduduk ke Kalimantan. Bertolak dari pendapat itu adalah dipercayai bahawa nenek moyang orang Dayak berasal dari China Selatan, sebagaimana yang dinyatakan oleh Mikhail Coomans (1987: 3):</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">"…semua suku bangsa Daya termasuk pada kelompok yang bermigrasi secara besar-besaran dari daratan Asia. Suku bangsa Daya merupakan keturunan daripada imigran yang berasal dari wilayah yang kini disebut Yunnan di Cina Selatan. Dari tempat itulah kelompok kecil mengembara melalui Indo China ke jazirah Malaysia yang menjadi loncatan untuk memasuki pulau-pulau di Indonesia, selain itu, mungkin ada kelompok yang memilih batu loncatan lain, yakni melalui Hainan, Taiwan dan Filipina. Perpindahan itu tidak begitu sulit, kerana pada zaman glazial (zaman es) permukaan laut sangat turun (surut), sehingga dengan perahu-perahu kecil sekalipun mereka dapat menyeberangi perairan yang memisahkan pulau-pulau itu."</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Adalah dipercayai bahawa penduduk Yunnan pada masa itu melakukan perpindahan untuk mencari tempat yang dianggap paling dapat memberikan kebebasan bergerak utnuk mencari nafkah, khususnya untuk berladang dan berburu. Rupanya perpindahan itu tidak hanya sekali terjadi, tetapi berlangsung secara bertahap, seperti dikatakan Coomans (1987:3):</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kelompok-kelompok pertama yang masuk wilayah Kalimantan ialah kelompok Negrid dan Weeddid, yang sekarang sudah tidak ada lagi. Kemudian disusul oleh kelompok yang lebih besar, yang disebut Proto Melayu. Perpindahan ini berlangsung lagi selama 1000 tahun, antara 3000-1500 sebelum Masehi.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Lebih lanjut disebutkan bahawa, “Sekitar lima ratus tahun sebelum Masehi berlangsung lagi suatu perpindahan besar dari daratan Asia ke pulau-pulau Indonesia. Kelompok-kelompok ini disebut Deutro-Melayu” (Coomans 1987: 4).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Mengikut Tjilik Riwut (1993: 231) Orang Proto Melayu (Melayu Tua) pada mulanya mendiami kawasan pantai. Akan tetapi, dengan kedatangan orang Melayu Muda, orang Melayu Proto terdesak ke pedalaman, sama ada kerana kalah perang atau kerana kebudayaan Melayu Tua lebih rendah jika dibandingkan dengan Melayu Muda. Kelompok Melayu Muda khasnya, sudah hidup menetap dalam satu komuniti, (seperti rumah panjang), dan mengenal teknik pertanian lahan kering, iaitu berladang.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Seorang penulis lain, Ch.F.H.Dumont (dipetik dari Tjilik Riwut 1993: 191) merujuk khusus kepada perpindahan orang Dayak ke pedalaman, seperti berikut:</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Orang-orang Dayak ialah penduduk pulau Kalimantan yang sejati, dahulu mereka ini mendiami pulau Kalimantan, baikpun pantai-pantai baikpun sebelah ke darat. Akan tetapi tatkala orang Melayu dari Sumatera dan Tanah Semenanjung Melaka datang ke situ terdesaklah orang Dayak itu lalu mundur, bertambah lama, bertambah jauh ke sebelah darat pulau Kalimantan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Teori tentang migrasi ini sekaligus boleh menjawab persoalan: mengapa suku bangsa Dayak kini mempunyai begitu banyak sifat yang berbeza, sama ada dalam bahasa mahu pun dalam ciri-ciri budaya mereka.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Dewasa ini suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, iaitu Kenyah-Kayan-Bahau, Ot Danum, Iban, Murut, Klemantan dan Punan. Keenam rumpun ini terbagi lagi kepada lebih kurang 405 sub suku. Meskipun terbagi kepada ratusan sub suku, kelompok suku Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu salah suatu sub suku di Kalimantan dapat dimasukkan ke dalam kelompok Dayak. Ciri-ciri tersebut ialah rumah panjang, hasil budaya material seperti tembikar, mandau, sumpit beliong (kapak Dayak) pandangan terhadap alam, mata pencarian (sistem perladangan) dan seni tari.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Perhubungan Orang Banjar dan Dayak Masa Lalu</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Sejak munculnya kerajaan Islam Banjar pada tahun 1526, hubungan antara orang Banjar dengan orang Dayak mungkin tidaklah begitu berbeza dengan hubungan kerajaan Islam yang lain dengan orang Dayak di Kalimantan pada keseluruhannya. Meminjam kata-kata seorang ahli antropologi kolonial van Linden (Djuweng 1996: 3 dalam Yeti Maunati 2004:311) nasib orang Dayak adalah dijajah, bukan memerintah. Selama berabad-abad, orang Dayak sudah menjadi bawahan politik kepada kekuasaan lokal, nasional dan kolonial.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Secara lebih khusus, hubungan antara Kesultanan Banjar dengan orang Dayak mungkin ada persamaannya dengan hubungan antara Kesultanan Kutai dengan orang Dayak di Kalimantan Timur. Mengikut Magenda 1991: 2) sebelum masa penjajahan Belanda, wilayah kekuasaan Kesultanan Kutai meliputi orang Dayak di pedalaman, malah pada akhir abad ke-15, kesultanan itu sesungguhnya sudah menjadi persekutuan yang longgar yang terdiri daripada komuniti Dayak dengan seorang raja Melayu dipuncak kekuasaannya. Namun, Kesultanan Kutai yang baru pada awal abad ke-16 adalah kesultanan Melayu par excellence, serupa dengan kesultanan Melayu lainnya didaerah Pesisir Sumatra dan Kalimantan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Baik Magenda (1991) mahupun Rousseau (1990) menyatakan bahawa orang Kutai berusaha menguasai orang Dayak, tetapi mereka tidak dapat melakukan sepenuhnya kerana orang Dayak boleh berpindah lebih jauh ke pedalaman. Keadaan demikian diperkirakan berlaku juga di Kalimantan Selatan dalam perhubugan antara orang Banjar dengan orang Dayak</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Malah, di Kalimantan Selatan pernah berlaku pemberontakan oleh suku Dayak terhadap Sultan Banjamasin, Sultan Sulaiman pada tahun 1824-1825. Pemberontakan itu dilakukan oleh orang Dayak Bakumpai, di bawah pimpinan Pembakal (Kepala) Kendet, ketua mereka. Walaupun isterinya adalah keluarga Sultan, tetapi sejak 1816 lagi hubungannya dengan Sultan tidak begitu baik. Sultan tidak berupaya menundukkannya, dan ia hanya dapat dikalahkan dengan bantuan Belanda pada tahun 1825. Ia dijatuhkan hukuman mati pada 7 Maret di tahun tersebut (Helius Sjamsudddin 2001: 50).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Walau bagaimanapun, dalam sejarah Kalimantan Selatan hubungan antara orang Banjar dengan orang Dayak juga dicirikan oleh hubungan persaudaraan dan ikatan kekeluargaan, kerana adanya perkahwinan yang kerap antara Raja Banjar dengan puteri Dayak. Misalnya, dari tradisi lisan suku Dayak Ngaju diketahui bahawa isteri Raja Banjar pertama yang bernama Biang Lawang adalah etnik Dayak Ngaju. Isteri kedua Raja Banjar pertama yang bernama Noorhayati, menurut tradisi lisan suku Dayak. Maayan, berasal dari etnik mereka. Dalam Hikayat Banjar pula ada disebut bahawa salah seorang isteri Raja Banjar ketiga, Sultan Hidayatullah juga puteri Dayak, iaitu puteri Khatib Banun, seorang tokoh Dayak Ngaju. Dari rahim puteri ini lahir Marhum Panembahan yang kemudian naik takhta dengan gelaran Sultan Mustainbillah. Puteri Dayak berikutnya ialah isteri Raja Banjar kelima, Sultan Inayatullah, yang melahirkan Raja Banjar ketujuh, Sultan Agung. Dan Sultan Tamjidillah (putera Sultan Abdulrahman bin Sultan Adam) juga lahir dari seorang puteri Dayak berdarah campuran Cina, iaitu Nyai Dawang.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Sementara itu, dari perkawinan Pangeran Antasari dengan Nyai Fatimah, saudara perempuan Tumenggung Surapati kepala suku Dayak Siang Murung, lahir Sultan Muhamad Seman, yang kemudian meneruskan perjuangan ayahnya menentang Belanda, sehingga gugur oleh peluru Belada pada tahun 1905. Dalam masa perjuangan itu, Muhammad Seman telah mengahwini dua puteri Dayak dari suku Dayak Ot.Danum. Anak Sultan Muhamad Seman, Gusti Berakit juga mengahwini puteri kepala suku Dayak yang tinggal di tepi sungai Tabalong pada tahun 1906.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Hubungan persahabatan yang erat antara orang Banjar dengan Dayak jelas kelihatan apabila kedua-dua suku itu berjuang bersama-sama melawan Belanda dalam Perang Banjar (1858-1905). Meskipun ketika berlakunya peperangan itu tidak dinafikan ada ketua suku Dayak yang berpihak di sebelah Belanda, tetapi penyertaan dan sokongan suku Dayak dalam Perang Banjar itu nampaknya sangat terserlah. Dalam peperangan yang memakan masa yang agak panjang itu, ramai pahlawan perang itu terdiri daripada etnik Dayak, antaranya yang paling menonjol ialah Tumenggung Surapati, Panglima Batur (dari suku Dayak Siang Murung), panglima Unggis, Panglima Sogo, Panglima Batu Balot (seorang wanita), dan panglima Wangkang (dari suku Dayak Bakumpai).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Pada zaman kolonial Belanda pula, hubungan persaudaraan dan ikatan keluargaan antara orang Banjar dengan orang Dayak masih berterusan. Namun, berbanding dengan orang Dayak, lebih banyak orang Banjar yang berpeluang memasuki birokrasi kolonial, sekurang-kurangnya sebagai pegawai rendah. Dengan itu, orang Dayak terus menjadi subordinat kepada orang Banjar yang menjadi pegawai kerajaan kolonial itu seperti pada zaman Kesultanan juga.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Hubungan Orang Banjar dan Dayak Masa Kini</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Walaupun orang Banjar dan orang Dayak berasal dari masa silam yang sama, tetapi kini masa silam yang sama itu mungkin tidak penting lagi. Yang lebih menonjol kini ialah identitas yang baru – orang Banjar dan orang Dayak adalah dua kumpulan etnik yang berbeda Dan atas identiti baru itu, dua suku yang bertetangga – Banjar dan Dayak -- telah terlibat dengan persaingan dalam pelbagai bidang kehidupan. Dengan itu, Hairus Salim (1996: 227) menganggap bahawa hubungan orang Banjar dengan orang Dayak kini ialah hubungan yang “tak selalu mesra”.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Hubungan orang Banjar dengan orang Dayak yang tidak selalu mesra itu telah diungkapkan oleh Anna Lowenhaupt Tsing (1993), seorang ahli antropologi dari Universiti California, dalam kajiannya tentang Dayak Meratus atau Dayak Bukit, yang banyak bermukim di sekitar pergunungan Meratus di Kalimantan Selatan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Walaupun “hubungan kultural” antara orang Banjar dan Dayak telah “terputus” apabila “Banjar” ditegaskan sebagai identiti mereka yang beragama Islam, dan orang Dayak pula ialah orang yang “bukan Islam”, tetapi menurut Tsing (1993) hubungan ekonomi dan politik yang berasaskan kawasan antara kedua-dua suku tetap berlangsung terus. Hubungan ekonomi dan politik yang berasaskan kawasan itu pada masa kebelakangan ini diatur oleh “pentadbiran negara”.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Dari segi ekonomi, orang Banjar sebenarnya terlibat dengan hubungan perdagangan yang intensif dengan suku Dayak Meratus, malah merekalah yang menjadi perantara bagi perkembangan ekonomi wilayah (Hairus Salim 1996: 230). Orang Banjar mendominasi pasar minggu kecil dihujung jalur yang menuju pegunungan Meratus. Keperluan-keperluan suku Dayak seperti pakaian, garam, perkakas logam dan barang-barang mewah lainnya disalurkan oleh orang Banjar. Sementara itu dengan berjalan kaki atau naik rakit, orang Dayak Meratus datang ke pasar tersebut untuk menjual rotan, getah, kacang, kayu ulin, kayu kemenyan dan hasil-hasil hutan yang lain kepada orang Banjar, yang kemudian menjualnya juga ke bandar.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Walau bagaimanapun, hubungan perdagangan antara orang Banjar dengan orang Dayak itu berlangsung dalam keadaan yang sangat tidak seimbang. Sebagai perantara, orang-orang suku Banjar mempunyai kedudukan tawar menawar yang lebih tinggi. Mereka boleh menetapkan harga mengikut kemahuan mereka, yang menyebabkan suku Dayak Meratus selalu merasa dirugikan. Akan tetapi, orang Dayak tidak dapat berbuat apa-apa, kerana mereka tidak mempunyai pilihan lain.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Selain itu, orang-orang Dayak Meratus juga tidak berpuas hati kerana mereka tidak mempunyai kemampuan untuk mendapatkan kredit daripada pedagang Banjar; jauh dari pemilik sarana pengangkutan, truk atau motorboat, gudang, dan tempat pengeringan getah, yang semuanya dimiliki oleh orang Banjar; tidak mempunyai jaringan untuk mendapatkan modal, kemudahan-kemudahan penyimpanan, dan tempat tinggal di bandar Banjarmasin; akses yang sangat terbatas untuk mengetahui keadaan pemasaran dan seterusnya (Tsing 1993: 55-56).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Perhubungan perdagangan yang tidak seimbang itu, diperkuatkan pula oleh hubungan orang Banjar yang rapat dengan “negara”. Orang Banjar adalah penguasa politik pada peringkat wilayah. Bahkan kepentingan negara di kalangan suku Dayak diartikulasikan oleh kepentingan-kepentingan suku Banjar. Di daerah Meratus, ‘’kepentingan negara” menjelma menjadi kepentingan orang Banjar. Ini ialah kerana pegawai-pegawai pemerintah pada peringkat kabupaten dan kecamatan, dan pegawai tentera, pertanian dan kesihatan yang melakukan hubungan dengan orang Dayak ialah orang-orang suku Banjar. Dengan itu, negara dan kepentingan nasional tampil di kalangan Dayak Meratus dengan wajah Banjar.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Wajah “negara” dalam artikulasi kepentingan suku Banjar itu diperlihatkan Tsing (1991) misalnya dalam dasar negara mengenai pembangunan masyarakat terasing pada tahun 1970-an. Dalam pentadbiran dasar itu, pada tahun 1971 suku Dayak Meratus dimasukkan sebagai salah satu dari masyarakat terasing. Maka pegawai pemerintah yang kebanyakannya terdiri daripada orang Banjar telah membuka hutan untuk menjadi tempat tinggal baru bagi orang Dayak Meratus. Bagaimanapun, dengan pembukaan hutan itu, orang Banjar juga mendapat kesempatan untuk berpindah ke kawasan baru tersebut, dengan jaminan mendapat perkhidmatan dan tanah. (Tsing 1991: 45). Sebagai akibatnya, tidak lama selepas itu, pemukiman baru itu telah didominasi oleh orang Banjar, kerana penguasaan mereka terhadap jalur perdagangan dan politik wilayah. Sementara itu, orang Dayak Meratus sendiri terus tersingkir, bahkan kemudian banyak yang pulang ke tempat mereka yang asal.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Tidak dinafikan masyarakat Dayak Meratus berpeluang mengenal kemajuan melalui pelbagai dasar negara yang diartikulasikan oleh pegawai pemerintah dari suku Banjar. Mereka mempelajari ekonomi global daripada pedagang Banjar. Orang Meratus juga mengenali birokasi negara di tingkat wilayah melalui orang Banjar. Akan tetapi, hubungan itu tetap bersifat artifisial, kerana dalam banyak hal justru membuat orang Dayak semakin jatuh dan jauh terpinggir dari yang mereka alami sejak zaman pra-kolonial dan kolonial (Hairus Salim 1996: 231).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Perhubungan orang Banjar dengan orang Dayak masa kini memasuki tahap yang baru, apabila mulai tahun 2000, suku Dayak Meratus terlibat dengan konflik yang agak serius dengan golongan penguasa Kalsel yang terdiri daripada orang Banjar. Hal ini berkaitan dengan dasar dan tindakan Sjachriel Darham, Gubernor Kalsel masa itu yang nampaknya tidak mengambil kira kepentingan orang Dayak. Sjachriel Darham telah membenarkan sebahagian Hutan Lindung Pegunungan Meratus, tempat tinggal orang Dayak, seluas 46,270 hektar, diberikan kepada perusahaan perkebunan berskala besar, PT Kodeco Group, yang berasal dari Korea Selatan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Sebagaimana yang diketahui suku Dayak Meratus telah mendiami kawasan pegunungan Meratus itu sejak turun temurun. Hutan itu merupakan sumber kehidupan mereka, kerana memang di situlah tempat tinggal mereka sejak lama. Oleh itu, sudah tentu suku Dayak Meratus tidak menyetujui Hak Pengusahaan Hutan (HPT) kawasan hutan itu diserahkan kepada pengusaha besar. Apatah lagi pemberian konsesi kepada perusahaan dari Korea itu akan melibatkan alih fungsi sebahagian kawasan pergunungan Meratus dari hutan lindung kepada hutan produksi.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Oleh itu, mendengar kawasan hutan lindung itu akan dijadikan kawasan Hak Penguasaan Hutan (HPH) Kodeco, ratusan warga masyarakat Dayak Meratus berkali-kali turun ke Banjarmasin untuk mengadakan tunjuk perasaan, sama ada kepada DPRP mahupun kepada Gabenor sendiri. Sejak tahun 1998 hingga awal 2000 dikatakan lebih 20 kali warga pedalaman itu mengadakan tunjuk perasaan ke Banjarmasin dengan tuntutan yang sama: menolak kawasan Meratus dijadikan kawasan HPH. Namun, tuntutan mereka tidak pernah diberi perhatian yang sewajarnya. (Kompas,1 Ogos 2001).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Tuntutan warga Dayak Meratus itu akhirnya didengar oleh beberapa LSM. Mereka memberi sokongan dengan membentuk Aliansi Meratus yang merupakan gabungan 33 LSM. Lembaga Musyawarah Masyarakat Dayak Kalsel (LMMD-KS) dan LSM Telapak Indonesia yang beribu pejabat di Bogor juga memberi sokongan moral kepada warga Dayak Meratus dengan mengecam Pemda Kalsel.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Para aktivis itu jugalah yang meneruskan tuntutan warga Dayak Meratus, sama ada kepada Gabenor Sjachriel mahupun kepada DPRD tempatan. Namun, pihak Pemda bertindak balas untuk melumpuhkan gerakan itu dengan mengadukan Koordinator Aliansi Meratus, Hairansyah kepada pihak polis dengan tuduhan menghasut rakyat untuk mengadakan tunjuk perasaan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Ketika isu yang berkaitan dengan pemberian sebahagian hutan lindung Pegunungan Meratus kepada perusahaan besar itu belum lagi selesai, timbul pula isu lain yang melibatkan kawasan yang sama, iaitu pemberian hak melombong kepada pengusaha perlombongan emas, PT Meratus Sumber Mas oleh pemerintah daerah. Tindakan pemerintah daerah ini mendapat tentangan daripada kira-kira 750 orang perwakilan dari 300 balai (rumah besar pusat kegiatan adat) yang tersebar di seluruh Kalimantan Selatan, yang mengadakan kongres selama empat hari, berakhir pada 26 Jun 2003 di Samarinda (Kompas 1 Julai 2003). Namun, penentangan warga Dayak Meratus itu nampaknya tidaklah mendapat perhatian yang sepatutnya daripada pemerintah daerah yang dikuasai oleh orang Banjar.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Oleh yang demikian, sebuah LSM terkenal yang prihatin tentang masalah alam sekitar, yaitu WALHI, dalam beritanya pada 2 Juni 2006 menyatakan:</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">"...Hutan Lindung Meratus, kawasan hutan asli yang masih tersisa di Propinsi Kalimatan Selatan, “rumah terakhir” masyararakat Dayak Meratus saat ini menjadi kawasan yang paling terancam. Saat ini pemerintah dan pengusaha tambang serta perkebunan skala besar melakukan berbagai cara, termasuk memecah masyarakat Dayak Meratus melalui perubahan tapal batas antar kabupaten, sayangnya kebutuhan masyarakat bertolak belakang dengan keinginan pemerintah daerah (Walhi 2006)."</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Apabila disebut pemerintah daerah tentulah merujuk kepada orang Banjar, kerana orang Banjarlah yang merupakan penguasa pada peringkat tersebut. Ini bermakna konflik antara orang Dayak dengan orang Banjar masih berterusan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kesimpulan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Meskipun orang Banjar berasal dari orang Dayak, ataupun dari percampuran orang Dayak dengan pelbagai suku yang lain, tetapi setelah orang Banjar memeluk agama Islam dan menubuhkan kerajaan Islam Banjar, “perpisahan” antara kedua suku itu nampaknya sudah merupakan sesuatu yang berkekalan. Mungkin sejak zaman dahulu lagi, orang Dayak yang tidak memeluk agama Islam memilih tinggal di kampung yang berasingan dari kampung orang Banjar; di tempat yang umumnya terletak di pedalaman.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kemunculan kerajaan Islam Banjar pada abad ke-16, nampaknya menandakan bermulaanya kedudukan orang Dayak sebagai subordinat kepada orang Banjar, kerana orang Banjar adalah kelas pemerintah yang wilayah pemerintahannya meliputi juga kawasan yang didiami oleh orang Dayak. Kedudukan orang Dayak sebagai subordinat kepada orang Banjar ini boleh dikatakan tidak berubah pada zaman penjajahan dan lebih jelas lagi pada zaman selepas kemerdekaan, kerana pada zaman selepas kemerdekaan memang orang Banjarlah yang menduduki jawatan penting dalam pemerintahan daerah, di samping mereka juga yang menguasai perdagangan yang melibatkan orang Dayak.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Jika kita lihat hubungan orang Banjar dengan orang Dayak pada masa mutakhir, hubungan mereka nampaknya bukan sahaja tidak mesra, malah sudah melibatkan konflik yang agak serius. Hubungan tidak mesra itu sudah kelihatan sejak lama, melibatkan golongan pedagang Banjar dan penguasa Banjar, yang jelas lebih berkuasa ke atas orang Dayak Kini timbul pula isu baru yang menimbulkan konflik, iaitu tindakan pemerintah daerah yang diketuai oleh Gabenor dari etnik Banjar yang memberikan kawasan hutan tempat tinggal orang Dayak Meratus kepada pengusaha perkebunan dan perlombongan besar.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Tidaklah dinafikan pemberian kawasan hutan untuk diusahakan oleh pengusaha besar itu ada juga faedahnya kepada orang Dayak, misalnya dari segi wujudnya peluang pekerjaan, dan mungkin terbinanya jalan yang akan menghubungkan kawasan tempat tinggal orang Dayak dengan kawasan bandar. Namun, sebagaimana yang terbukti dari kajian di tempat lain, (lihat Syarif Ibrahim Alqadrie 1994, 244-260; Patingi Y.A.Aris 1994, 261-66), kesan negatif dari aktiviti pembukaan kawasan hutan dan perlombongan itu kepada kehidupan penduduk setempat jauh lebih banyak dari kesan positifnya. Itulah sebabnya orang Dayak tidak menyetujui kawasan hutan tempat tinggal mereka diberikan kepada pengusaha besar.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Walau bagaimanapun, kedudukan orang Dayak sebagai subordinat kepada orang Banjar nampaknya tidak memungkinkan mereka menentang dasar pembangunan penguasa Banjar yang merugikan mereka, dan dengan itu sangatlah sukar mereka keluar dari kehidupan mereka yang mundur dan terpinggir. Barangkali orang Dayak hanya mungkin keluar dari keadaan mundur dan terpinggir itu, setelah melalui satu masa yang agak lama, khasnya setelah mereka mencapai taraf pendidikan yang memadai dan dengan itu dapat menduduki jawatan penting dalam pemerintah daerah, sama ada dalam bidang birokrasi mahupun politik. Memang sebagaimana yang sering berlaku, orang Dayak hanya mungkin bermobiliti ke atas, walaupun agaknya secara beransur-ansur, melalui jalan pendidikan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">----------------</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">* Kertas kerja untuk Konferensi Antaruniversiti Se Borneo-Kalimantan Ke-3, Banjarmasin,</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">15-17 Jun 2007.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">** Mantan Prof.Madya dan Sarjana Tamu, Program Antropologi dan Sosiologi, Universiti</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kebangsaan Malaysia</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Rujukan:</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Agama dan Etnisitas: Kajian Tentang Asal Usul Pembentukan Etnis Banjar.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kandil. Edisi 6, Tahun 11, Agustus-Oktober</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Alfani Daud. 1997. Islam dan Masyarakat Banjar: Deskripsi dan Analisa</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kebudayaan Banjar. Jakarta: Rajawali Press.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Alfani Daud. 2004. Islam dan Asal-Usul Masyarakat Banjar. Kandil.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Edisi 6, Tahun 11, Agustus-Oktober.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Coomans, M. 1987.Manusia Daya, Dahulu, Sekarang dan Masa Depan. Jakarta: PT</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Gramedia.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Hairus Salim HS. 1996. Islam Banjar, Relasi Antar Etnik, dan Pembangunan. Dalam</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kisah dari Kampung Halaman . Yogyakarta: Penerbit Dian/Interfidei</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Hudson, A.D. & Judith M.Hudson. 1984. Telang: Sebuah Desa Ma’ayan di</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kalimantan Tengah. Dalam Koentjaraningrat (pnyt.) Masyarakat Desa di</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Indonesia Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Hudson, A.B. 1972. Padju Epat: The Ma’anyan of Indonesian Borneo. New York:</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Holt, Rinehart and Winston.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">King.V.T. 1994. The Ethnic Groups of Borneo. Kuala Lumpur: S. Abdul Majeed &</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Co.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">King.V.T. 1985. Kedudukan Sosial dan Perubahan Sosial di Kalangan Suku Maloh,</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kalimantan Barat. Dalam Dove, M.R (pnyt.) Peranan Kebudayaan Tradisional</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">dalam Modernisasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kompas. 2001. Meratus Nasibmu Kini… Kompas, 1 Ogos,</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">.</span><a href="http://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.kompas.com%2Fkompas-cetak%2F0108%2F01%2Fdaerah%2Fmera26.htm&h=sAQErGu3N&s=1" rel="nofollow" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #365899; cursor: pointer; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" target="_blank">http://www.kompas.com/kompas-cetak/0108/01/daerah/mera26.htm</a><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kompas. 2001. Masyarakat Dayak Meratus Diobok-obok. Kompas, 1 Ogos.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">http://www/.<span class="Apple-converted-space"> </span></span><a href="http://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fkompas.com%2Fkompas-cetak%2F0108%2F01%2Fdaerah%2Fmasy26.htm&h=KAQFfPowy&s=1" rel="nofollow" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #365899; cursor: pointer; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" target="_blank">kompas.com/kompas-cetak/0108/01/daerah/masy26.htm</a><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kompas 2001. Hutan Lindung Meratus Bakal Tamat. Kompas, 1 Ogos.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">http://www/.<span class="Apple-converted-space"> </span></span><a href="http://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fkompas.com%2Fkompas-cetak%2F0108%2F01%2Fdaerah%2Fhuta25.htm&h=WAQHfrCUb&s=1" rel="nofollow" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #365899; cursor: pointer; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" target="_blank">kompas.com/kompas-cetak/0108/01/daerah/huta25.htm</a><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kompas.2001. Dayak Meratus Tolak Pembukaan Hutan. Kompas, 15 Disember.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><a href="http://l.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.kompas.com%2Fkompak-cetak%2F0112%2F15%2Fiptek%2Fdaya10.htm&h=6AQGVvPM5&s=1" rel="nofollow" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #365899; cursor: pointer; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" target="_blank">http://www.kompas.com/kompak-cetak/0112/15/iptek/daya10.htm</a><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Marko Mahin. 2004. Urang Banjar: Identitas dan Etnisitas di Kalimantan Selatan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kandil. Edisi 6, Tahun 11, Agustus-Oktober.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Masri Singarimbun. 1996. Penduduk dan Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Miles, D. 1976. Cutlass and Crescent Moon: A Case Study of Social dan Political</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Change in Outer Indonesia. Sydney: Centre for Asian Studies University of</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Sydney.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Mubyarto dkk. 1991. Kajian Sosial Ekonomi Desa-Desa Perbatasan di Kalimantan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Timur. Yogyakarta: Aditya Media.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Muller, K. 1992. Dalam D.Pickell (editor) Indonesian Borneo Kalimantan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Singapore: Periplus Editions.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Patingi Y.A.Aris. Pengaruh HPH Terhadap Sumber Daya Alam dan Kehidupan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Masyarakat di Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten Ketapang. Dalam Paulus</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Florus dkk. (pnyt.) Kebudayaan Dayak: Aktualisasi dan Transformasi. Jakarta:</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">PT. Grasindo.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Sellato, B. 2002. Innermost Borneo: Studies in Dayak Cultures. Paris: Seven Orients,</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">& Singapore: Singapore University Press.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Stepanus Djuweng. 1996. Orang Dayak, Pembangunan dan Agama Resmi. Dalam</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kisah dari Kampung Halaman. Yogyakarta: Penerbit Dian/Interfidei</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Syarif Ibrahim Alqadrie. 1994. Dampak Perusahaan Pemegang HPH dan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Perkebunan Terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya Penduduk</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Setempat di Daerah Pedalaman Kalimantan Barat. Dalam Paulus Florus dkk</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">(pnyt.) Kebudayaan Dayak. Jakarta: Penerbit PT.Grasindo.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Tjilik Riwut.1993. Kalimantan Membangun: Alam dan Kebudayaan. Yogyakarta:</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">PT.Tiara Wacana.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Tsing, A.L. 1998. Di Bawah Bayang-Bayang Ratu Intan: Proses Marjinalisasi Pada</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Masyarakat Terasing. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Walhi.2006.</span><a href="http://walhi.or.id/kampanye/hutan/shk/060602_dykmeratus_sp/?&printer_friendly=t%E2%80%A6" rel="nofollow" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #365899; cursor: pointer; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" target="_blank">http://walhi.or.id/kampanye/hutan/shk/060602_dykmeratus_sp/?&printer_friendly=t%E2%80%A6</a><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Yekti Maunati. 2004. Identitas Dayak: Komodifikasi dan Politik Kebudayaan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;"> </span><br />
<span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Yogyakarta: LKiS<span class="Apple-converted-space"> </span></span><span class="photo " style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;"></span><span class="photo " style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;"> </span><br />
<br />
<span class="photo " style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;"><a href="https://id-id.facebook.com/notes/bahasa-banjar/orang-banjar-dan-dayak-di-kalimantan-selatan-asal-usul-dan-perhubungan-merekabb0/394812081817/" target="_blank">Sumber</a> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-70038774268649351852016-08-03T21:22:00.003+08:002016-08-03T21:22:57.114+08:00Kesultanan Banjar, Lebih tua 600 tahun dibandingkan dengan Kerajaan KUTAI MARTAPURA - KALTIM<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtUmjim3_ow78CqIB35UBZxDpdmPiZRb_xfkeVG98UVOrb5GwZ33IJzYRRDyAhgP3DtTzvZoKDa6Xgrfup1RmlrXFf6Htnpupv4z6M6xlpN9hodbRb7tdudoKqFrcic2YrppLcgHSNaqQ/s1600/Kesultanan+Banjar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="336" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtUmjim3_ow78CqIB35UBZxDpdmPiZRb_xfkeVG98UVOrb5GwZ33IJzYRRDyAhgP3DtTzvZoKDa6Xgrfup1RmlrXFf6Htnpupv4z6M6xlpN9hodbRb7tdudoKqFrcic2YrppLcgHSNaqQ/s640/Kesultanan+Banjar.jpg" width="640" /></a></div>
<span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;"><br /></span>
<span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;"></span><br />
<span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kesultanan Banjar (24 September 1526 s.d 11 Juni 1860) adalah kesultanan yang terdapat di Kalimantan Selatan. Kesultanan ini semula beribukota di Banjarmasin kemudian dipindahkan ke Martapura dan sekitarnya (kabupaten Banjar). Ketika beribukota di Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Ketika ibukotanya masih di Banjarmasin, maka kesultanan ini disebut Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu kerajaan Hindu yang beribukota di kota Negara, sekarang merupakan ibukota kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Sejarah</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Menurut mitologi suku Maanyan suku tertua di Kalimantan Selatan kerajaan pertama adalah Kerajaan Nan Sarunai yang diperkirakan wilayah kekuasaannya terbentang luas mulai dari daerah Tabalong hingga ke daerah Pasir. Keberadaan mitologi Maanyan yang menceritakan tentang masa-masa keemasan Kerajaan Nan Sarunai sebuah kerajaan purba yang dulunya mempersatukan etnis Maanyan di daerah ini dan telah melakukan hubungan dengan pulau Madagaskar. Salah satu peninggalan arkeologis yang berasal dari zaman ini adalah Candi Agung yang terletak di kota Amuntai. Pada tahun 1996, telah dilakukan pengujian C-14 terhadap sampel arang Candi Agung yang menghasilkan angka tahun dengan kisaran 242-226 SM (Kusmartono dan Widianto, 1998:19-20).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Menilik dari angka tahun dimaksud maka Kerajaan Nan Sarunai/Kerajaan Tabalong/Kerajaan Tanjungpuri usianya lebih tua 600 tahun dibandingkan dengan Kerajaan Kutai Martapura di Kalimantan Timur.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Menurut Hikayat Sang Bima, wangsa yang menurunkan raja-raja Banjar adalah Sang Dewa (Sadewa) bersaudara dengan wangsa yang menurunkan raja-raja Bima (Sang Bima), raja-raja Bali, raja-raja Makassar yang terdiri lima bersaudara Pandawa (Sang Bima, Sang Dewa, Sang Kula,..).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Sesuai Tutur Candi (Hikayat Banjar versi II), di Kalimantan Selatan telah berdiri suatu pemerintahan dari dinasti kerajaan (keraton) yang terus menerus berlanjut hingga daerah ini digabungkan ke dalam Hindia Belanda sejak 11 Juni 1860, yaitu :</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">1. Keraton awal disebut Kerajaan Kuripan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">2. Keraton I disebut Kerajaan Negara Dipa</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">3. Keraton II disebut Kerajaan Negara Daha</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">4. Keraton III disebut Kesultanan Banjar</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">5. Keraton IV disebut Kerajaan Martapura/Kayu Tangi</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Maharaja Sukarama, Raja Negara Daha telah berwasiat agar penggantinya adalah cucunya Raden Samudera, anak dari putrinya Puteri Galuh Intan Sari. Ayah dari Raden Samudera adalah Raden Manteri Jaya, putra dari Raden Begawan, saudara Sukarama. Wasiat tersebut menyebabkan Raden Samudera terancam keselamatannya karena para Pangeran juga berambisi sebagai pengganti Sukarama yaitu Pangeran Bagalung, Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung. Sepeninggal Sukarama, Pangeran Mangkubumi putra Sukarama menjadi Raja Negara Daha, selanjutnya digantikan Pangeran Tumenggung yang juga putra Sukarama. Raden Samudera sebagai kandidat raja dalam wasiat Sukarama terancam keselamatannya, tetapi berkat pertolongan Arya Taranggana, mangkubumi kerajaan Daha, ia berhasil lolos ke hilir sungai Barito, kemudian ia dijemput oleh Patih Masih (Kepala Kampung Banjarmasih) dan dijadikan raja Banjarmasih sebagai upaya melepaskan diri dari Kerajaan Negara Daha dengan mendirikan bandar perdagangan sendiri dan tidak mau lagi membayar upeti. Pangeran Tumenggung, raja terakhir Kerajaan Negara Daha akhirnya menyerahkan regalia kerajaan kepada keponakannya Pangeran Samudera, Raja dari Banjarmasih. Setelah mengalami masa peperangan dimana Banjar mendapat bantuan dari daerah pesisir Kalimantan dan Kesultanan Demak. </span><br />
<span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Hasil akhirnya kekuasaan kerajaan beralih kepada Pangeran Samudera yang menjadi menjadi Sultan Banjar yang pertama, sementara Pangeran Tumenggung mundur ke daerah Alay di pedalaman dengan seribu penduduk.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kesultanan Banjar mulai mengalami masa kejayaan pada dekade pertama abad ke-17 dengan lada sebagai komoditas dagang, secara praktis barat daya, tenggara dan timur pulau Kalimantan membayar upeti pada kerajaan Banjarmasin. Sebelumnya Kesultanan Banjar membayar upeti kepada Kesultanan Demak, tetapi pada masa Kesultanan Pajang penerus Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar tidak lagi mengirim upeti ke Jawa.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Supremasi Jawa terhadap Banjarmasin, dilakukan lagi oleh Tuban pada tahun 1615 untuk menaklukkan Banjarmasin dengan bantuan Madura dan Surabaya, tetapi gagal karena mendapat perlawanan yang sengit.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Sultan Agung dari Mataram (1613–1646), mengembangkan kekuasaannya atas pulau Jawa dengan mengalahkan pelabuhan-pelabuhan pantai utara Jawa seperti Jepara dan Gresik (1610), Tuban (1619), Madura (1924) dan Surabaya (1625). Pada tahun 1622 Mataram kembali merencanakan program penjajahannya terhadap kerajaan sebelah selatan, barat daya dan tenggara pulau Kalimantan, dan Sultan Agung menegaskan kekuasaannya atas Kerajaan Sukadana tahun 1622.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Seiring dengan hal itu, karena merasa telah memiliki kekuatan yang cukup dari aspek militer dan ekonomi untuk menghadapi serbuan dari kerajaan lain, Sultan Banjar mengklaim Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir dan Kahayan Hulu, Kutai, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam Asam, Kintap dan Swarangan sebagai vazal dari kerajaan Banjarmasin, hal ini terjadi pada tahun 1636.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Sejak tahun 1631 Banjarmasin bersiap-siap menghadapi serangan Kesultanan Mataram, tetapi karena kekurangan logistik, maka rencana serangan dari Kesultanan Mataram sudah tidak ada lagi. Sesudah tahun 1637 terjadi migrasi dari pulau Jawa secara besar-besaran sebagai akibat dari korban agresi politik Sultan Agung. Kedatangan imigran dari Jawa mempunyai pengaruh yang sangat besar sehingga pelabuhan-pelabuhan di pulau Kalimantan menjadi pusat difusi kebudayaan Jawa.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Disamping menghadapi rencana serbuan-serbuan dari Mataram, kesultanan Banjarmasin juga harus menghadapi kekuatan Belanda.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Sebelum dibagi menjadi beberapa daerah (kerajaan kecil), wilayah asal Kesultanan Banjar meliputi provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kerajaan Tanjungpura dan sebelah timur berbatasan dengan Kesultanan Pasir. Pada daerah-daerah pecahan tersebut, rajanya bergelar Pangeran, hanya di Kesultanan Banjar yang berhak memakai gelar Sultan. Kesultanan-kesultanan lainnya mengirim upeti kepada Kesultanan Banjar, termasuk Kesultanan Pasir yang ditaklukan tahun 1636 dengan bantuan Belanda.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Wilayah</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kesultanan Banjar bertindak sebagai wakil Kesultanan Demak di Kalimantan, sedangkan Demak adalah penerus Majapahit. Menurut Hikayat Banjar sejak jaman pemerintahan kerajaan Hindu, wilayah yang termasuk mandala Kerajaan Banjar meliputi daerah taklukan paling barat adalah negeri Sambas/Kerajaan Sambas sedangkan wilayah taklukan paling timur adalah negeri Karasikan/Kerajaan Tidung lebih kurang sama dengan wilayah Borneo-Belanda. Dahulu kala batas-batas negeri/kerajaan adalah antara satu tanjung dengan tanjung lainnya sedangkan penduduk daerah pedalaman dianggap takluk kepada kerajaan bandar yang ada di hilir misalnya suku Biaju (rumpun Dayak Barito) merupakan bagian dari rakyat kerajaan Banjar bahkan menjadi tentara kerajaan yang handal. Kerajaan Banjar tidak pernah mengklaim Kalimantan bagian utara, dan sejauh ini juga belum pernah ditemukan catatan bahwa Kesultanan Banjar mengirim upeti kepada Kesultanan Brunei sebagai penguasa wilayah utara Kalimantan. Suku Banjar merupakan kelompok masyarakat Melayu yang terbanyak di Kalimantan, bahkan jika dibanding dengan suku Brunei. Kesultanan Banjar mengalami masa kejayaan pada abad ke-17, yang pada masa itu belum banyak suku pendatang yang mendominasi seperti saat ini seperti suku Jawa, Bugis, Mandar, Arab dan Cina.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Teritorial Kerajaan Banjar pada abad ke-16 dalam tiga wilayah meskipun terminologi ini tidak dipergunakan dalam sistem politik dan pemerintahan dalam kerajaan, yaitu :</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">1. Negara Agung</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">2. Mancanegara</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">3. Pesisir</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Wilayah kerajaan Banjar meliputi titik pusat yaitu istana raja di Martapura dan berakhir pada titik luar dari negeri Sambas sampai ke negeri Karasikan. Terminologi wilayah Tanah Seberang, tidak ada dalam Kesultanan Banjar, karena tidak memiliki jajahan di luar pulau, walaupun orang Banjar juga merantau sampai keluar pulau Kalimantan.[1]</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Kerajaan Banjar menaungi hingga ke wilayah Sungai Sambas adalah dari awal abad ke-15 M hingga pertengahan abad ke-16 M yaitu pada masa Kerajaan Melayu hindu Sambas yang menguasai wilayah Sungai Sambas. Kerajaan Melayu hindu Sambas ini kemudian runtuh pada pertengahan abad ke-16 M dan dilanjutkan dengan Panembahan Sambas hindu yang merupakan keturunan Bangsawan Majapahit dari Wikramawadhana. Pada saat memerintah Panembahan Sambas hindu ini bernaung dibawah Dipati/Panembahan Sukadana (bawahan Sultan Banjar) sampai awal abad ke-17 M yang kemudian beralih bernaung dibawah Kesultanan Johor. Panembahan Sambas hindu ini kemudian runtuh pada akhir abad ke-17 M dan digantikan dengan Kesultanan Sambas yang didirikan oleh keturunan Sultan Brunei melalui Sultan Tengah pada tahun 1675 M. Sejak berdirinya Kesultanan Sambas hingga seterusnya Kesultanan Sambas adalah berdaulat penuh yaitu tidak pernah bernaung atau membayar upeti kepada pihak manapun kecuali pada tahun 1855 yaitu dikuasai / dikendalikan pemerintahannya oleh Hindia Belanda (seperti juga Kerajaan-Kerajaan lainnya diseluruh Nusantara terutama di Pulau Jawa yang saat itu seluruhnya yang berada dibawah Pemerintah Hindia Belanda di Batavia) yaitu pada masa Sultan Sambas ke-12(Sultan Umar Kamaluddin).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Dalam perjalanan sejarah ketetapan wilayah Kesultanan Banjar tersebut tidak dapat dilihat dengan jelas dengan batas yang tetap karena dipengaruhi oleh keadaan yang tidak stabil dan batas wilayah yang fleksibel disebabkan oleh berkembangnya atau menurunnya kekuasaan Sultan Banjar.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">* Daerah Martapura sebagai Kota Raja merupakan wilayah/ring pertama dan pusat pemeritahan Sultan Banjar.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">* Wilayah teritorial/ring kedua, Negara Agung terdiri dari :</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">1. Tabuniau, atau Tanah Laut, daerah laut, kebalikan arah dari "tanah darat".</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">2. Daerah Banjar Lama dengan Pelabuhan Banjarmasin (Tatas).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">3. Banua Ampat artinya banua nang empat: Banua Padang, Banua Halat, Banua Parigi dan Banua Gadung.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">4. Margasari</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">5. Alay</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">6. Amandit</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">7. Banua Lima artinya lalawangan nang lima: Negara, Alabio, Sungai Banar, Amuntai dan Kalua</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">8. Muarabahan (atau Pulau Bakumpai yaitu tebing barat sungai Barito dari muara hingga dekat Mengkatip).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">9. Tanah Dusun (daerah hulu sungai Barito, Sultan Tahmidullah II pada 13 Agustus 1787 menyerahkan Dusun Atas menjadi milik VOC tetapi daerah Mengkatip (Dusun Bawah) dan Tamiang Layang (Dusun Timur) dan sekitarnya tetap sebagai wilayah inti Kesultanan Banjar).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Teritorial Negara Agung ini semakin berkurang dan tidak mempunyai akses ke laut Jawa terkepung oleh wilayah Hindia Belanda ketika pada tanggal 4 Mei 1826 Sultan Adam menyerahkan lagi kepada Hindia Belanda : Pulau Tatas, Kuin Selatan, Pulau Bakumpai dan Pulau Burung.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">* Teritorial/ring ketiga, yaitu Mancanegara, dengan tambahan kedua wilayah ini teritorial kerajaan semakin meluas disebut Borneo Selatan terdiri dari :</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">o Wilayah Barat (Kalimantan Tengah): Biaju, Kahayan, Sebangau, Mendawai, Sampit, Pembuang, Kotawaringin dan Jelai dalam Hikayat Banjar semua daerah ini dibawah Kotawaringin, pada akhir abad ke-19 Hindia Belanda menjadikannya Afdeeling Tanah Dayak dan Afdeeling Sampit.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">o Wilayah Timur : Swarangan, Asam-Asam, Kintap, Satui, Laut-Pulau, Pamukan dan Pasir; dalam Hikayat Banjar abad ke-17 semua daerah ini dibawah Pasir, yang kemudian muncul pecahannya Kerajaan Tanah Bumbu (serta Tanah Kusan). Pada akhir abad ke-19 Hindia Belanda menjadikannya Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe dengan 11 swapraja termasuk wilayah Kesultanan Pasir itu sendiri dan bekas kerajaan Tanah Bumbu atau daerah Kalimantan Tenggara pada 1863 berkembang menjadi 10 swapraja : Sabamban, Koensan, Pegatan, Batoe Litjin, Poelau Laoet, Bangkalaan, Tjangtoeng, Sampanahan, Manoenggoel dan Tjingal, sebenarnya ada satu daerah lagi yang sudah dihapuskan yaitu Buntar-Laut.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">* Teritorial/ring keempat, yaitu Pesisir, dengan tambahan kedua wilayah ini teritorial kerajaan semakin bertambah luas lebih kurang sama dengan Provinsi Borneo pada masa kolonial Hindia Belanda. Perjanjian Sultan Tamjidullah I dengan VOC pada 20 Oktober 1756 untuk menaklukan kembali Sanggau, Sintang, Lawai, Pasir, Kutai dan Berau. Daerah Pesisir terdiri dari :</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">o Pesisir Timur yang sering disebut tanah yang di atas angin yang wilayahnya lebih kurang sama dengan kawasan Borneo Timur dan jika digabung dengan kawasan Borneo Selatan menjadi Karesidenan Selatan dan Timur Borneo pada masa kolonial Hindia Belanda.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">+ Wilayah Kesultanan Kutai.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">+ Wilayah Kesultanan Berau (serta bawahannya Kesultanan Bulungan).</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">+ Wilayah terluar yaitu Karasikan atau Kerajaan Tidung/Kaltara (bawahan Berau) dan pantai sebelah Timur.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">o Pesisir Barat yang disebut tanah yang di bawah angin, yang wilayahnya lebih kurang sama dengan Karesidenan Borneo Barat.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">+ Wilayah Kerajaan Sukadana (serta cabangnya Kerajaan Tayan, Kerajaan Meliau serta Kerajaan Mempawah). Terakhir kalinya Sukadana mengantar upeti tahun 1661, kemudian Sukadana menjadi vazal Kesultanan Banten. Raja Kotawaringin sebagai bawahan langsung Sultan Banjar pernah menaklukan kembali negeri Matan/Sukadana, Lawai dan Jelai, tetapi daerah tersebut kemudian berhasil memerdekakan diri.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">+ Wilayah Batang Lawai atau sungai Kapuas (Kerajaan Sanggau, Kerajaan Sintang dan Lawai). Negeri Sintang (Kabupaten Sintang dan Kapuas Hulu), Lawai (Kabupaten Melawi) dan Jelai pada tahun 1826 termasuk daerah yang diserahkan kepada Hindia Belanda.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">+ Wilayah terluar yaitu Kerajaan Sambas dan pantai sebelah Barat. Menurut Hikayat Banjar, sejak era pemerintahan kerajaan Banjar-Hindu, wilayah Sambas menjadi taklukannya dan terakhir kalinya Dipati/Panembahan Sambas mengantar upeti dua biji intan yang besar yaitu si Misim dan si Giwang kepada Sultan Banjar IV Marhum Panembahan (1595-1638), kemudian mulai tahun 1675 negeri Sambas diperintah oleh Dinasti Brunei dengan nama Kesultanan Sambas. Intan Si Misim kemudian dipersembahkan kepada Sultan Agung dari Mataram. Sultan Banjar Sunan Batu dibantu Raja Kotawaringin telah melancarkan peperangan tetapi tidak berhasil untuk menaklukan negeri Sambas kembali.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Pada abad ke-18 Pangeran Tamjidullah I berhasil memindahkan kekuasaan pemerintahan kepada dinastinya dan menetapkan Pangeran Nata Dilaga sebagai Sultan yang pertama sebagai Panembahan Kaharudin Khalilullah. Pangeran Nata Dilaga yang menjadi raja pertama dinasti Tamjidullah I dalam masa kejayaan kekuasaannya, menyebutkan dirinya Susuhunan Nata Alam pada tahun 1772. Putera dari Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang bernama Pangeran Amir, atau cucu Sultan Hamidullah melarikan diri ke negeri Pasir, dan meminta bantuan pada pamannya yang bernama Arung Tarawe (dan Ratu Dewi). Pangeran Amir kemudian kembali dan menyerbu Kesultanan Banjar dengan pasukan orang Bugis yang besar pada tahun 1757, dan berusaha merebut kembali tahtanya dari Susuhunan Nata Alam. Karena takut kehilangan tahta dan kekuatiran jatuhnya kerajaan di bawah kekuasaan orang Bugis, Susuhunan Nata Alam meminta bantuan kepada VOC. VOC menerima permintaan tersebut dan mengirimkan Kapten Hoffman dengan pasukannya dan berhasil mengalahkan pasukan Bugis itu. Sedangkan Pangeran Amir terpaksa melarikan diri kembali ke negeri Pasir. Beberapa waktu kemudian Pangeran Amir mencoba pula untuk meminta bantuan kepada para bangsawan Banjar di daerah Barito yang tidak senang kepada Belanda, karena di daerah Bakumpai/Barito diserahkan Pangeran Nata kepada VOC. Dalam pertempuran yang kedua ini Pangeran Amir tertangkap dan dibuang ke Sri Langka pada tahun 1787. Sesudah itu diadakan perjanjian antara Kesultanan Banjar dengan VOC, dimana raja-raja Banjar memerintah kerajaan sebagai peminjam tanah VOC. Dalam tahun 1826 diadakan perjanjian kembali antara Pemerintah Hindia Belanda dengan Sultan Adam, berdasarkan perjanjian dengan VOC yang terdahulu, berdasarkan perjanjian ini, maka Belanda dapat mencampuri pengaturan permasalahan mengenai pengangkatan Putra Mahkota dan Mangkubumi, yang mengakibatkan rusaknya adat kerajaan dalam bidang ini, yang kemudian menjadikan salah satu penyebab pecahnya Perang Banjar.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Perjanjian itu terdiri atas 28 pasal dan ditandatangani dalam loji Belanda di Banjarmasin pada tanggal 4 Mei 1826 atau 26 Ramadhan 1241 H. Selain Sultan Adam al Watsiq Billah, perjanjian itu juga ditandatangani oleh Paduka Pangeran Ratu (Putra Mahkota), Pangeran Mangkubumi, Pangeran Dipati, Pangeran Ahmad dan disaksikan oleh para Pangeran lainnya. Perjanjian inilah yang menjadi dasar hubungan politik dan ekonomi antara Kesultanan Banjar dengan pemerintah Hindia Belanda di Batavia. Dalam perjanjian tersebut Kerajaan Banjar mengakui suzerinitas atau pertuanan Pemerintah Hindia Belanda dan menjadi sebuah Leenstaat, atau negeri pinjaman. Berdasarkan perjanjian ini maka kedaulatan kerajaan keluar negeri hilang sama sekali, sedangkan kekuasaan ke dalam tetap berkuasa dengan beberapa pembatasan dan Residen berperan sebagai agen politik pemerintah kolonial Hindia Belanda. Isi perjanjian 1826 itu antara lain adalah :</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">1. Kerajaan Banjar tidak boleh mengadakan hubungan dengan lain kecuali hanya dengan Belanda.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">2. Wilayah Kerajaan Banjar menjadi lebih kecil, karena beberapa wilayah menjadi bagian dibawah pemerintahan langsung Hindia Belanda. Wilayah-wilayah itu seperti tersebut dalam Pasal 4 :</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">1. Pulau Tatas dan Kuwin sampai di seberang kiri Antasan Kecil.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">2. Pulau Burung mulai Kuala Banjar seberang kanan sampai di Mantuil,</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">3. Mantuil seberang Pulau Tatas sampai ke Timur pada Rantau Keliling dengan sungai-sungainya Kelayan Kecil, Kelayan Besar dan kampung di seberang Pulau Tatas.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">4. Sungai Mesa di hulu kampung Cina sampai ke darat Sungai Baru sampai Sungai Lumbah.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">5. Pulau Bakumpai mulai dari Kuala Banjar seberang kiri mudik sampai di Kuala Anjaman di kiri ke hilir sampai Kuala Lupak.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">6. Segala Tanah Dusun semuanya desa-desa kiri kanan mudik ke hulu mulai Mangkatip sampai terus negeri Siang dan hilir sampai di Kuala Marabahan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">7. Tanah Dayak Besar-Kecil dengan semua desa-desanya kiri kanan mulai dari Kuala Dayak mudik ke hulu sampai terus di daratan yang takluk padanya.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">8. Tanah Mandawai.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">9. Sampit</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">10. Pambuang semuanya desa-desa dengan segala tanah yang takluk padanya</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">11. Tanah Kotawaringin, Sintang, Lawai, Jelai dengan desa-desanya.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">12. Desa Tabanio dan segala Tanah Laut sampai di Tanjung Selatan dan ke Timur sampai batas dengan Pagatan, ke utara sampai ke Kuala Maluku, mudik sungai Maluku, Selingsing, Liang Anggang, Banyu Irang sampai ke timur Gunung Pamaton sampai perbatasan dengan Tanah Pagatan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">13. Negeri-negeri di pesisir timur: Pagatan, Pulau Laut, Batu Licin, Pasir, Kutai, Berau semuanya dengan yang takluk padanya.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">3. Penggantian Pangeran Mangkubumi harus mendapat persetujuan pemerintah Belanda.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">4. Belanda menolong Sultan terhadap musuh dari luar kerajaan, dan terhadap musuh dari dalam negeri.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">5. Beberapa daerah padang perburuan Sultan yang sudah menjadi tradisi, diserahkan pada Belanda. Semua padang perburuan itu dilarang bagi penduduk sekitarnya untuk berburu menjangan. Padang perburuan itu, meliputi :</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">1. Padang pulau Lampi sampai ke Batang Banyu Maluka</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">2. Padang Bajingah</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">3. Padang Penggantihan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">4. Padang Munggu Basung</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">5. Padang Taluk Batangang</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">6. Padang Atirak</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">7. Padang Pacakan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">8. Padang Simupuran</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">9. Padang Ujung Karangan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">6. Belanda juga memperoleh pajak penjualan intan sepersepuluh dari harga intan dan sepersepuluhnya untuk Sultan. Kalau ditemukan intan yang lebih dari 4 karat harus dijual pada Sultan. Harga pembelian intan itu, sepersepuluhnya diserahkan pada Belanda.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Gambaran umum abad ke-19 bagi Kesultanan Banjar, bahwa hubungan kerajaan keluar sebagaimana yang pernah dijalankan sebelumnya, terputus khususnya dalam masalah hubungan perdagangan internasional. Tetapi kekuasaan Sultan ke dalam tetap utuh, tetap berdautat menjalani kekuasaan sebagai seorang Sultan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">[sunting] Sistem Pemerintahan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">1. Raja : bergelar Sultan/Panambahan/Ratu/Susuhunan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">2. Putra Mahkota : bergelar Ratu Anum/Pangeran Ratu/Sultan Muda</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">3. Perdana Menteri : disebut Perdana Mantri/Mangkubumi/Wazir, dibawah Mangkubumi : Mantri Panganan, Mantri Pangiwa, Mantri Bumi dan 40 orang Mantri Sikap, setiap Mantri Sikap memiliki 40 orang pengawal.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">4. Lalawangan : kepala distrik, kedudukannya sama seperti di masa Hindia Belanda.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">5. Sarawasa, Sarabumi dan Sarabraja : Kepala Urusan keraton</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">6. Mandung dan Raksayuda : Kepala Balai Longsari dan Bangsal dan Benteng</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">7. Mamagarsari : Pengapit raja duduk di Situluhur</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">8. Parimala : Kepala urusan dagang dan pekan (pasar). Dibantu Singataka dan Singapati.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">9. Sarageni dan Saradipa : Kuasa dalam urusan senjata (tombak, ganjur), duhung, tameng, badik, parang, badil, meriam dll.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">10. Puspawana : Kuasa dalam urusan tanaman, hutan, perikanan, ternak, dan berburu</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">11. Pamarakan dan Rasajiwa : Pengurus umum tentang keperluan pedalaman dan pedusunan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">12. Kadang Aji : Ketua Balai petani dan Perumahan. Nanang sebagai Pembantu</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">13. Wargasari : Pengurus besar tentang persediaan bahan makanan dan lumbung padi, kesejahteraan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">14. Anggarmarta : Juru Bandar, Kepala urusan pelabuhan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">15. Astaprana : Juru tabuh-tabuhan, kesenian dan kesusasteraan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">16. Kaum Mangkumbara : Kepala urusan upacara</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">17. Wiramartas : Mantri Dagang, berkuasa mengadakan hubungan dagang dengan luar negeri, dengan persetujuan Sultan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">18. Bujangga : Kepala urusan bangunan rumah, agama dan rumah ibadah</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">19. Singabana : Kepala ketenteraman umum.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Jabatan-jabatan di masa Panembahan Kacil (Sultan Mustain Billah), terdiri :</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">1. Mangkubumi</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">2. Mantri Pangiwa dan Mantri Panganan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">3. Mantri Jaksa</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">4. Tuan Panghulu</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">5. Tuan Khalifah</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">6. Khatib</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">7. Para Dipati</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">8. Para Pryai</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">* Masalah-masalah agama Islam dibicarakan dalam rapat/musyawarah oleh Penghulu yang memimpin pembicaraan, dengan anggota terdiri dari : Mangkubumi, Dipati, Jaksa, Khalifah dan Penghulu.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">* Masalah-masalah hukum sekuler dibicarakan oleh Jaksa yang memimpin pembicaraan dengan anggota terdiri dari Raja, Mangkubumi, Dipati dan Jaksa.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">* Masalah tata urusan kerajaan merupakan pembicaraan antara raja, Mangkubumi dan Dipati.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">* Dalam hierarki struktur negara, dibawah Mangkubumi adalah Panghulu, kemudian Jaksa. Urutan dalam suatu sidang negara adalah Raja, Mangkubumi, Panghulu, kemudian Jaksa. Urutan kalau Raja berjalan, diikuti Mangkubumi, kemudian Panghulu dan selanjutnya Jaksa. Kewenangan Panghulu lebih tinggi dari Jaksa, karena Panghulu mengurusi masalah keagamaan, sedangkan Jaksa mengurusi masalah keduniaan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">* Para Dipati, terdiri dari para saudara raja, menemani dan membantu raja, tetapi mereka adalah kedua setelah Mangkubumi.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Sistem pemerintahan mengalami perubahan pada masa pemerintahan Sultan Adam Al-Watsiq Billah. Perubahan itu meliputi jabatan :</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">1. Mufti : hakim tertinggi, pengawas Pengadilan umum</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">2. Qadi : kepala urusan hukum agama Islam</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">3. Penghulu : hakim rendah</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">4. Lurah : langsung sebagai pembantu Lalawangan (Kepala Distrik) dan mengamati pekerjaan beberapa orang Pambakal (Kepala Kampung) dibantu oleh Khalifah, Bilal dan Kaum.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">5. Pambakal : Kepala Kampung yang menguasai beberapa anak kampung.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">6. Mantri : pangkat kehormatan untuk orang-orang terkemuka dan berjasa, diantaranya ada yang menjadi kepala desa dalam wilayah yang sama dengan Lalawangan.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">7. Tatuha Kampung : orang yang terkemuka di kampung.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">8. Panakawan : orang yang menjadi suruhan raja, dibebas dari segala macam pajak dan kewajiban.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">* Sebutan Kehormatan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">o Sultan, disebut : Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">o Gubernur Jenderal VOC : Tuan Yang Maha Bangsawan Gubernur Jenderal.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">o Permaisuri disebut Ratu.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">o Putra raja bergelar Raden/Raden Aria - Raden yang senior mendapat gelar Pangeran dan jika menjabat Dipati mendapat gelar berganda menjadi Pangeran Dipati.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">o Putri Raja bergelar Gusti (= Raden Galuh pada jaman Hindu) - Gusti yang senior mendapat gelar Putri/Ratu. Belakangan Gusti juga dipakai untuk mengganti gelar Raden.</span><br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" /><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">o Seorang Syarif (bangsawan Arab) yang menikah dengan puteri Sultan akan mendapat gelar Pangeran Syarif, sedangkan puteri Sultan tersebut menjadi isteri permaisuri disebut Ratu Serip (Ratu Syarif)</span><br />
<br />
<span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #1d2129; display: inline !important; float: none; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 20px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;"><a href="https://www.facebook.com/notes/bahasa-banjar/kesultanan-banjarlebih-tua-600-tahun-dibandingkan-dengan-kerajaan-kutai-martapur/387252031817/" target="_blank">Sumber</a> </span><br />
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-30600549045166302252016-08-03T21:07:00.007+08:002016-08-03T21:07:55.654+08:005 Kerajaan yang berada di Kalimantan Selatan<i>K</i><i>erajaan </i>sudah ada di Indonesia Sejak Masa Lalu , Di <i>Kalimantan Selatan</i> Sendiri banyak Kerajaan di sana . Contohnya Saja Kerajaan Banjar dan masih banyak yang lainnya.<br />
<br />
<div>
<img alt="uk-history" border="0" height="512" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhMv7n0eZwdJHqddVumXVkcceGnjBUvY3w-4COHulqrTtUm2kDPkmW2A6BkgLZxzF-M2jl4_hVJ6jUJ9cwswm8W16pKWxFh7MUwEsauc0aRVogKyb_ad1wmaWj4i2-18HGlUnl2XwGoOOB/s640/uk-history.jpg" title="uk-history" width="640" /></div>
<div>
<br />
<i>Kerajaan</i>, salah satu bentuk pemerintahan di mana kepala negara dan/atau kepala pemerintahan-nya disebut Raja, Ratu, Kaisar, Permaisuri, Sultan, Baginda, Khalifah, Emir. dan kepala pemerintahannya bisa oleh perdana menteri ataupun raja sendiri. dalam kerajaan posisis raja adalah menjabat seumur hidup, artinya sampai dia mangkat/mengundurkan diri maka dia akan tetap menjadi raja. dan penerusnya nantipun harus berasal dari kerabat dekat si raja.<br />
</div>
<div>
Kerajaan dibentuk untuk memperoleh kekuasaan dan juga Untuk Memerintah pada suatu wilayah tertentu . Kerajaan adalah suatu pemerintahan yang sudah ada di Indonesia Ratusan Tahun Lalu , dan bahkan kini juga masih ada Kerajaan di Indonesia. Kerajaan merupakan bentuk pemerintahan yang sudah lama dipakai di Hampir seluruh Negara di Dunia.<br />
</div>
<b>1.KERAJAAN NEGARA DAHA</b><br />
<br />
<div>
<b>Kerajaan Negara Daha</b> adalah sebuah kerajaan Hindu (Syiwa-Buddha) yang pernah berdiri di <b>Kalimantan Selatan</b> sezaman dengan kerajaan Islam Giri Kedaton. Kerajaan Negara Daha merupakan pendahulu Kesultanan Banjar. Pusat pemerintahan/ibukota kerajaan ini berada di Muhara Hulak/kota Negara (sekarang kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan), sedangkan bandar perdagangan dipindahkan dari pelabuhan lama Muara Rampiau (sekarang desa Marampiau) ke pelabuhan baru pada Bandar Muara Bahan (sekarang kota Marabahan, Barito Kuala).<b> </b><br />
<br />
<b>Pusat Kerajaan Negara Daha</b> terletak di tepi sungai Negara dan berjarak 165 km di sebelah utara Kota Banjarmasin, ibukota provinsi Kalimantan Selatan.<br />
</div>
<div>
Kerajaan Negara Daha merupakan kelanjutan dari Kerajaan Negara Dipa yang saat itu berkedudukan diKuripan/Candi Agung, (sekarang kota Amuntai). Pemindahan ibukota dari Kuripan adalah untuk menghindari bala bencana karena kota itu dianggap sudah kehilangan tuahnya. Pusat pemerintahan dipindah ke arah hilir sungai Negara (sungai Bahan) menyebabkan nama kerajaan juga berubah sehingga disebut dengan nama yang baru sesuai letak ibukotanya yang ketiga ketika dipindahkan yaitu Kerajaan Negara Daha.</div>
<div>
<h3>
<b>Raja Negara Daha</b></h3>
</div>
<div>
Raja-raja Negara Daha: Raden Sakar Sungsang/Raden Sari Kaburungan/Ki Mas Lalana bergelar Maharaja Sari Kaburungan atau Panji Agung Rama Nata putera dari Putri Kalungsu/Putri Kabu Waringin, ratu terakhirNegara Dipa</div>
<ol start="1" type="1">
<li>Raden Sukarama bergelar Maharaja Sukarama, kakek dari Sultan Suriansyah (Sultan Banjar I) Raden Paksa bergelar Pangeran Mangkubumi</li>
<li>Raden Panjang bergelar Pangeran Tumenggung</li>
<li>Wilayah pengaruh kerajaan ini meliputi propinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, sebelah barat berbatasan dengan Kerajaan Tanjungpura, sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Kerajaan Kutai Kartanegara.</li>
</ol>
<div>
Islam datang ke daerah Kalimantan Selatan dari Giri pada masa Raden Sekar Sungsang yang pernah merantau ke pulau Jawa dan disana telah memiliki anak bernama Raden Panji Sekar yang menikahi putri dariSunan Giri kemudian bergelar Sunan Serabut. Tetapi Islam baru menjadi agama negara pada tahun 1526pada masa kekuasaan Sultan Suryanullah atau Sultan Suriansyah. Aksara Arab-Melayu telah digunakan sebelum berdirinya Kesultanan Banjar.</div>
<div>
Karena kemelut di Kuripan/Negara Daha, beberapa tumenggung melarikan diri ke negeri Paser di perbatasan Kerajaan Kutai Kartanegara dan kemudian mendirikan Kerajaan Sadurangas di daerah tersebut. Peninggalan Kerajaan Negara Daha dapat dilihat Kota Negara (Daha) dan Amuntai<br />
</div>
<div>
<h3>
<b>2. KERAJAAN SAMBAMBAN</b></h3>
</div>
<div>
<b>Kerajaan Sebamban </b>adalah suatu daerah pemerintahan swapraja yang dikepalai seorang bumi putera bagian dari Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda di bawah kekuasaan Asisten Residen GH Dahmen yang berkedudukan di<b> Samarinda</b><b>, Kalimantan Selatan</b>. Pemerintah swapraja daerah tersebut dikuasakan kepada seorang kepala bumiputera yaitu Pangeran Syarif Ali, putera dari Syarif Abdurahman Alaydrus Yang Dipertuan Kerajaan Kubu. Sekarang wilayah swapraja ini menjadi kecamatan Angsana,Sungai Loban dan sebagian Kuranji.<br />
<br />
<div>
Tahun 1849 pemerintah kolonial Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, berdasarkan <i>Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie</i>, pada 27 Agustus 1849, No. 8, daerah Sebamban ini termasuk dalam kawasan Tanah Bumbu dalam wilayah zuid en ooster-afdeeling<br />
</div>
<div>
Daerah Sabamban ini termasuk daerah-daerah pesisir yang diserahkan oleh Sultan Adam pada tahun 1826 kepada Hindia Belanda.<br />
</div>
<div>
Dalam tahun 1853 Landschap Sebamban berpenduduk sekitar 250 jiwa, tidak termasuk para penambang, kebanyakan orang Banjar dan beberapa orang Bugis. Daerah Sebamban ini menghasilkan intan, emas, batubara, beras, dan kayu.<br />
</div>
<div>
Dalam tahun 1898 Landschap Sabamban atau menurut istilah setempat <i>Pulau Sabamban</i> merupakan salah satu daerah <i>landschap</i> dalam Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178.<br />
</div>
<div>
Pada masa sekarang ini, Sebamban menjadi salah satu daerah penempatan transmigrasi di Kalimantan Selatan.<br />
</div>
<div>
<b>Raja Sabamban</b></div>
<div>
Penguasa (bestuurd door, banjar: lalawangan= pintu)) swapraja Sabamban bergelar Pangeran Syarif (bukan Sultan), yaitu :</div>
<ol start="1" type="1">
<li>Pangeran Syarif Ali Al-Idrus bin Syarif Abdurrahman Al-Idrus</li>
<li>Pangeran Syarif Hasan</li>
<li>Pangeran Syarif Qasim Al-Idrus bin Syarif Hasan Al-Idrus</li>
</ol>
<br />
<ol start="1" type="1">
</ol>
<b>3.KERAJAAN CANTUNG </b><br />
<br />
Kerajaan Tjangtoeng dan Batoe Litjin (EYD: Kerajaan Cantung dan Batu Licin) adalah kerajaanpecahan dari kerajaan Tanah Bumbu. Wilayah kerajaan Cantung dan Batu Licin mencakup Daerah aliran sungai Cantung dan Daerah Aliran Sungai Batulicin serta daerah sekitarnya. Penguasa pertama kerajaan ini adalah Ratu Intan I puteri Ratu Mas. Ratu Mas adalah penguasa terakhir kerajaan Tanah Bumbu, yang kelak terpecah menjadi beberapa wilayah kerajaan-kerajaan kecil. Pada Tahun 1870 kerajaan Tanah Bumbu dibagi kepada anak-anak Ratu Mas yaitu Pangeran Prabu dan Ratu Intan I. Pangeran Prabu memperoleh wilayah utara (Kerajaan Bangkalaan), sedangkan wilayah selatan diberikan kepada Ratu Intan I. Pada tahun 1861? wilayah Kerajaan Batoe Litjin dan Tjangtoeng menjadi suatu wilayah pemerintahan swaprajayang dikepalai seorang bumiputera bagian dari Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda di bawah kekuasaan Asisten Residen GH Dahmen yang berkedudukan di Samarinda. Pemerintah daerah swapraja tersebut dikuasakan kepada seorang kepala bumiputera yaitu Pangeran Syarif Hamid.<br />
<br />
Batoe Litjin dan Tjangtoeng masing-masing merupakan daerah-daerah <i>landschap</i> dalamAfdeeling Pasir en de Tanah Boemboe menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178.<br />
<br />
Pada masa Republik Indonesia Serikat, wilayah ini termasuk ke dalam kesatuan kenegaraanFederasi Kalimantan Tenggara.<br />
<br />
Sekarang wilayah swapraja ini menjadi kecamatan Hampang, Kelumpang Hulu, Batulicin dan kecamatan-kecamatan pemekarannya. Batulicin sekarang merupakan ibukota dari Tanah Bumbu.<br />
<br />
<ol start="1" type="1">
<li>Ratu Intan I anak Ratu Mas, menjadi Ratu Tjangtoeng I dan Batoe Litjin I (1780-1800) dan menikah dengan Sultan Anom dari Pasir (dikenal sebagai Sultan Dipati Anom Alamsyah Aji Dipati (1768-1799).</li>
<li>Gusti Besar binti Pangeran Prabu (1820-1830) atau (18xx-1825) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Cantung, Batulicin. Gusti Besar berkedudukan di Cengal. Cantung dan Batulicin diserahkan sepeninggal Ratu Intan. Gusti Besar menikahi Aji Raden Bin Aji Negara (Sultan Sepuh 1 Alamsyah).</li>
<li>Gusti Muso</li>
<li>Aji Jawi (1840) (putera Gusti Besar)(1825-1840): Pangeran Aji Jawi/Aji Djawa (1840-1841) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Cantung dan Batulicin. Pada mulanya Cengal adalah daerah pertama yang berhasil direbut kembali, kemudian Manunggul dan Sampanahan.</li>
<li>Raja Aji Mandura. Aji Mandura menganeksasi Buntar Laut, sepeninggal Gusti Dandai yang tidak memiliki ahli waris.Aji Madura menikah dengan Ratu Jumantan (anak Pangeran Abdul Majid Kasuma. Pangeran Kusumanegara / Aji Darma.)</li>
</ol>
<br />
<ol start="1" type="1">
</ol>
<div>
<h3>
<b>4. KERAJAAN KURIPAN</b></h3>
</div>
Kerajaan Kuripan, atau disebut pula Kahuripan, adalah kerajaan kuno yang beribukota dikecamatan Danau Panggang, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.<sup>[1]</sup> Kerajaan Kuripan berlokasi di sebelah hilir dari negeri Candi Agung (Amuntai Tengah).<sup>[2]</sup><br />
<br />
Diduga pusat pemerintahan kerajaan ini berpindah-pindah di sekitar Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tabalong saat ini. Kabupaten Tabalong terletak di sebelah hulu dari Kabupaten Hulu Sungai Utara, karena di kawasan Kabupaten Hulu Sungai Utara sungai Bahan/sungai Negara bercabang ke arah hulunya menjadi dua yaitu daerah aliran sungai Tabalong dan daerah aliran sungai Balangan. Menurut kebiasaan di Kalimantan, penamaan sebuah sungai biasanya berdasarkan nama kawasan yang ada di sebelah hulunya. Karena itu penamaan sungai Tabalong berdasarkan nama daerah yang ada di sebelah hulu dari sungai tersebut, yang pada zaman Hindia Belanda disebut Distrik Tabalong. Sungai Tabalong adalah anak sungai Bahan, sedangkan sungai Bahan adalah anak sungai Barito yang bermuara ke laut Jawa.<br />
<br />
Diduga nama Kerajaan Kuripan sebutan lain dari Kerajaan Tabalong yang disebutkan dalamKakawin Nagarakretagama yang ditulis pujangga Majapahit yakni Mpu Prapanca pada tahun1365. Sebutan Kerajaan Tabalong berdasarkan nama kawasan dimana kerajaan tersebut berada. Sedangkan nama Kuripan mungkin nama ibukotanya saat itu. Nama Kuripan diduga adalah nama lama kota Amuntai di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang terletak di sekitar muara sungai Tabalong.<br />
<br />
Menurut Tutur Candi, Kerajaan Kahuripan adalah kerajaan yang lebih dulu berdiri sebelumKerajaan Negara Dipa. Karena raja Kerajaan Kahuripan menyayangi Empu Jatmika sebagai anaknya sendiri maka setelah dia tua dan mangkat kemudian seluruh wilayah kerajaannya (Kahuripan) dinamakan sebagai Kerajaan Negara Dipa, yaitu nama daerah yang didiami oleh Empu Jatmika. (Fudiat Suryadikara, Geografi Dialek Bahasa Banjar Hulu, Depdikbud, 1984<br />
Kerajaan Kuripan ini diduga adalah kerajaan yang sama dengan Kerajaan Tanjungpuri atau Kerajaan Nan Sarunai atau mungkin pula Nan Sarunai adalah bawahan dari Kuripan. Selanjutnya kekuasaan kerajaan orang pribumi kemudian digantikan penguasa baru daerah ini yaitu Dinasti Negara Dipa yang berdarah Majapahit.<br />
<br />
Pemerintahan suku Maanyan di kerajaan Nan Sarunai mendapat serangan dari Jawa (Majapahit) sebanyak dua kali yang disebut orang Maanyan dengan istilah Nansarunai Usak Jawa, sehingga suku Maanyan menyingkir ke pedalaman pada daerah yang dihuni suku Lawangan kecuali sebagian yang kemudian bergabung ke dalam pemerintahan orang Majapahit.<br />
<br />
Diduga serangan yang kedua adalah serangan dari Pangeran Surya Nata I yang telah mengokohkan kedudukannya sebagai Raja Negara Dipa setelah menikah dengan Putri Junjung Buih. Menurut orang Maanyan, kerajaan Nan Sarunai ini telah ada pengaruh Hindu, yaitu adanya pembakaran tulang-tulang dalam upacara kematian suku Maanyan, yang merupakan aliran Hindu-Kaharingan, sebelumnya tidak dikenal pembakaran tulang-tulang dalam agama Kaharingan yang asli.<br />
<br />
<br />
<b>5.KERAJAAN NEGARA DIPA</b><br />
<br />
<div>
<b>Kerajaan Negara Dipa</b> adalah kerajaan yang berada di pedalaman Kalimantan Selatan. Kerajaan ini adalah pendahulu Kerajaan Negara Daha. Sejak masa pemerintahan Lambung Mangkurat wilayahnya terbentang dariTanjung Silat sampai Tanjung Puting.<br />
</div>
<div>
Kerajaan Negara Dipa memiliki daerah-daerah bawahan yang disebut Sakai, yang masing-masing dipimpin oleh seorang Mantri Sakai. Sebuah pemerintahan Sakai kira-kira sama dengan pemerintahan lalawangan (distrik) pada masa Kesultanan Banjar. Pada mulanya negara Dipa merupakan bawahan kerajaan Kuripanyang merupakan kerajaan pribumi. Menurut Hikayat Banjar, Negara Dipa merupakan sebuah negeri yang didirikan Ampu Jatmika yang berasal dari Keling (Coromandel) yang berjarak dua bulan perjalanan laut menuju pulau Hujung Tanah (Kalimantan).<sup>[3]</sup> Menurut Veerbek (1889:10) Keling, propinsi Majapahit di barat daya Kediri.<br />
<br />
Menurut Paul Michel Munos dalam Kerajaan-kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Senanjung Malaysia, hal 401 dan 435, Empu Jamatka (atau Empu Jatmika) mendirikan pada tahun 1387, dia berasal dari Majapahit. Diduga Ampu Jatmika menjabat sebagai Sakai di Negara Dipa (situs Candi Laras)(Margasari). Ampu Jatmika bukanlah keturunan bangsawan dan juga bukan keturunan raja-raja Kuripan, tetapi kemudian dia berhasil menggantikan kedudukan raja Kuripan sebagai penguasa Kerajaan Kuripan yang wilayahnya lebih luas tersebut, tetapi walau demikian Ampu Jatmika tidak menyebut dirinya sebagai raja, tetapi hanya sebagai Penjabat Raja (pemangku).<br />
</div>
<div>
Setelah perpindahan ibukota kerajaan Negara Dipa dari Candi Laras (Margasari) ke Candi Agung (Amuntai), penggantinya Lambung Mangkurat (Lembu Mangkurat) setelah bertapa di sungai (Tabalong?) berhasil memperoleh Puteri Junjung Buih yang kemudian dijadikan Raja Putri di Negara Dipa. Raja Putri ini sengaja dipersiapkan sebagai jodoh bagi seorang Pangeran yang sengaja dijemput dari Majapahit yaitu Raden Putra yang kelak bergelar Pangeran Suryanata I. Keturunan Lambung Mangkurat dan keturunan mereka berdua inilah yang kelak sebagai raja-raja di Negara Dipa.</div>
<div>
Menurut Tutur Candi, Kerajaan Kahuripan adalah kerajaan yang lebih dulu berdiri sebelum <b>Kerajaan Negara Dipa</b>. Karena raja Kerajaan Kahuripan menyayangi Empu Jatmika sebagai anaknya sendiri maka setelah dia tua dan mangkat kemudian seluruh wilayah kerajaannya (Kahuripan) dinamakan sebagai Kerajaan Negara Dipa, yaitu nama daerah yang didiami oleh Empu Jatmika. (Fudiat Suryadikara, Geografi Dialek Bahasa Banjar Hulu, Depdikbud, 1984)<br />
</div>
<div>
Kerajaan Negara Dipa semula beribukota di Candi Laras (Distrik Margasari) dekat hilir sungai Bahan tepatnya pada suatu anak sungai Bahan, kemudian ibukotanya pindah ke hulu sungai Bahan yaitu Candi Agung (Amuntai), kemudian Ampu Jatmika menggantikan kedudukan Raja Kuripan (negeri yang lebih tua) yang mangkat tanpa memiliki keturunan, sehingga nama Kerajaan Kuripan berubah menjadi Kerajaan Negara Dipa. Ibukota waktu itu berada di Candi Agung yang terletak di sekitar hulu sungai Bahan (= sungai Negara) yang bercabang menjadi sungai Tabalong dan sungai Balangan dan sekitar sungai Pamintangan (sungai kecil anak sungai Negara).<br />
</div>
<div>
Kerajaan ini dikenal sebagai penghasil intan pada zamannya.<br />
<br />
<a href="http://unikshare.blogspot.co.id/2013/05/5-Kerajaan-yang-berada-di-Kalimantan-Selatan.html" target="_blank">Sumber</a> </div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-23656542061158172432016-07-31T18:01:00.003+08:002016-07-31T18:01:44.745+08:00Filosofi Rumah Adat Banjar<span style="background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; display: block; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><a href="https://draft.blogger.com/blogger.g?blogID=313857250550564430" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a><a href="https://draft.blogger.com/blogger.g?blogID=313857250550564430" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a><img alt="★★★ Adat Dan Budaya Suku Banjar (Kalimantan Selatan) ★★★" border="0" class="rjn-img" src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:kqiaWFL770q0QM::jepretanku.files.wordpress.com/2008/03/banjar-house-south-borneo-trad-house1.jpg&t=1&h=196&w=257&usg=__nbKHv6JVnUovFZw59BX3X5EdXh4=" height="305" style="border: 0px none; box-sizing: border-box; margin-bottom: -1px; max-width: 100%; vertical-align: middle;" width="400" /></span><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<b style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Jenis-jenis <a href="http://www.hobby-smart.com/2016/07/rumah-adat-kalimantan-selatan-nama.html" target="_blank">Rumah Adat Banjar</a>:</b><br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">1. Rumah Bubungan Tinggi</span><br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">2. Rumah Gajah Baliku</span><br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">3. Rumah Gajah Manyusu</span><br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">4. Rumah Balai Laki</span><br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">5. Rumah Balai Bini</span><br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">6. Rumah Palimbangan</span><br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">7. Rumah Palimasan (Rumah Gajah</span><br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">8. Rumah Anjung Surung (Rumah Cacak Burung)</span><br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">9. Rumah Tadah Alas</span><br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">10. Rumah Lanting</span><br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">11. Rumah Joglo Gudang</span><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Sejarah dan Perkembangan Rumah Adat Banjar</span><br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Rumah adat Banjar, biasa disebut juga dengan Rumah Bubungan Tinggi karena bentuk pada bagian atapnya yang begitu lancip dengan sudut 45º.</span><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Bangunan Rumah Adat Banjar diperkirakan telah ada sejak abad ke-16, yaitu ketika daerah Banjar di bawah kekuasaan Pangeran Samudera yang kemudian memeluk agama Islam, dan mengubah namanya menjadi Sultan Suriansyah dengan gelar Panembahan Batu Habang.</span><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Sebelum memeluk agama Islam Sultan Suriansyah tersebut menganut agama Hindu. Ia memimpin Kerajaan Banjar pada tahun 15961620.</span><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Pemisahan jenis dan bentuk rumah Banjar sesuai dengan filsafat dan religi yang bersumber pada kepercayaan Kaharingan pada suku Dayak bahwa alam semesta yang terbagi menjadi 2 bagian, yaitu alam atas dan alam bawah.Rumah Bubungan Tinggi merupakan lambang mikrokosmos dalam makrokosmos yang besar.Penghuni seakan-akan tinggal di bagian dunia tengah yang diapit oleh dunia atas dan dunia bawah. Di rumah mereka hidup dalam keluarga besar, sedang kesatuan dari dunia atas dan dunia bawah melambangkan Mahatala dan Jata (suami dan isteri).</span><br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">rumah Bubungan Tinggi melambangkan berpadunya Dunia Atas dan Dunia Bawah</span><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<b style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Dwitunggal Semesta</b><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Pada peradaban agraris, rumah dianggap keramat karena dianggap sebagai tempat bersemayam secara ghaib oleh para dewata seperti pada rumah Balai suku Dayak Bukit yang berfungsi sebagai rumah ritual. Pada masa Kerajaan Negara Dipa sosok nenek moyang diwujudkan dalam bentuk patung pria dan wanita yang disembah dan ditempatkan dalam istana. Pemujaan arwah nenek moyang yang berwujud pemujaan Maharaja Suryanata dan Puteri Junjung Buih merupakan simbol perkimpoian (persatuan) alam atas dan alam bawah Kosmogoni Kaharingan-Hindu. Suryanata sebagai manifestasi dewa Matahari (Surya) dari unsur kepercayaan Kaharingan-Hindu, matahari yang menjadi orientasi karena terbit dari ufuk timur (orient) selalu dinantikan kehadirannya sebagai sumber kehidupan, sedangkan Puteri Junjung Buih berupa lambang air, sekaligus lambang kesuburan tanah berfungsi sebagai Dewi Sri di Jawa. Pada masa tumbuhnya kerajaan Hindu, istana raja merupakan citra kekuasaan bahkan dianggap ungkapan berkat dewata sebagai pengejawantahan lambang Kosmos Makro ke dalam Kosmos Mikro. Puteri Junjung Buih sebagai perlambang "dunia Bawah" sedangkan Pangeran Suryanata perlambang "dunia atas". Pada arsitektur Rumah Bubungan Tinggi pengaruh unsur-unsur tersebut masih dapat ditemukan. Bentuk ukiran naga yang tersamar/didestilir (bananagaan) melambangkan "alam bawah" sedangkan ukiran burung enggang melambangkan "alam atas".</span><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<b style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Pohon Hayat</b><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi dengan atapnya yang menjulang ke atas merupakan citra dasar dari sebuah "pohon hayat" yang merupakan lambang kosmis. Pohon Hayat merupakan pencerminan dimensi-dimensi dari satu kesatuan semesta. Ukiran tumbuh-tumbuhan yang subur pada Tawing Halat (Seketeng) merupakan perwujudan filosofi "pohon kehidupan" yang oleh orang Dayak disebut Batang Garing dalam kepercayaan Kaharingan yang pernah dahulu berkembang dalam kehidupan masyarakat Kalimantan Selatan pada periode sebelumnya.</span><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<b style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Payung</b><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi dengan atapnya yang menjulang ke atas merupakan sebuah citra dasar sebuah payung yang menunjukkan suatu orientasi kekuasaan ke atas. Payung juga menjadi perlambang kebangsawanan yang biasa menggunakan "payung kuning" sebagai perangkat kerajaan. Payung kuning sebagai tanda-tanda kemartabatan kerajaan Banjar diberikan kepada para pejabat kerajaan di suatu daerah.</span><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<b style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 700; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">Simetris</b><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Wujud bentuk rumah Banjar Bubungan Tinggi yang simetris, terlihat pada bentuk sayap bangunan atau anjung yang terdiri atas Anjung Kanan dan Anjung Kiwa. Hal ini berkaitan dengan filosofi simetris (seimbang) dalam pemerintahan Kerajaan Banjar, yang membagi kementerian, menjadi Mantri Panganan (Kelompok Menteri Kanan) dan Mantri Pangiwa (Kelompok Menteri Kiri), masing-masing terdiri atas 4 menteri, Mantri Panganan bergelar 'Patih' dan Mantri Pangiwa bergelar 'Sang', tiap-tiang menteri memiliki pasukan masing-masing. KOnsep simetris ini tercermin pada rumah bubungan tinggi.</span><br />
<br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><a href="http://www.kaskus.co.id/thread/52c3196b1f0bc35e408b458f/adat-dan-budaya-suku-banjar-kalimantan-selatan/" target="_blank">Sumber</a> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-84070952927414865792016-07-31T17:58:00.000+08:002016-07-31T17:59:41.176+08:00Sasirangan, Kain Khas Etnis Banjar di Kalsel<span style="background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; display: block; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><img alt="★★★ Adat Dan Budaya Suku Banjar (Kalimantan Selatan) ★★★" border="0" class="rjn-img" src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:becnq8IYjWAENM::img89.imageshack.us/img89/4446/sasirangan0ty.jpg&t=1&h=183&w=276&usg=__t6de4722tOhu9TNdfkpM_EfdJJM=" height="424" style="border: 0px none; box-sizing: border-box; margin-bottom: -1px; max-width: 100%; vertical-align: middle;" width="640" /></span><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kain sasirangan adalah sejenis kain yang diberi gambar dengan corak dan warna tertentu yang sudah dipolakan secara tradisional menurut citarasa budaya yang khas etnis Banjar di Kalsel.</span><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Secara etimologis istilah Sasirangan bukanlah kata benda sebagaimana yang dikesankan oleh pengertian di atas, tapi adalah kata kerja. Sa artinya satu dan sirang artinya jelujur. Ini berarti sasirangan artinya dibuat menjadi satu jelujur.</span><br />
<br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Kain sasirangan memang identik dengan kain yang diberi gambar dengan corak warna-warm berbentuk garis-garis jelujur yang memanjang dari bawah ke atas (vertikal). Sungguhpun demikian, istilah sasirangan sudah disepakati secara social budaya (arbitrer) kepada benda berbentuk kain (kata benda).</span><br />
<br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Pada mulanya kain sasirangan disebut kain langgundi, yakni kain tenun berwana kuning. Ketika Empu Jatmika berkuasa sebagai raja di Kerajaan Negara Dipa pada tahun 1355-1362. Kain langgundi merupakan kain yang digunakan secara luas sebagai bahan untuk membuat busana harian oleh segenap warga negara Kerajaan Negara Dipa.</span><br />
<br style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #fafafa; box-sizing: border-box; color: #343434; font-family: Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;" />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Hikayat Banjar memaparkan secara tersirat bahwa di kawasan yang sekarang ini dikenal sebagai pusat kota Amuntai banyak berdiam para pengrajin kain langgundi. Keterampilan membuat kain langgundi ketika itu tidak hanya dikuasai oleh para wanita yang sudah tua saja, tetapi juga dikuasai oleh para wanita yang masih gadis belia. Paparan ini menyiratkan bahwa kain langgundi ketika itu memiliki pangsa pasar yang besar. Jika tidak, maka sudah barang tentu tidak bakal banyak warga negara Kerajaan Negara Dipa yang menekuninya sebagai pekerjaan utama.</span><br />
<br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Bukti bahwa di kota Amuntai ketika itu banyak berdiam para pembuat kain langgundi adalah paparan tentang keberhasilan Lambung Mangkurat memenuhi permintaan Putri Junjung Buih sebagai syarat kesediaannya untuk dijadikan raja putri di Kerajaan Negara Dipa.</span><br />
<br />
<a href="https://draft.blogger.com/blogger.g?blogID=313857250550564430" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a><span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Menurut Hikayat Banjar, Putri Junjung Buih ketika itu meminta Lambung Mangkurat membuatkan sebuah mahligai megah yang harus selesai dikerjakan dalam tempo satu hari oleh 40 orang tukang pria yang masih bujangan. Selain itu, Putri Junjung Buih juga meminta Lambung Mangkurat membuatkan sehelai kain langgundi yang selesai ditenun dan dihiasi dalam tempo satu hari oleh 40 orang wanita yang masih perawan.</span><br />
<br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Semua permintaan Putri Junjung Buih itu dapat <span style="font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;">d</span>ipenuhi dengan mudah oleh Lambung Mangkurat. Paparan ini menyiratkan bahwa di kota Amuntai ketika itu banyak berdiam para tukang pria yang masih bujang, dan para penenun wanita yang masih perawan. Jika tidak, maka sudah barang tentu Lambung Mangkurat tidak akan mampu memenuhi semua permintaan Putri Junjung Buih.</span><br />
<br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Pada hari yang telah disepakati, naiklah Putri Junjung Buih ke alam manusia meninggalkan tempat persemayamannya selama ini yang terletak di dasar Sungai Tabalong. Ketika itulah warga negara Kerajaan Negara Dipa melihat Putri Junjung Buih tampil dengan anggunnya. Pakaian kebesaran yang dikenakannya ketika itu tidak lain adalah kain langgundi warna kuning hasil tenunan 40 orang penenun wanita yang masih perawan (Ras, 1968 : Baris 725-735, Hikajat Bandjar)</span><br />
<br />
<span style="background-color: #fafafa; color: #343434; display: inline; float: none; font-family: "roboto" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19.6px; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><a href="http://www.kaskus.co.id/thread/52c3196b1f0bc35e408b458f/adat-dan-budaya-suku-banjar-kalimantan-selatan/" target="_blank">Sumber</a> </span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-89913093345125272202016-07-31T17:22:00.002+08:002016-07-31T17:22:31.150+08:00Tarian Tradisional Kalimantan Selatan Dan Penjelasannya<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #111111; font-family: "Helvetica Neue", Arial, "Liberation Sans", FreeSans, sans-serif; font-size: 14.3px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 28.6px; margin: 0px 0px 5px; orphans: auto; outline: 0px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Kalimantan Selatan atau Kalsel adalah Provinsi yang beribukota Banjarmasin. Mayoritas penduduk Kalimantan Selatan merupakan Suku Banjar yang terdiri atas 3 kelompok, yaitu Banjar Kuala, Banjar Pahuluan dan Banjar Batang Banyu. Setiap kelompok memiliki tradisi tersendiri namun tetap rukun</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #111111; font-family: "Helvetica Neue", Arial, "Liberation Sans", FreeSans, sans-serif; font-size: 14.3px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 28.6px; margin: 0px 0px 5px; orphans: auto; outline: 0px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Tarian Tradisional Suku Banjar banyak yang terkenal dan dibagi menjadi dua ada Tarian Banjar dan Tarian Banjar Bukit. Mari kita mengenal<span class="Apple-converted-space"> </span>Tarian Tradisional<span class="Apple-converted-space"> </span>apa saja yang bisa kita ketahui tentang Suku Banjar, berikut ini beberapa Tarian Tradisional Kalimantan Selatan :</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #111111; font-family: "Helvetica Neue", Arial, "Liberation Sans", FreeSans, sans-serif; font-size: 14.3px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 28.6px; margin: 0px 0px 5px; orphans: auto; outline: 0px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<strong style="background: transparent; border: 0px; font-size: 14.3px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">1. Tarian Baksa Kambang</strong></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #111111; font-family: "Helvetica Neue", Arial, "Liberation Sans", FreeSans, sans-serif; font-size: 14.3px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 28.6px; margin: 0px 0px 5px; orphans: auto; outline: 0px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="Baksa Kambang" class="alignleft size-medium wp-image-3317" height="166" src="http://www.azamku.com/wp-content/uploads/2015/01/Baksa-Kambang-300x166.jpg" style="background: transparent none repeat scroll 0% 0%; border: 1px solid rgb(224, 224, 224); display: inline; float: left; font-size: 14.3px; margin: 4px 24px 12px 0px; max-width: 97.5%; outline: 0px none; padding: 5px; vertical-align: baseline;" width="300" />Pada jaman dahulu Tarian Baksa Kambang berkembang di lingkungan kraton Banjar. Fungsi tarian ini adalah untuk menyambut tamu dari negara lain atau keraton lain, untuk jaman sekarang tetap fungsinya. Selain itu Tarian Baksa Kambang juga dipentaskan dalam acara keluarga seperi Khitanan, Nikahan, pentas seni dll. Untuk melakukan tarian ini para penari membawa Kembang Bogam yaitu rangkaian dari berbagai jenis bunga diantaranya bunga mawar,bunga kantil,bunga melati,dan bunga kenanga. Fungsi bunga nanti tersebut nanti akan diberikan kepada tamu yang hadir. Untuk jumlah penari biasanya ganjil dan tarian ini menceritakan seorang putri yang bermain di taman bunga dan sedang menari. Tarian ini dalam pentasnya diiringi oleh gamelan yang beriarama lagunya yang sudah baku,yaitu seperti Lagu Ayakan dan Jangklong atau sering disebut Kambang Murni.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #111111; font-family: "Helvetica Neue", Arial, "Liberation Sans", FreeSans, sans-serif; font-size: 14.3px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 28.6px; margin: 0px 0px 5px; orphans: auto; outline: 0px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<strong style="background: transparent; border: 0px; font-size: 14.3px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">2. Tarian Radap Rahayu</strong></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #111111; font-family: "Helvetica Neue", Arial, "Liberation Sans", FreeSans, sans-serif; font-size: 14.3px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 28.6px; margin: 0px 0px 5px; orphans: auto; outline: 0px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="Radap Rahayu" class="alignleft size-medium wp-image-3318" height="225" src="http://www.azamku.com/wp-content/uploads/2015/01/Radap-Rahayu-300x225.jpg" style="background: transparent none repeat scroll 0% 0%; border: 1px solid rgb(224, 224, 224); display: inline; float: left; font-size: 14.3px; margin: 4px 24px 12px 0px; max-width: 97.5%; outline: 0px none; padding: 5px; vertical-align: baseline;" width="300" />Tarian Rahayu merupakan tarian yang sakral, pada jaman dahulu tarian ini merupakan tarian untuk upacara ritual tolak balak bagi masyarakat Banjarmasin. Tari Radap Rahayu dilakukan pada upacara seperti kehamilan, perkawinan, dan kematian. Tarian ini terinspirasi dari kejadian kapal Perabu Yaksa berisi patih Lambung Mangkurat yang pulang berkunjung dari kerajaan majapahit. Ketika sampai di Muara Mantuil dan akan memasuki Sungai barito, kapal ini kandas di tengah perjalanan. Perahu oleng dan nyaris terbalik. Pada intinya tarian ini merupakan gambaran rasa bersyukur karena kapal tersebut tidak tenggelam.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #111111; font-family: "Helvetica Neue", Arial, "Liberation Sans", FreeSans, sans-serif; font-size: 14.3px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 28.6px; margin: 0px 0px 5px; orphans: auto; outline: 0px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<strong style="background: transparent; border: 0px; font-size: 14.3px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">3.Tarian Kuda Gepang</strong></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #111111; font-family: "Helvetica Neue", Arial, "Liberation Sans", FreeSans, sans-serif; font-size: 14.3px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 28.6px; margin: 0px 0px 5px; orphans: auto; outline: 0px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="tarian kuda gepang" class="alignleft size-medium wp-image-3319" height="206" src="http://www.azamku.com/wp-content/uploads/2015/01/tarian-kuda-gepang-300x206.png" style="background: transparent none repeat scroll 0% 0%; border: 1px solid rgb(224, 224, 224); display: inline; float: left; font-size: 14.3px; margin: 4px 24px 12px 0px; max-width: 97.5%; outline: 0px none; padding: 5px; vertical-align: baseline;" width="300" />Tarian Kuda Gepang merupakan tarian yang unik karena kudanya bukan dinaikin tetapi di jepik di ketiak. Menurut cerita dahulu Tarian ini berasal dari Lambung Mangkurat yang datang ke Majapahit untuk bertemu dengan Gajah Mada ketika mau pulang di beri hadiah kuda, ketika dinaiki kudanya lumpuh, dengan kesaktiannya kudanya di kecilin dan di bawa pakai tangan untuk dinaikkan ke kapal. Tarian Kuda Gepang ini sangat terkenal di masyarakat Banjar biasanya dipentaskan pada upacara perkawinan, khitanan atau pentas seni. Tari ini biasanya dilengkapi juga dengan diusungnya/bausung kedua pengantin saat menuju pelaminan.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #111111; font-family: "Helvetica Neue", Arial, "Liberation Sans", FreeSans, sans-serif; font-size: 14.3px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 28.6px; margin: 0px 0px 5px; orphans: auto; outline: 0px; padding: 0px 0px 10px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<strong style="background: transparent; border: 0px; font-size: 14.3px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">4. Tarian Bagandut</strong></div>
<div class="post-body entry-content" id="post-body-2617258432001071445" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #111111; font-family: "Helvetica Neue", Arial, "Liberation Sans", FreeSans, sans-serif; font-size: 14.3px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 28.6px; margin: 0px; orphans: auto; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="Bagandut" class="alignleft size-medium wp-image-3320" height="168" src="http://www.azamku.com/wp-content/uploads/2015/01/Bagandut-300x168.jpg" style="background: transparent none repeat scroll 0% 0%; border: 1px solid rgb(224, 224, 224); display: inline; float: left; font-size: 14.3px; margin: 4px 24px 12px 0px; max-width: 97.5%; outline: 0px none; padding: 5px; vertical-align: baseline;" width="300" />Tarian Bagadut adalah tarian yang mirip dengan tarian tayub, ronggeng. Tarian ini merupakan termasuk tarian erotis, pada waktu dulu tarian ini berkembang hanya dilingkungan kerajaan. Sekarang tarian ini bisa kita lihat di acara<span class="Apple-converted-space"> </span>Pernikahan, khitanan, acara seni dll. Tarian ini cepat merakyat karena penari bisa meminta penonton untuk ikut menari atau tamu yang di khususkan.<span class="Apple-converted-space"> </span><br class="post-body entry-content" id="post-body-2617258432001071445" style="margin: 0px; padding: 0px;" />Gandut merupakan profesi yang unik dalam masyarakat dan tidak sembarangan wanita mampu menjadi Gandut. Selain syarat harus cantik dan pandai menari, seorang Gandut juga wajib menguasai seni bela diri dan mantera-mantera tertentu. Ilmu tambahan ini sangat penting untuk melindungi dirinya sendiri dari tangan-tangan usil penonton yang tidak sedikit ingin memikatnya memakai ilmu hitam. Dahulu banyak Gandut yang diperistri oleh para bangsawan dan pejabat pemerintahan, disamping paras cantik mereka juga diyakini memiliki ilmu pemikat hati penonton yang dikehendakinya. Nyai Ratu Komalasari, permaisuri Sultan Adam adalah bekas seorang penari Gandut yang terkenal.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #111111; font-family: "Helvetica Neue", Arial, "Liberation Sans", FreeSans, sans-serif; font-size: 14.3px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 28.6px; margin: 0px; orphans: auto; outline: 0px; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<strong style="background: transparent; border: 0px; font-size: 14.3px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> 5. Tarian Maayam Tikar</strong><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><span class="mw-headline" id="Maayam_Tikar" style="background: transparent; border: 0px; font-size: 14.3px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><img alt="Maayam Tikar" class="alignleft size-medium wp-image-3321" height="225" src="http://www.azamku.com/wp-content/uploads/2015/01/Maayam-Tikar-300x225.jpg" style="background: transparent none repeat scroll 0% 0%; border: 1px solid rgb(224, 224, 224); display: inline; float: left; font-size: 14.3px; margin: 4px 24px 12px 0px; max-width: 97.5%; outline: 0px none; padding: 5px; vertical-align: baseline;" width="300" /></span>Merupakan jenis tari khas dari Kabupaten Tapin yang menggambarkan remaja putri dari daerah Margasari, Kabupaten Tapin yang sedang menganyam tikar dan anyaman. Tari berdurasi sekitar 6 menit ini biasanya dibawakan oleh 10 orang penari putri. Tari ini diciptakan oleh Muhammad Yusuf, Ketua Sanggar Tari Buana Buluh Merindu, dari kota Rantau, ibukota Kabupaten Tapin.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #111111; font-family: "Helvetica Neue", Arial, "Liberation Sans", FreeSans, sans-serif; font-size: 14.3px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 28.6px; margin: 0px 0px 5px; orphans: auto; outline: 0px; padding: 0px 0px 10px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Keindahan tarian ini banyak membuat orang suka sehingga tarian ini terus berkembang di masyarakat Banjar</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #111111; font-family: "Helvetica Neue", Arial, "Liberation Sans", FreeSans, sans-serif; font-size: 14.3px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 28.6px; margin: 0px; orphans: auto; outline: 0px; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Semoga informasi tentang Tarian Tradisional Provinsi Kalimantan Selatan bisa memberikan kita tambahan pengetahuan tentang Tarian Tradisional di provinsi lain. Khususnya bagi pelajar atau generasi muda memahami dan mengenal<span class="Apple-converted-space"> </span>tarian tradisional<span class="Apple-converted-space"> </span>Nusantara wajib sebab bila kita tidak mengenal maka kita tidak akan mau melestarikan.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #111111; font-family: "Helvetica Neue", Arial, "Liberation Sans", FreeSans, sans-serif; font-size: 14.3px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 28.6px; margin: 0px; orphans: auto; outline: 0px; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background: rgb(255, 255, 255); border: 0px; color: #111111; font-family: "Helvetica Neue", Arial, "Liberation Sans", FreeSans, sans-serif; font-size: 14.3px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 28.6px; margin: 0px; orphans: auto; outline: 0px; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<a href="http://www.azamku.com/tarian-tradisional-kalimantan-selatan/" target="_blank">Sumber</a> </div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-88791307410313787052016-07-31T17:17:00.005+08:002016-07-31T17:19:42.298+08:00Rumah Adat Kalimantan Selatan, Nama, Gambar, dan PenjelasannyaSeperti halnya dalam kegiatan jual beli, aktivitas masyarakat Kalimantan Selatan memang lebih banyak dilakukan di atas sungai. Berdasarkan hal ini, maka rumah yang mereka tinggali konstruksinya juga sering disesuaikan dengan aktivitasnya tersebut, contohnya seperti pada konstruksi rumah adat Baanjung yang berupa rumah pangung. <br />
<br />
Rumah adat Baanjung adalah nama dari rumah adat Kalimantan Selatan, salah satu rumah adat yang cukup unik gaya arsitekturnya. Berikut ini penjelasan mengenai Rumah adat tersebut secara lengkap mulai dari konstruksi, gambar, dan filosofinya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img alt="Rumah Adat Kalimantan Selatan" border="0" height="auto" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtffm_KBrv2MTdhR0EGJKuwkssPzFq5Cm4MfqUlCENBDKvFncvu4Dykoll5dQvkNZJo3zZmeexLj1noU2scjgIlVt3258DjYCGBylYeC0lqgmPOTTyOEGjOIsxDlXVskqqMw7-aodQosM/s640/Rumah+Adat+Indonesia+-+Rumah+Bubungan+Tinggi%252C+Kalimantan+Selatan.JPG" title="Rumah Adat Kalimantan Selatan" width="100%" /></div>
<br />
<br />
<h3>
Sekilas Tentang Provinsi Kalimantan Selatan</h3>
Terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan, provinsi ini beribukota di Banjarmasin. Kalimantan Selatan terdiri dari 11 kabupaten dan 2 kota yaitu, Kota Banjarbaru dan Kota Banjarmasin. Kabupatennya yaitu Kabupaten Balangan, Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Kotabaru, Tabalong, Tanah Bumbu, Tanah Laut dan Kabupaten Tapin.
<br />
<br />
<h3>
Rumah Adat Baanjung</h3>
Suku Banjar merupakan suku mayoritas di Kalimantan Selatan. Suku Banjar mendiami rumah adat Banjar yang disebut dengan Rumah Baanjung. Dalam bahasa Banjar, ba-anjung berarti beranjung atau bersayap. Hal ini terlihat dari adanya sayap bangunan yang menjorok dari samping kiri dan kanan bangunan utama. Sayap ini merupakan bangunan tambahan di kanan kiri rumah.<br />
<br />
Kayu ulin, kayu lanan, dan kayu damar putih merupakan material utama yang digunakan dalam konstruksi dan bangunan rumah adat Kalimantan Selatan ini. Bagian depan rumah menggunakan papan kayu ulin, sedangkan bagian samping dan belakang menggunakan papan kayu lanan dan kayu damar putih.<br />
<br />
<br />
<h3>
Konstruksi Rumah</h3>
Rumah Baanjung memiliki badan yang berbentuk lurus memanjang ke depan dengan tiang sebagai pondasinya. Tiang merupakan pondasi utama yang sangat diperhatikan dalam pembangunan rumah Baanjung. Untuk pondasi tiang umumnya digunakan kayu kapur naga atau kayu galam, sedangkan untuk tiang penunjang digunakan material berupa kayu ulin.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img alt="Rumah Adat Kalimantan Selatan" border="0" height="auto" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhoA-CWacigvJjlIpoNDY88SvXIAt8ZfXD2bMwRkD9FYgY1GHRs8K6lnt09EnE48bZfIZ2Uuh9LTTz5gS0fbh76C8Cgk5ZQ-CPfiIhHAFF2TSl-mL6bNXm1zJ59EisfNirAT83VzYAMGNny/s640/rumah+adat+kalimantan+selatan.jpg" title="Rumah Adat Kalimantan Selatan" width="100%" /></div>
<br />
Bubungan atap Rumah adat Kalimantan Selatan ini berbentuk segitiga dengan atap tinggi melancip (disebut dengan <i>Bubungan Tinggi</i>), memanjang ke depan (disebut dengan atap <i>Sindang Langit</i>) dan memanjang ke belakang (disebut atap <i>Hambin Awan</i>). <br />
<br />
Rangka atap menggunakan kayu dan ditutupi dengan sirap atau rumbia. Lantainya tersusun dari papan kayu ulin yang disebut dengan lantai jarang atau lantai ranggang. Sedangkan dindingnya merupakan papan yang dipasang dengan posisi berdiri sehingga menempel pada tiang-tiang rangka rumah.<br />
<br />
<br />
<h3>
Pembagian Ruangan</h3>
Rumah Baanjung terbagi atas beberapa ruangan, yaitu ruang terbuka, ruang setengah terbuka, dan ruang dalam.<br />
<br />
Ruang terbuka disebut juga Palatar atau teras atau Pamedangan. Terletak di bagian depan rumah dengan luas sekitar 7 x 3 meter. Di teras ini diletakkan tempat air yang digunakan untuk membasuh kaki sebelum masuk ke rumah.<br />
<br />
Ruang setengah terbuka disebut juga lapangan pademangan. Ruang ini difungsikan sebagai beranda atau teras rumah.<br />
<br />
Ruang dalam terdiri atas beberapa bagian di antaranya pacira, panampik kacil, panampik tangah, dan beberapa bagian lain.<br />
<ol>
<li>Pacira. Terdiri dari pacira luar dan pacira dalam. Pacira luar terletak setelah pintu depan (disebut dengan Lawang Hadapan). Pacira dalam merupakan tempat untuk menyimpan alat-alat pertanian, alat penangkap ikan dan pertukangan.</li>
<li>Panampik kacil. Dapat ditemukan setelah lawang hadapan yang merupakan ruang tamu dengan lantai yang lebih tinggi aripada palatar.</li>
<li>Panampik tangah. Ruangan ini merupakan ruang tamu di bagian tengah rumah dengan lantai yang lebih tinggi daripada lantai panampik kacil.</li>
<li>Panampik basar. Merupakan ruang tamu bagian dalam dengan lantai yang lebih tinggi daripada lantai panampik tangah.</li>
<li>Padapuran atau padu. Terletak di bagian belakang rumah yang digunakan sebagai tempat untuk kegiatan masak-memasak dan kegiatan tumah tangga.</li>
<li>Palidangan atau Ambin dalam</li>
<li>Panampik dalam atau panampik bawah</li>
</ol>
<br />
<br />
<h3>
Nilai-Nilai Filosofi</h3>
Rumah adat Kalimantan Selatan memiliki beberapa nilai filosofi, di antaranya terkait dengan kepercayaan dan kehidupan masyarakat suku Banjar yang menjadi mayoritas di provinsi ini. Berikut pemaparan mengenai nilai-nilai filosofis rumah adat yang satu ini.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBxqUP08izv4HnlGBKiojFais6aQNee7a7c-UKoQR4SY7OMtAtIG6koqDiYcvoFPxpelbSU0V3GybtZPr08_Cz54ffYoP1ZcPtDbC2gfgTzWUE0qbxIYiXW4u7qMLHjFtmccY75gdtABAB/s1600/gambar+rumah+adat+kalimantan+selatan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em;"><img alt="Rumah Adat Kalimantan Selatan" border="0" height="auto" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBxqUP08izv4HnlGBKiojFais6aQNee7a7c-UKoQR4SY7OMtAtIG6koqDiYcvoFPxpelbSU0V3GybtZPr08_Cz54ffYoP1ZcPtDbC2gfgTzWUE0qbxIYiXW4u7qMLHjFtmccY75gdtABAB/s640/gambar+rumah+adat+kalimantan+selatan.jpg" title="Rumah Adat Kalimantan Selatan" width="100%" /></a></div>
<h4>
1. Dwitunggal semesta</h4>
Pada bagian atas rumah terdapat ukiran naga yang melambangkan alam bawah dan pada bagian atas rumah terdapat ukiran elang gading yang melambangkan alam atas. Suku Banjar mempercayai bahwa rumah merupakan tempat sakral dimana Yang Maha Esa juga ikut tinggal di dalamnya.<br />
<br />
<h4>
2. Payung dan pohon hayat</h4>
Jika dilihat sekilas, atap rumah adat Kalimantan Selatan berbentuk seperti payung. Hal ini melambangkan kekuasaan dan tingkat kebangsawanan. Selain berbentuk segitiga, atap rumah Baanjung ini juga membumbung tinggi seperti pohon hayat. Pohon hayat dipercaya sebagai cerminan dari berbagai aspek yang menyatukan dunia.<br />
<br />
<h4>
3. Tubuh manusia</h4>
Suku Banjar mengibaratkan rumah seperti badan manusia. Bagian atap seperti kepala, badan rumah seperti badan, tiang-tiang penyangga seperti kaki dan anjung seperti tangan kanan dan kiri. Setiap bagian rumah dibuat simetris yang mewakili kehidupan yang seimbang, baik kehidupan sehari-hari maupun kehidupan dalam pemerintahan.<br />
<br />
<h4>
4. Ruangan yang bersusun</h4>
Memasuki rumah adat Baanjung seperti menaiki tangga. Setiap memasuki satu ruangan maka akan menaiki satu anak tangga, karena letak ruangan yang semakin dalam semakin tinggi kemudian rendah ketika memasuki bagian belakang rumah. Hal ini melambangkan tata krama Suku Banjar yang kental yang sangat menghormati si pemilik rumah.<br />
<br />
Nah, demikianlah pemaparan mengenai Rumah Baanjung, <b>rumah adat Kalimantan Selatan</b> yang saran dengan nilai-nilai filosofi. Semoga kita semakin mengenal rumah adat masyarakat suku Banjar ini dan mulai melestarikannya.<br />
<br />
<a href="http://kisahasalusul.blogspot.com/2016/03/rumah-adat-kalimantan-selatan.html" target="_blank">Sumber</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-61826647598977008442016-07-30T03:34:00.001+08:002016-07-30T03:34:35.996+08:00Resep Membuat Soto Banjar Khas Kalimantan Selatan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihE66zApo71DjZHiUx0dqF1Z_Yi8W_u1Le7U5cFTqqfJZfqFY5n6IuqHgR7NMHj0lM7x1Chbm-sADbJgr0zPIaP6wEGYywYM4589UZ5VmmgNXuGx2WRKP4521IhxmZT6edL_5eMexMpno/s1600/Resep+Membuat+Soto+Banjar+Khas+Kalimantan+Selatan.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihE66zApo71DjZHiUx0dqF1Z_Yi8W_u1Le7U5cFTqqfJZfqFY5n6IuqHgR7NMHj0lM7x1Chbm-sADbJgr0zPIaP6wEGYywYM4589UZ5VmmgNXuGx2WRKP4521IhxmZT6edL_5eMexMpno/s640/Resep+Membuat+Soto+Banjar+Khas+Kalimantan+Selatan.png" width="640" /></a></div>
<div>
<br />
Kuliner yang satu ini adalah menu masakan yang berasal dari kelimantan selatan. Menu masakan yang satu ini bertekstur memiliki kuah yang enak dan lezat karena soto banjar ini di masakan dengan racikan-racikan bumbu pilihinan yang berkhualaitas di antaranya adalah bumbu bawang merah, bawang putih dan merica. </div>
<div>
</div>
<div>
Namun,, bumbu soto banjar ini beda dengan bumbu-bumbu soto pada umumnya karena bumbu soto banjar ini tidak di campurkan dengan kunyit. Seperti pada umumnya soto ini di padukan dengan berbagai macam bahan pelengkap seperti ketupat sebagai pengganti nasi dan suwiran ayam sebagai lauknya dan banyak lagi bahan pelengkapnya di dalan soto banjar ini.</div>
<div>
</div>
<div>
Soto banjar ini bisa anda coba membuatnya di rumah dengan melihat data resepnya di artikel kami yang satu ini pastinya dech lengkap dan penjelasan step yang rincih dan detail. Silahkan anda menyimaknya dan selamat mencoba.</div>
<div>
</div>
<div>
<b>Bahan Membuat Soto Banjar :</b></div>
<ul>
<li>perkedel kentang</li>
<li>soun</li>
<li>3 btr telur rebus</li>
<li>1 sdm mentega</li>
<li>1,5 liter kaldu ayam</li>
<li>1 ekor ayam, potong menjadi 4 bagian</li>
</ul>
<div>
<b>Bumbu soto banjar:</b></div>
<ul>
<li>penedap rasa, secukupnya</li>
<li>garam, secukupnya</li>
<li>1/2 bagian pala</li>
<li>1 sdt lada</li>
<li>5 siung bawang putih</li>
<li>10 siung bawang merah</li>
<li>2 tangkai seledri</li>
<li>4 btg daun seledri</li>
<li>1 btg kayu manis</li>
<li>3 buah kapulaga</li>
<li>4 buah cengkeh</li>
</ul>
<div>
<b>Bahan sambal:</b></div>
<ul>
<li>garam, secukupnya</li>
<li>penedap rasa, secukupnya</li>
<li>1 sdt terasi</li>
<li>5 btr kemiri</li>
<li>10 grm cabai rawit</li>
<li>50 gr cabai merah</li>
</ul>
<div>
<b>Cara Membuat Soto Banjar :</b></div>
<ol>
<li>Rebus daging ayam sampai lunak dan matang. Angkat dan suwir kecil-kecil.</li>
<li>Haluskan bawang merah, bawang putih dan lada.</li>
<li>Tumis bumbu halus dengan mentega secukupnya sampai harum lalu sisihkan.</li>
<li>Rebus kaldu ayam dan tambahkan daun bawang, cengkeh, kayu manis, daun seledri, kaulaga dan garam sampai mendidih.</li>
<li>Masukan bumbu tumisan kedalam campuran kaldu rebus lagi sampai mendidih.</li>
<li>Rendam soun kedalam air hangat sebentar saja. Tiriskan.</li>
<li>Tata soun kedalam mangkun dan telur rebus kemudian tuangkan kuah kaldu kedalamnya.</li>
<li>Taburi soto dengan suwiran ayam dan tambahkan bahan sambal yang sudah di ulek.</li>
<li>Tambahkan juga bahan pelengkapnya seperti perkedel, jeruk nipis, dan kecap manis.</li>
<li>Soto Banjar Khas Kalimatan siap di nikmati.</li>
</ol>
<div>
Inilah salah satu kuliner khas kalimatan selatan yang terdapat dalam indonesia tercinta ini. Anda tertarik untuk mencoba masakan kuliner yang satu ini. Silahkan mencoba.</div>
<br />
<a href="http://www.dapurshofie.com/resep-membuat-soto-banjar-khas-kalimantan-selatan/" target="_blank">Sumber</a> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-25016850596997194722016-07-30T03:26:00.002+08:002016-07-30T03:29:06.855+08:00Aneka Resep Mandai, Kuliner Khas Kalimantan Selatan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjr1ubuxuKml40-bTa7JE6bLSJQiZP_MU4txohYAUWrNeOh-fq3DuVEs5M2BS6nqlPFFKuOMPvnxMk3jrttoRcfM3HSW_cmuQ9-pOayXbDsOLAI-SSisRGUx9KqzGrgB3wfH92gjsZLvyM/s1600/Aneka+Resep+Mandai%252C+Kuliner+Khas+Kalimantan+Selatan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjr1ubuxuKml40-bTa7JE6bLSJQiZP_MU4txohYAUWrNeOh-fq3DuVEs5M2BS6nqlPFFKuOMPvnxMk3jrttoRcfM3HSW_cmuQ9-pOayXbDsOLAI-SSisRGUx9KqzGrgB3wfH92gjsZLvyM/s640/Aneka+Resep+Mandai%252C+Kuliner+Khas+Kalimantan+Selatan.jpg" width="640" /></a></div>
<div>
<br />
Mandai adalah salah satu jenis kuliner khas Kalimantan Selatan. Entah kapan kuliner yang satu ini ditemukan, namun yang pasti kuliner fermentasi ini sudah ada sejak turun temurun. Mandai adalah kulit cempedak yang difermentasi sedemikian rupa hingga tekstur panganan olahan ini cukup lembut saat dikonsumsi. Berikut cara mengolah Mandai dan aneka resep masakan yang berbahan baku Mandai.<br />
</div>
<div>
<b>Cara Membuat Mandai:</b></div>
<ul>
<li>Pilih cempedak yang sudah matang, pisahnya isi bagian dalam dengan kulit cempedak. </li>
<li>Kulit cempedak yang sudah disisihkan tadi kemudian dipisahkan dari bagian kulit terluarnya hingga yang tersisa kulit bagian dalam dan serat cempedak.</li>
<li>Potong-potong kulit cempedak lalu rendam dalam air garam antara 3 hari sampai 30 hari sesuai selera. Prinsipnya semakin lama proses fermentasi akan membuat tekstur Mandai semakin lembut.</li>
<li>Jika sudah sampai waktunya dan akan diolah menjadi masakan, sisihkan Mandai dari airnya.</li>
</ul>
<div>
<b>Resep Mandai Crispy</b><br />
</div>
<div>
<i>Bahan-bahan:</i></div>
<ul>
<li>1 buah Mandai (kulit cempedak yang sudah difermentasi)</li>
<li>1 sdt garam dapur secukupnya</li>
<li>1 bungkus tepung bumbu (secukupnya)</li>
<li>Minyak goreng secukupnya</li>
</ul>
<div>
<i> Cara Mengolah:</i></div>
<ul>
<li>Potong tipis-tipis kulit cempedak yang sudah jadi Mandai. Agar tidak terlalu asam, Mandai bisa dicuci dengan air mengalir.</li>
<li>Taburi mandai yang sudah diiris tipis tadi dengan garam (sesuai selera, boleh juga tidak) aduk hingga rata dan diamkan 10 menit agar garam meresap.</li>
<li>Balur dengan tepung bumbu crispy, lalu goreng dengan api sedang hingga berwarna kecoklatan. Angkat lalu tiriskan. Mandai goreng crispy olahan anda siap dihidangkan.</li>
</ul>
<div>
<b>Oseng-oseng Mandai Pedas</b><br />
</div>
<div>
<i>Bahan-bahan:</i></div>
<ul>
<li>500 gr kulit cempedak ( mandai )</li>
<li>sesuai selera Cabe rawit/besar</li>
<li>4 siung bawang merah</li>
<li>2 siung bawang putih</li>
<li>1 jempol gula merah</li>
<li>1 buah tomat</li>
<li>½ sdt terasi bakar</li>
<li>1 sdt kecap manis</li>
<li>Garam secukupnya dan penyedap rasa sesuai selera.</li>
</ul>
<div>
<i>Cara Mengolah:</i></div>
<ul>
<li>Mandai yang sudah difermentasi dibilas dan peras airnya kemudian potong kecil-kecil atau sesuai selera.</li>
<li>Goreng mandai setengah matang, sisihkan.</li>
<li>Tumis bumbu hingga wangi, beri garam dan penyedap rasa lalu aduk merata, jangan lupa cicipi dulu apakah takaran bumbunya sudah pas. Setelah harum, campurkan mandai yang sudah digoreng setengah matang tadi bersama bumbu. Aduk hingga rata.</li>
<li>Setelah matang lalu sajikan. Kuliner yang satu ini akan lebih nikmat jika dihidangkan bersama nasi hangat.</li>
</ul>
<br /> <a href="http://kalsel.prokal.co/read/news/2147-aneka-resep-mandai-kuliner-khas-kalimantan-selatan.html" target="_blank">Sumber</a> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-42946505242480277742016-07-28T08:16:00.002+08:002016-07-28T08:16:45.369+08:00Senjata Tradisional Khas Kalimantan Selatan<div class="separator" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; clear: both; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiybZMcdNzznAxdbjgKzIRSZ7o-lRAx8QtkdMckFY0KFEiXCSIxSaeK0Bn-zP9XxXYISzwbPxK8Uu8_778lxs25LZyKc61VZd0uFFOz6fr6d7NomDa8UwNYAPs0DQSWzYhgKRAt56ICaPc/s640/Sarapang-1.jpg" style="border: 0px none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: auto; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 100%; outline: medium none; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;" width="426" /></div>
<div class="separator" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; clear: both; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Sarapang, senjata untuk berburu</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Kalimantan Selatan yang beribukota propinsi Banjarmasin dikenal sebagai pusat kerajinan dan juga penghasil batu alam serta intan. Kota ini juga identik dengan pasar tradisionalnya, yakni<span class="Apple-converted-space"> </span><span style="border: 0px; color: blue; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: bold; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">pasar terapung</b></span>, hingga masih menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: bold; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Keris</b></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="separator" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; clear: both; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img border="0" height="446" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcQecAS_6T5GyhgvCNVvgBGBwAqGrC3Z7qtdcuf1VmU61Ig0xG6NSEk-iDYX5rDsFfQ8-I04jkISnrBFJPZsPE7TF_uhykNFiAgL7qWhVroddOlmGy9RK35hJjcvvKdS_CdjZjSYrqYYE/s640/3633---Keris-Banjar--1-%25285%2529.jpg" style="border: 0px none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: auto; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 100%; outline: medium none; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;" width="640" /></div>
<div class="separator" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; clear: both; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Keris Banjar </div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Keris adalah salah satu senjata tradisonal di Kalimantan Selatan. Ukurannya paling panjang lebih kurang 30 cm dan matanya terlogam lainnya. Senjata terbuat dari besi dicampur logam lainnya.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<div class="separator" style="border: 0px; clear: both; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<img border="0" height="479" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUbHM93vm2EbIjLAHEmplSdY8KI8Gh2sFsFi-qSElvIvwLhknMaXbSI8wbhvvak2s2P7z56DabAo6OiAuRpnZOVJTBVaEAB6g7qseOleHsoIw6oTCCvylybJpDJp2FFXPBbuqDsAm1KuM/s640/metaindriyani_skalsel.jpg" style="border: 0px none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: auto; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 100%; outline: medium none; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;" width="640" /></div>
<div class="separator" style="border: 0px; clear: both; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
Keris Bujang Beliung (https://budaya-indonesia.org)</div>
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: bold; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Mandau</b><span class="Apple-converted-space"> </span>(*)</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<div class="separator" style="border: 0px; clear: both; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<img border="0" height="496" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLMWL6Cyj8mLh8BL4FIPQJbCiGJNv0DPhFECEL58_rekzl1h-BPl8kg06ksphq2iVHNgq8WDbqrwHyhpnWMRj3WMgiuXE2rqdwfONoJPymPxN6PW0Mby-F8wAXTpf06uob9Kuwu13-GaI/s640/2010126-Mandau-1.jpg" style="border: 0px none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: auto; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 100%; outline: medium none; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;" width="640" /></div>
<div class="separator" style="border: 0px; clear: both; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
Mandau </div>
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Mandau, yang disebut juga Parang Ilang merupakan senjata tajam jenis parang yang bertangkai pendek. Mandau menjadi identitas dan senjata utama masyarakat Dayak di samping senjata jenis parang yang lain.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Secara umum Suku Dayak yang menghuni pulau Kalimantan mempunyai beberapa jenis senjata tajam berjenis parang yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu senjata Dayak pedalaman dan Dayak pesisir (Anonim, 2007<span style="border: 0px; color: blue; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"></span>)</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Jenis pertama adalah parang Dayak pedalaman, yaitu Parang Ilang atau mandau, Parang Pandat, dan Parang Latok. Cirinya, ujung bilah lebih lebar dibanding bagian dekat hulu. Bilah parang berbentuk lurus, condong ke depan, dan membentuk sudut antara 30-45 derajat pada titik pertemuan antara hulu dan bilah. Ciri yang demikian hanya terlihat pada Parang Pandat dan Parang Latok, tidak pada Mandau.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Jenis kedua adalah parang Dayak pesisir yang terbagi ke dalam empat tipe yang berbeda, yaitu Naibor, Langgai Tinggang, Jimpul, dan Pakayun. Parang jenis ini berbeda dengan parang Dayak pedalaman. Ciri umum parang ini adalah, bentuk bilahnya melengkung ke depan. Pada bagian hulu terdapat sangkutan yang membentuk huruf “L” dengan beragam variasi. Fungsi adalah untuk menahan pegangan agar parang tidak terlepas ketika diayunkan.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Bilah mandau terbuat dari baja yang dipasang pada pegangan atau hulu dari tanduk atau pun kayu. Bilah mandau mempunyai panjang sekitar 22 inci. Mandau hanya mempunyai satu sisi bagian yang tajam, yaitu bagian depan yang berbentuk agak bengkok. Sedangkan bagian punggung tumpul dan sedikit cekung.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<b style="border: 0px; color: black; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: bold; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Parang</b></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="separator" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; clear: both; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img border="0" height="530" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQiRNBGTGTKr0nczgoyxo71n3wozA7ZlNgDKbqNroPidVSR8_drRyUvi2K_zvTkTYBk26ZjRHLgz1Cl5OuUvKDgCbu6GsLS7IRoMbWMz7P0oAsVBEYj9VnS6ONie-7w6L8WVbKBOCF4pA/s640/T212---Parang-%25281%2529.jpg" style="border: 0px none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: auto; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 100%; outline: medium none; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;" width="640" /></div>
<div class="separator" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; clear: both; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Parang Lais </div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Biasanya terbuat dari kayu atau akar bambu, besi atau baja, kuningan dan gala-gala (sejenis dammar). Kegunaan parang bermacam-macam. Selain berfungsi sebagai senjata, parang juga digunakan sebagai alat rumah tangga, alat pertanian, alat perburuan dan sebagainya.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<b style="border: 0px; color: black; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: bold; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Sarapang</b></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="separator" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; clear: both; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiybZMcdNzznAxdbjgKzIRSZ7o-lRAx8QtkdMckFY0KFEiXCSIxSaeK0Bn-zP9XxXYISzwbPxK8Uu8_778lxs25LZyKc61VZd0uFFOz6fr6d7NomDa8UwNYAPs0DQSWzYhgKRAt56ICaPc/s640/Sarapang-1.jpg" style="border: 0px none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: auto; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 100%; outline: medium none; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;" width="426" /></div>
<div class="separator" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; clear: both; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Sarapang (https://archive.kaskus.co.id)</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Senjata atau alat yang biasanya juga digunakan untuk berburu ini terbuat dari sepotong baja yang dibelah menjadi 5 bagian dan pada sebagian ujungnya diruncingkan, sebatang bambu, serta sebuah salut dari kuningan atau besi. Selain itu serapang sering kali dimanfaatkan pula dalam penangkapan ikan-ikan besar.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="separator" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; clear: both; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZZ-2-ByXyM-QF3qd-HafJiBPUHj-rCO1AZTyBAJ7MD3nHnwM6-ZV14G6ClVPzM_bHir_V47c8DBnAnt7jgIVDlKX-fLkiz5FrA_p_5Bx1es-iRdyukRptHKOqSoJ8Fm9nNPHelnkrRcI/s640/Sarapang-2.jpg" style="border: 0px none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: auto; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 100%; outline: medium none; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;" width="426" /></div>
<div class="separator" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; clear: both; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Sarapang (https://archive.kaskus.co.id)</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<b style="border: 0px; color: black; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: bold; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Riwayang</b></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Berbentuk seperti tombak, hanya mata riwayang dilengkapi juga dengan bait. Pada riwayang juga terdapat lubang tempat mengikatkan tali. Cara menggunakannya adalah dengan dilemparkan seperti melempar lembing kearah sasaran, sedangkan talinya tetap dipegang. Selain sebagai senjata dan alat berburu binatang, ada sejenis riwayang yang juga digunakan untuk menangkap ikan, yaitu riwayang tauman.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: bold; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Wasi</b></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="separator" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; clear: both; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtqllt6-VGA0NPvEHgNvXObmDXqkEFlcbHndx5BhB4VWkSgYW5KuERSdH6fF-PaEDFFVCIjOm9i7Lunpfxd_otoxPDp0dEZxvIFXYZ1vf7_6GAn11qAy0Bx2FEa1K1o3JBnOjy-Kb0eBA/s640/c360_2014-02-06-16-32-11.jpg" style="border: 0px none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: auto; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 100%; outline: medium none; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;" width="640" /></div>
<div class="separator" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; clear: both; color: black; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Wasi (https://rendrawikiped.wordpress.com)</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sejenis belati yang sering digunakan masyarakat Banjar Kalimantan Selatan. Masyarakat etnis banjar sendiri pada umumnya memang senang dengan berbagai macam jenis wasi, dari berbagai macam bentuknya, bahkan ada beberapa jenis bentuk wasi yang populer di kalangan masyarakat kalimantan selatan sendiri seperti jenis, Raja Tumpang, Belitung, Asu, Belati (herder), pisau, parang lantik, parang bungkul, parang lais, dan masih banyak lagi.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: bold; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Sungga</b><span class="Apple-converted-space"> </span>(**)</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="separator" style="border: 0px; clear: both; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrqp0LuEjm029462gOEKa0hjEemOHxQsffjTVA-DYjI13Wv4iUbBjCbJbx6NkwVqmP0qKLgzEEtHTtCTPMWkTz79OChjol8MQTeFUadtv5SfD1DGWgV70BTIuWLdK8_Eii2wNndlUZp5A/s640/gandung_Sungga1.jpg" style="border: 0px none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: auto; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 100%; outline: medium none; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;" width="210" /></div>
<div class="separator" style="border: 0px; clear: both; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
Sungga di Museum Banjar, Kalimantan Selatan (https://budaya-indonesia.org)</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Sungga merupakan salah satu senjata yang digunakan pada Perang Banjar di daerah Benteng Gunung Madang, Kandangan, Hulu Sungai Selatan. Senjata ini dipasang di bawah jembatan yang dibuat sebagai jebakan, sehingga apabila dilalui oleh musuh (tentara Belanda), maka jembatan tersebut akan runtuh dan musuh yang jatuh tertancap pada sungga tersebut.<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<div class="separator" style="border: 0px; clear: both; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOPvWKZUPIY5rMjosAX_jEzfbQEr70n3v5BLujonWmGagrORKEoyA-5sXg-bQFgLoH9sXIT4FWlpPKHwOnR0jDTIITOvB9-BdYltHfSsHjbpCIFsk7xG2HwEgY7eRZvLAx2DQ5Wu7iAEM/s640/gandung_Sungga2.jpg" style="border: 0px none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: auto; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 100%; outline: medium none; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;" width="640" /></div>
<div class="separator" style="border: 0px; clear: both; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
Sungga di Museum Banjar, Kalimantan Selatan (https://budaya-indonesia.org)</div>
</div>
<b style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: bold; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Lanting Kotamara</b><span class="Apple-converted-space"> </span>(**)<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /><div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="separator" style="border: 0px; clear: both; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9HezqdJ9t74yED6EAUsS2jvKO17_kqVb4IzjpLiSRsnHhBCwS1hSV11tCqiHxq1mdkC96QRVLQEcUlKz5uRX__JPVE-0OclmOP-2GikXHJ90Gw62s1AtgyBdDt9KSKPO7pAIKMowlXkE/s640/gandung_Kotamara1.jpg" style="border: 0px none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: auto; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 100%; outline: medium none; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;" width="640" /></div>
<div class="separator" style="border: 0px; clear: both; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">Gambar Lanting Kotamara di Museum Banjar, Kalimantan Selatan </span>(http://budaya-indonesia.org)</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Lanting Kotamara atau Kotta-mara atau Katamaran merupakan benteng terapung yang digunakan untuk melawan kapal perang Belanda di perairan Sungai Barito. Suatu kearifan lokal luar biasa yang memanfaatkan kayu hutan Kalimantan sebagai sumber kekuatan perang. Dindingnya berlapis-lapis sehingga sukar ditembus peluru pistol, bedil, ataupun peluru meriam Belanda.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div class="separator" style="border: 0px; clear: both; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVGn2z7AqVhz-Gvqm3lASK8PE1LKyYdkWnX1SKizIWFbOfHt3zvJElKvo_rfiEU16WJDBHetuoaRCf_VPNqWDpwy9Qla-2cTVv3Cmv0xGKnrwtD5mR1THLkck_CmQ6h5QlpTffFgzI1Tk/s640/gandung_Kotamara2.jpg" style="border: 0px none; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; height: auto; line-height: inherit; margin: 0px; max-width: 100%; outline: medium none; padding: 0px; position: relative; vertical-align: baseline;" width="640" /></div>
<div class="separator" style="border: 0px; clear: both; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: center; vertical-align: baseline;">
<span style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">Gambar Lanting Kotamara ada di Museum Banjar, Kalimantan Selatan </span>(https://budaya-indonesia.org)</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
Bentuk Kotta-mara ini sangat unik karena dibuat dari susunan bambu yang membentuk sebuah benteng terapung. Kotta-mara dilengkapi dengan beberapa pucuk meriam dan lila. Selain kapal perang Onrust yang berhasil ditenggelamkan pada 26 Desember 1859, sebelumnya yaitu pada bulan Juli 1859 juga ditenggelamkan kapal perang Cipanas dalam pertempuran di sepanjang Barito di sekitar Pulau Kanamit.</div>
<div style="border: 0px; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: 400; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">
<br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></div>
</div>
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
(*) <span style="border: 0px; color: blue; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"><a href="https://melayuonline.com/ind/culture/dig/1549/mandau" style="border: 0px; color: #333333; font-family: inherit; font-size: inherit; font-stretch: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; outline: none; padding: 0px; text-decoration: none; transition: all 0.25s; vertical-align: baseline;">Melayuonline</a></span><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />(**) Tambahan</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; border: 0px; color: #333333; font-family: georgia, "times new roman", serif; font-size: 18px; font-stretch: inherit; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; line-height: 24px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 0px; text-transform: none; vertical-align: baseline; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<a href="https://gpswisataindonesia.blogspot.co.id/2016/02/senjata-tradisional-kalimantan-selatan.html" target="_blank">Sumber</a> </div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-45995798777582006212016-07-28T08:05:00.000+08:002016-07-28T08:05:13.557+08:0016 Tempat Wisata di Banjarmasin Kalimantan Selatan yang Menarik<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Banjarmasin, kota yang identik dengan pasar apung ini disebut juga dengan nama Kota Seribu Sungai. Berlibur ke kota ini tentu sangat menyenangkan. Anda dapat menjelajahi obyek wisata yang indah di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Apa saja, ya? Berikut ulasannya.</div>
<ol style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Taman Siring Sungai Martapura</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="Taman Siring Sungai Martapura" class="size-medium wp-image-4328 alignleft" src="http://tempatwisataunik.com/wp-content/uploads/2016/02/Taman-Siring-Sungai-Martapura-300x157.jpg" height="157" style="border: 0px none; float: left; height: auto; margin: 5px 15px 15px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" width="300" />Tempat wisata di banjarmasin yang pertama adalah taman siring sungai martapura. Taman Siring ini adalah lokasi yang banyak dikunjungi masyarakat baik tua maupun muda. Taman yang letaknya berseberangan dengan Masjid Raya Sabilal Muhtadin ini ramai pengunjung pada sore sampai dengan malam hari. Kawasan ini memang sangat pas dipilih sebagai lokasi nongkrong dan berkumpul.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Pada sore hari tempat wisata di banjarmasin yang satu ini menjadi ramai dengan pengunjung, dan hampir semua lapisan masyarakat berkumpul disini untuk berjalan sore. Banyak kegiatan yang bisa dikerjakan disini, mulai bersepeda sampai berfoto bagi para photographer amatir.</div>
<ol start="2" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Masjid Raya Sabilal Muhtadin</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="Masjid Raya Sabilal Muhtadin" class="size-medium wp-image-4327 alignleft" src="http://tempatwisataunik.com/wp-content/uploads/2016/02/Masjid-Raya-Sabilal-Muhtadin-300x167.jpg" height="167" style="border: 0px none; float: left; height: auto; margin: 5px 15px 15px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" width="300" />Masjid ini adalah bangunan masjid yang paling besar di Kota Banjarmasin. Masjid ini dapat menampung sampai dengan 15.000 jamaah. Ini dibagi menjadi dua. Di dalam masjid sebanyak 7.500 orang sementara halaman masjid sebanyak 7.500 orang.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Selain berfungsi sebagai masjid, bangunan yang ada di pusat kota ini pun difungsikan sebagai kantor MUI Kalimantan Selatan. Nama bangunan masjid diambil dari nama seorang ulama besar yang pernah ada di kota tersebut yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjri.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Tak hanya untuk shalat, masjid ini biasa di jadikan tempat untuk pengajian, dan lainnya karena memiliki halaman masjid yang cukup luas.</div>
<ol start="3" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Masjid Sultan Suriansyah</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="" class="alignleft wp-image-4329 size-medium" src="http://tempatwisataunik.com/wp-content/uploads/2016/02/Masjid-Sultan-Suriansyah-300x122.jpg" height="122" style="border: 0px none; float: left; height: auto; margin: 5px 15px 15px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" width="300" />Tempat wisata di banjarmasin selajutnya adalah Masjid Sultan Suriansyah. Masjid ini merupakan bangunan masjid yang dibuat pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah, sehingga dinamakan dengan Masjid Sultan Suriansyah. Beliau adalah Raja Banjar pertama, menganut islam dan mengajarkan agama islam untuk daerah Banjarmasin.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Masjid ini lokasinya di pinggir Sungai Kuin. Masjid yang memiliki nilai sejarah yang tinggi, terutama bagi warga Banjarmasin ini dapat anda capai setelah lewat Pasar Kuin.</div>
<ol start="4" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Pasar Terapung Lok Baintan</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="Pasar Terapung Lok Baintan" class="size-medium wp-image-4330 alignleft" src="http://tempatwisataunik.com/wp-content/uploads/2016/02/Pasar-Terapung-Lok-Baintan-300x159.jpg" height="159" style="border: 0px none; float: left; height: auto; margin: 5px 15px 15px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" width="300" />Pasar Terapung Lok Baintan mulai buka pada pukul 05.00-09.00 WITA. Di sini kita bisa menggunakan sistem barter. Beraneka macam barang pun tersedia di sini. Contoh barangnya antara lain adalah jajanan, buah, sayur, serta bahan keperluan pokok.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Pasar ini terbilang cukup unik karena dijaman sekarang ini masih ada pasar mengapung layaknya jaman dahulu kala yang masih terbatas distribusi barang-barang kebutuhan pokok ke beberapa tempat.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Pasar terapung lok baintan ini menjadi perhatian masyarakat sejak dulu, selain belanja sayuran dan buah-buahan yang fresh pembeli juga bisa berbelanja ikan secara langsung.</div>
<ol start="5" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Pasar Terapung Kuin</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="Pasar Terapung Kuin" class="size-medium wp-image-4331 alignleft" src="http://tempatwisataunik.com/wp-content/uploads/2016/02/Pasar-Terapung-Kuin-300x142.jpg" height="142" style="border: 0px none; float: left; height: auto; margin: 5px 15px 15px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" width="300" />Pasar Terapung Kuin merupakan salah satu magnet yang menarik wisatawan untuk datang ke Kota Banjarmasin. Pasar terapung ini letaknya di Muara Sungai Kuin (anak Sungai Barito). Lokasi wisata yang satu ini dapat dikunjungi memakai perahu kelotok yang dapat disewa.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Pengunjung juga dapat berbelanja di pasar terapung kuin ini dengan harga yang cukup murah. Selain itu, bagi para wisatawan luar yang tak pernah merasakan berbelanja diatas perahu seperti ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Pengunjung selanjutnya juga bisa menikmati keindahan sungai di sekitar pasar terapung kuin ini.</div>
<ol start="6" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Pendulangan Intan</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="Pendulangan Intan Desa Pumpung" class="size-medium wp-image-4332 alignleft" src="http://tempatwisataunik.com/wp-content/uploads/2016/02/Pendulangan-Intan-Desa-Pumpung-300x99.jpg" height="99" style="border: 0px none; float: left; height: auto; margin: 5px 15px 15px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" width="300" />Pendulangan intan ini ada di Desa Pumpung. Ketika tiba di sini, anda akan bisa melihat para pendulang intan bekerja dan anda pun dapat mencoba kegiatan mendulang intan.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Di lokasi ini juga bisa dijumpai industri rumah tangga yang membuat intan mentah jadi batu permata yang cantik. Apabila ditempuh dari pusat Kota Martapura butuh waktu kurang lebih 30 menit untuk sampai ke pendulangan intan.</div>
<ol start="7" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Pantai Jodoh</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="Pantai Jodoh" class="size-medium wp-image-4333 alignleft" src="http://tempatwisataunik.com/wp-content/uploads/2016/02/Pantai-Jodoh-300x148.jpg" height="148" style="border: 0px none; float: left; height: auto; margin: 5px 15px 15px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" width="300" />Salah satu spot menarik di Taman Siring adalah Pantai Jodoh. Lokasi ini sering dipakai untuk berkumpul dan santai para muda mudi dan juga keluarga. Menikmati sore dengan anginnya yang sejuk, membuat Pantai Jodoh tak boleh terlewat dari daftar wisata yang harus anda kunjungi ketika berada di Banjarmasin.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Karena nama yang unik inilah membuat para pengunjung banyak berdatangan, pantai ini juga dikenal sebagai pantai pemberi jodoh dan pantai bagi para pemuda dan pemudi yang telah memiliki pasangan.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Alamat : Jalan Jenderal Sudirman (depan Masjid Raya Sabilal Muhtadin).</div>
<ol start="8" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Pasar Intan Martapura</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="Pasar Intan Martapura" class="size-medium wp-image-4334 alignleft" src="http://tempatwisataunik.com/wp-content/uploads/2016/02/Pasar-Intan-Martapura-300x144.jpg" height="144" style="border: 0px none; float: left; height: auto; margin: 5px 15px 15px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" width="300" />Tempat wisata di banjarmasin selanjutnya adalah pasar intan martapura. Apabila anda hendak berburu oleh-oleh sebelum meninggalkan Banjarmasin, atau berburu batu permata yang cantik dengan harga yang bervariasi silakan berkunjung ke Pasar Intan Martapura.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Banyak variasi dan jenis dari batu intan di tempat ini, dan ada beberapa yang telah dijadikan perhiasan seperti cincin, kalung maupun anting. Umumnya batu intan ini akan dibuat perhiasan cincin karena lebih banyak peminat cincin dari pada perhiasan lainnya.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Pasar intan martapura ini cukup memiliki koleksi yang lengkap, sehingga bagi pengunjung yang mencari berbagai jenis dari batu intan akan tersedia di pasar martapura.</div>
<ol start="9" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Kampung Sasirangan</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="Kampung Sasirangan" class="size-medium wp-image-4335 alignleft" src="http://tempatwisataunik.com/wp-content/uploads/2016/02/Kampung-Sasirangan-300x141.jpg" height="141" style="border: 0px none; float: left; height: auto; margin: 5px 15px 15px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" width="300" />Indonesia kaya akan beragam batik yang berasal dari seluruh wilayah nusantara. Salah satunya adalah batik khas dari Kota Banjarmasin yang disebut dengan batik sasirangan. Sesuai namanya, batik yang satu ini memang berasal dari Kampung Sasirangan.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Di sini anda dapat memuaskan keinginan untuk berbelanja segala perlengkapan yang berbau batik, diantaranya adalah sprei, dompet, tas, pakaian, dan selendang. Batik khas banjarmasin ini tentunya memiliki ciri khas sendiri yang berhasil menarik minat dari masyarakat untuk membeli dan mengenakan batik sasirangan ini.</div>
<ol start="10" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Duta Mall</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="Duta Mall" class="size-full wp-image-4336 alignleft" src="http://tempatwisataunik.com/wp-content/uploads/2016/02/Duta-Mall.jpg" height="183" style="border: 0px none; float: left; height: auto; margin: 5px 15px 15px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" width="298" />Duta Mall merupakan salah satu kawasan wisata belanja Kota Banjarmasin yang berdiri di atas lahan seluas 42.000 meter persegi. Fasilitas yang ada di sini antara lain adalah Hypermart, Diamond Department Store, Toko Buku Gramedia, food court, Cineplex Studio 21. Duta Mall memberikan kenyamanan ketika berbelanja bagi seluruh pengunjung, mulai dari fasilitas berbagai toko kebutuhan rumah tangga, pakaian, hingga berbagai macam restaurant.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Kawasan Duta Mall yang begitu strategis ini, pas dijadikan kawasan perkantoran dan perdagangan. Area parkirnya dapat menampung sampai dengan 5.000 sepeda motor dan 1.500 mobil dengan keamanan yang terjaga.</div>
<ol start="11" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Pulau Kembang</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="Pulau Kembang" class="size-medium wp-image-4337 alignleft" src="http://tempatwisataunik.com/wp-content/uploads/2016/02/Pulau-Kembang-300x163.jpg" height="163" style="border: 0px none; float: left; height: auto; margin: 5px 15px 15px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" width="300" />Letak Pulau Kembang adalah di tengah-tengah Sungai Barito. Pulau ini merupakan habitat dari beraneka ragam jenis burung dan juga monyet. Nah, yang menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke tempat ini adalah adanya hewan-hewan tersebut.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Anda tak perlu khawatir jika ingin bermain dengan monyet, karena monyet yang berada disini sudah jinak. Pengunjung bisa bermain bersama monyet-monyet ini cukup dekat. Namun meski begitu para wisatawan perlu mewaspadai gerak gerik monyet yang lincah, akan lebih baik juga lebih berhati-hati walaupun monyet ini cukup jinak.</div>
<ol start="12" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Pusat Kuliner Tepi Sungai Martapura</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Anda ingin menikmati kuliner khas Banjarmasin? Salah satu tempat yang patut untuk dikunjungi tatkala ngulineran di kota ini adalah Pusat Kuliner Tepi Sungai Martapura. Menu yang tersedia antara lain adalah soto banjar, laksa, lupis, serta nasi kuning. Alamat: Jalan Pos (menghubungkan antara Jalan Sudirman-Hasanuddin).</div>
<ol start="13" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Museum Wasaka</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="" class="wp-image-4339 size-medium alignleft" src="http://tempatwisataunik.com/wp-content/uploads/2016/02/Museum-Wasaka-300x163.jpg" height="163" style="border: 0px none; float: left; height: auto; margin: 5px 15px 15px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" width="300" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Nama Museum Wasaka ini mempunyai arti waja sampai kaputing yang merupakan motto perjuangan warga Kalimantan Selatan. Nah, ketika sampai ke museum ini kita dapat jumpai berbagai benda dan koleksi yang bersejarah.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Beberapa contohnya adalah seragam perjuangan, senjata api, foto, mesin ketik, dan sebagainya. Senjata api itu adalah barang rampasan para pejuang yang tengah berperang melawan Belanda kala itu.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Tempat wisata di banjarmasin yang satu ini menjadi salah satu list favorit dari para wisatawan ketika berkunjung ke kalimantan selatan. Selain merupakan salah satu museum yang bersejarah, museum wasaka juga memiliki pemandangna yang indah di seketar tempat ini.</div>
<ol start="14" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Taman Maskot</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="" class="alignleft wp-image-4340 size-medium" src="http://tempatwisataunik.com/wp-content/uploads/2016/02/Taman-Maskot-300x169.jpg" height="169" style="border: 0px none; float: left; height: auto; margin: 5px 15px 15px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" width="300" /></div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Kota Banjarmasin mempunyai dua maskot yaitu kasturi dan bekantan. Nah, ketika tiba di obyek wisata Taman Maskot, akan kita jumpai patung bekantan dengan ukuran yang besar yaitu setinggi manusia dan juga patung pohon kasturi yang digelantungi oleh monyet-monyet.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Taman Maskot memiliki koleksi beraneka ragam tanaman, antara lain adalah kelapa sawit, beringin, mangga, kasturi, lidah buaya, kaktus, serta tanaman dalam pot, dan lain sebagainya.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Alamat : Jalan H. Djok Mentaya.</div>
<ol start="15" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Desa Pumpung</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="Desa Pumpung" class="size-full wp-image-4341 alignleft" src="http://tempatwisataunik.com/wp-content/uploads/2016/02/Desa-Pumpung.jpg" height="141" style="border: 0px none; float: left; height: auto; margin: 5px 15px 15px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" width="259" />Desa Pumpung sudah masuk wilayah Martapura. Desa penghasil intan ini ternyata banyak dikunjungi oleh pelancong yang ingin menyaksikan kegiatan penambangan intan yang dilakukan dengan cara manual oleh warga sekitar.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Tempat ini menjadi pusat penambangan intan di kawasan ini, dan cukup terkenal karena memiliki potensi yang besar untuk mendapatkan intan dalam jumlah yang tak sedikit. Kawasan ini juga memiliki alam sekitar yang masih terlihat asri dan udara yang sejuk.</div>
<ol start="16" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Jembatan Barito</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<img alt="Jembatan Barito" class="size-medium wp-image-4342 alignleft" src="http://tempatwisataunik.com/wp-content/uploads/2016/02/Jembatan-Barito-300x167.jpg" height="167" style="border: 0px none; float: left; height: auto; margin: 5px 15px 15px 0px; max-width: 100%; vertical-align: middle; width: auto;" width="300" />Jembatan Barito yang mempunyai panjang kurang lebih 1 km ini menghubungkan sisi barat dan timur Sungai Barito. Menikmati keindahan sungai dari atas Jembatan Barito akan sangat menyenangkan dan menjadi pengalaman yang tak terlupakan.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Keindahan pemandangan dari sungai barito di sore hari semakin menambah nilai plus tempat wisata di banjarmasin yang satu ini. Oleh karena itu jembaran barito tak pernah sepi pengunjung terlebih di waktu sore hari. Di dekat lokasi jembatan barito pun terdapat berbagai jenis kuliner khas banjarmasin yang bisa dinikmati para wisatawan saat sedang berkunjung ke tempat ini.</div>
<h3 style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #111111; font-family: "PT Sans", sans-serif, Arial, Helvetica; font-size: 22px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 26px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-rendering: optimizeLegibility; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Kuliner di Kota Banjarmasin</h3>
<ol style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Nasi Kuning Masak Habang</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Nasi kuning masak habang atau dalam bahasa Indonesia berarti masak merah sangat cocok untuk sarapan pagi. Banyak penjual nasi kuning ini di tepian jalan kalau pagi hari, akan tetapi menjelang siang, mereka akan menutup lapak dagangannya. Berbeda dengan yang jual nasi kuning di restoran atau warung makan.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Mereka akan menyediakannya dari pagi sampai malam tiba. Nasi kuning masak habang biasa dimakan bersama dengan aneka macam lauk yang lezat dan enak. Diantaranya adalah ayam, telur bebek, sampai dengan iwak haruan atau ikan gabus yang harganya lumayan tinggi di pasaran. Ikan gabus enak dimasak apa saja baik digoreng, pepes, bakar, dan lain-lain.</div>
<ol start="2" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Soto Banjar</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Kuliner mantap Kota Banjarmasin selanjutnya adalah Soto Banjar. Ya, memang hampir semua daerah di Indonesia mempunyai kuliner soto dengan ciri masing-masing. Beberapa kuliner soto yang ada di Indonesia adalah Soto Betawi (pakai daun ubi), Soto Medan (dengan kuah santan kental dan gurih), Soto Sokaraja (disajikan bersama bumbu kacang yang dimasukkan ke kuah beningnya), dan masih banyak lagi.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Nah, kalau Soto Banjar biasa dimakan bersama lontong atau nasi putih dan yang membuat kuliner ini jadi unik adalah teman makan soto yang berupa sate. Benar, lho. Soto Banjar memang disajikan bersama dengan sate. Bagi yang penasaran dengan rasanya, silakan mencicipi ketika berkunjung ke Banjarmasin.</div>
<ol start="3" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Pakasam</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Pakasam adalah makanan yang dilumuri atau dibalut dengan garam dan beras ketan sangrai. Kuliner Banjarmasin yang satu ini memang memiliki citarasa asin, akan tetapi tak seperti ikan asin yang rasa asinnya nendang banget. Kuliner berbahan dasar ikan gabus atau sepat kecil ini dapat diolah dengan asam jawa, cabe yang diiris, serta gula merah.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Kalau memilih mengolah pakasam dengan cara digoreng, anda harus berhati-hati karena minyak gorengnya dapat terus meletup atau meledak-ledak. Ini dikarenakan adanya beras ketan yang membalut pakasam.</div>
<ol start="4" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Lontong</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Kuliner Lontong Banjar yang terkenal bernama Lontong Orari. Namanya unik, ya? Menurut ceritanya, sih, saat awal berdirinya, kedai lontong tersebut merupakan tempat ngumpul favorit para pecinta radio amatir. Lontong Banjar adalah kuliner yang biasa dinikmati untuk sarapan pagi. Biasanya hidangan yang satu ini disajikan berteman gangan nangka santan.</div>
<ol start="5" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Bingka</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Kue dari Banjarmasin ini biasanya berbentuk menyerupai bunga. Rasanya legit, teksturnya lembut, jadi tak perlu repot untuk dikunyah kuenya akan hancur sendiri di mulut anda. Kudapan ini paling banyak dicari ketika bulan ramadhan tiba. Kue Bingka memiliki beraneka macam rasa yang tentunya tak akan membuat lidah bosan. Beberapa varian rasa kue bingka dari Banjarmasin ini antara lain adalah rasa tape ketan, kentang, dan telur.</div>
<ol start="6" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Gangan Asam Patin</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Gangan asam patin atau sayur asam yang dimasak bersama campuran ikan patin ini rasanya mantap dan menjadi salah satu makanan favorit orang-orang Banjar. Hampir di semua tempat makan, mulai dari warung kaki lima sampai dengan restoran bintang lima hehe … semua menyediakan menu yang satu ini. Pokoknya kunjungan anda akan terasa kurang lengkap kalau belum mencicipi kuliner Banjarmasin yang satu ini. Rasanya segar dan lebih mantap disantap pakai sambal terasi.</div>
<ol start="7" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Amparan Tatak</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Salah satu kue yang juga banyak dicari apalagi ketika bulan puasa/ramadhan adalah amparan tatak. Kue yang satu ini berbahan dasar tepung beras yang dicampur santan serta beberapa bahan tambahan yang lainnya. Kuliner ini memiliki citarasa yang manis dan gurih. Tambahan potongan pisang ke dalamnya semakin menambah nikmat kue amparan tatak.</div>
<ol start="8" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Ketupat Kandangan</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Kuliner yang satu ini sebetulnya bukan merupakan makanan asli Banjarmasin, akan tetapi asalnya dari Kandangan, yang merupakan salah satu kota di Kalimantan Selatan. Kuliner yang satu ini biasa disajikan bersama kuah santan gurih yang telah dibumbui bermacam rempah-rempah. Kuah itu lalu disiramkan ke atas iwak haruan atau ikan gabus asap. Ketupat Kandangan agak berbeda dengan ketupat pada umumnya yang memiliki tekstur padat.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Ketupat Kandangan teksturnya agak lembek dan mudah pecah. Yang unik dari santapan Ketupat Kandangan adalah cara makannya yang tidak memakai sendok atau garpu melainkan dengan tangan. Menurut masyarakat, kalau menikmati Ketupat Kandangan memakai tangan rasanya akan lebih nikmat dan legit.</div>
<ol start="9" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; list-style-position: outside; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px 0px 12px 30px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<li style="line-height: 19px;"><b style="font-weight: bold; margin-bottom: 15px;">Wadai Cincin</b></li>
</ol>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Ini adalah kue tradisional dari Banjarmasin. Kue ini memiliki lubang kecil-kecil jadi disebut dengan nama kue wadai cincin. Kudapan yang satu ini terbuat dari tepung beras dan gula merah. Memiliki citarasa yang manis dan bertekstur lembut. Akan tetapi kalau menggorengnya terlalu lama, kue wadai cincin ini rasanya akan kurang nikmat. Hal ini disebabkan oleh kue wadai cincin yang menjadi keras dan kering akibat lamanya proses penggorengan.</div>
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: #555555; font-family: "Helvetica Neue", Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 22px; margin: 0px 0px 15px; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
Itulah beberapa lokasi wisata menarik yang dapat anda kunjungi ketika berlibur di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Nah, selain terkenal dengan intan dan sungainya wisata kuliner kota ini pun termasuk kaya dan memiliki citarasa yang khas dan tentunya lezat. Selamat berwisata ke Kota Seribu Sungai!<br />
<br />
<a href="http://tempatwisataunik.com/wisata-indonesia/kalimantan-selatan/tempat-wisata-di-banjarmasin" target="_blank">Sumber</a> </div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-89645569347723228042016-07-22T16:21:00.005+08:002016-07-22T16:24:05.320+08:00Buah Khas KalimantanIni ada beberapa kumpulan ciri khas dari Buah Kalimantan. Mengunjungi Kalimantan di kala musim buah adalah sebuah anugerah yang tiada tara. Apalagi jika anda bersedia untuk masuk hutan. Kita akan dimanjakan oleh alam dengan berbagai macam buah yang tak bisa kita dapatkan di pasar, apalagi di supermarket. Bulan November sampai Maret adalah bulan yang cocok untuk berburu buah hutan Kalimantan.<br />
<br />
Jenis Bulu-Buluan Lembut;<br />
<br />
<div>
<div>
<img alt="" border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIX5-yEIgKmKZaXgoguT48uU7MKSCGN_qYBI__pHU2nbXMm7g86jFWmHP1H0XqzusmGcDTn8EKYcZsy1_hJ8yZirq1MvADNYHSEopKqWVlTVkkrwSXrUuOb7JvV-6wFtyqHj1-zqc4xu40/s200/maritam2.jpg" width="200" /></div>
<div>
Buah Maritam, buah jenis rambutan tapi tidak berbulu, buah ini khas pedalaman Kalimantan. Buah satu ini juga sangat jarang ditemukan</div>
<div>
<img alt="" border="0" height="148" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5ikRFG91X3bd4wPiDgA7EvEuuM83fufJOVptLmL0gJglgqQd5yAyX9BjSGM1G0Vy34rOXsnIGvWgkWzD0vz9Bp7Ytk7bLFxqtUA5QCG67eYNnxKhFESjeYKc-0bXpT87C0suOL6Kvw54A/s200/rambutan.jpg" width="200" /></div>
<div>
Nah Kalau ini mungkin didaerah lain masih banyak didapatkan yaitu rambutan </div>
<div>
<br />
<a href="https://draft.blogger.com/null" name="more"></a></div>
<div>
<img alt="" border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMeDsrsUotX2MFofI-XUVfxxSRrZOB686OZW42Aojg65icc8s63XEFhOuff3pdybX3JdPNQNPiNKPHPjP3AG78gceYxrqldd81AQCPgv3Bjrx4joqFeASawcC62RHn3AzGu5HQO311XShF/s200/rambutan-kecil.jpg" width="200" /></div>
<div>
Nah kalo yang ini rambutan kecil seperti telur puyuh tapi rasanya agak kecut tapi ada juga lo yang manis, di kalteng ini disebut siwau dan siwau ini sekarang sudah susah untuk mendapatkannya</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIyffHMz6aNGcnGoxL6XVJSZF9HFfFAMUMQVsPFgIbI8cpgSXHdVV5iNow4wWGFOuZL2P3YCaJnH74YnuBcXDZO3ySmo6o5yN7I9U1OxpjcjgSCX4YiDHlGWi73UHbK7zqVH0qPbn98Tbz/s320/garuda.jpg" /></div>
<div>
wihhhh mantap ini ne rajanya rambutan.. heee rambutan garuda... paling gede diantara rambutan. kalau di istilahkan di ayam ini ne ayam bangkoknya.. hahaha rasane mantap nyos nyos......</div>
<div>
<b>Jenis Asam - Asaman;</b></div>
<div>
<img alt="" border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGPfhp349VJ6Y8lsiMerKebNJaER1TuwCmyW2HMccOzgKd2eT_ataHDErgvF4Rth2E-3UC_ipOQusrZWE0a_6lcm1_OFDqnH8sqY9YVYOLZoifZGmoqiibQstzkewI2msvszrJ6yu0fDSK/s200/asam-putar.jpg" width="200" /></div>
<div>
Asam putar atau disebut juga asam pulasan, jenis mangga unik ada dipedalaman kalimantan. karena bijinya bisa dilepas dengan buahnya diputar.</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3N9taqkt2LYQZE1Rg97CUx95WQynFdfhrpQt9mRPHc6DbQZ_kCHhdBNzGqW22NTDq4l49P9U0AbqrZzbtXvfkvq6Bl1S2ul9E11iF9WdiWqJNvfnl09AOud3vo1FLBmxh_14_RxkROmmL/s320/hambawang.jpg" /></div>
<div>
heee kalo asam satu ini benar2 asam karena rasanya emang asem... cocoknya ini dibuat untuk bikin sambel (sambal acan) namanya asam hambawang</div>
<div>
<img alt="" border="0" height="148" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghQHlL5eZN4Qh6l6fFib_hDrKRfiI4ey6MCixmBq_zpDQnyXO0Wf02rw9Dw-45kf8sTuuH7p9G2fMk-TNq3crP_GiIEGE5So8qn6GnnbpFAynw06TLG_zbgDcoOi8naH7Gw1gkGPQvffxy/s200/mangga-sapat.jpg" width="200" /></div>
<div>
Mangga sapat atau hampalam biasanya asam ini lebih kecil dari mangga. buah ini kekurangannya adalah dipohonnya.. pohon asam ini biasanya tinggi besar.</div>
<div>
<img alt="" border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw0thrEcb_yTkrjDAjh26jzZXcCwmNWkJL9TPGyBbPlyMMndAvCXTL40SVGytITwmB2EyFln5q-v789T0FmDQHMUPprGz4L_xkUV_4uFBGnk6oDJ42j3D_Uq3X60FKmDyVNEhohT-BsFf0/s200/kuwini.jpg" width="200" /></div>
<div>
yang satu ini namanya kwuini... rasanya banget manis!!! amboy asoy geboy</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhT4jqpSErHPNsp6DzT8LYi6HkH_EH8Zfl-_Fyzf2FQBYlgmOhJUkXP1NPB2_IsaEU85knazRYV6idGscqmsohzyadPg7-BVMIpyRT98u1Bam36R_zt7GGSK1No5XQ3xcdGE6tK8jtIvxxw/s320/ramania1.jpg" /></div>
<div>
nah ini namanya ramania asam kecil yang bisa bikin mata terpejam2 memakannya.. heee asem banget tapi disukai para bumil (ibu hamil) tapi buah yang satu ini juga sudah mulai susah nyarinya.</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvScfhHEUDW9fCmzi9W3hCFEe2S466P5mpHUkNnVkcKAVLzKLpqWfynztaQ25jhLcOwCIDdMxGY_wgeP02JNcQdWLVLCNQz9y9bk4mf79FGJncg8_gN7izQVmyv7CFQKHN81ktq4fNJar6/s320/kasturi.jpg" /></div>
<div>
Yang ini ntah klau diluar kalimantan apa juga ada ya namanya kasturi.. buah asem kecil yang manis sekali tapi sayang dagingnya tipis</div>
<div>
<b>Jenis bulu/ duri yang keras</b></div>
<div>
<img alt="" border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSZO63hy3de5-J43CEqyrslUONSibHRewVL0g50zF5sKoIJhc1qTmTtPybIpSuPC9ZHE2hZyctPPWfMCFPWIaBaHvZsnY02SMRqK6p_bVX5tVCg7GUQYzTJjwhFjDO_6B4FwuzcPWdOSOx/s200/pampakin.jpg" width="200" /></div>
<div>
kalau ini si duren <b>kuning </b>alias Papakin rasanya lebih unik dari duren dan tidak kalah enaknya yang pasti lebih kecil dari duren dan durinya juga ngga terlalu tajam seperti duren.</div>
<div>
<img alt="" border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLweMH81yXtOj_rIJ_AYlGNlbkp9H29dNjJY-gIu_r5ELSUJmPQ-pdxygmRvit0IhjapSWVZCdBntZ1JIHZGv-BgRAlyoyn5LSRRohzTXe4suyeVdnntQz8asw2sOzWtXuUlYCWxoWFiQ9/s200/pampakin1.jpg" width="200" /></div>
<div>
Lihat isinya kalau sudah dikoyak.... ehmmmmm walaupun kecil tapi biasanya isinya rapet.</div>
<div>
<img alt="" border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixhV987FitjYzm-y5rmyuVMHhKaEWMJAVHwXXwk64S2dSvDSKXdyL-slODmlQcGWb6t2nUVqpgoC0r47jCSzcrWzF8FF23J-_9kH5D-UmkJ9f60o2ETJD3kpuA5DStynFCHhY2z0vI3QmQ/s200/bunga-papakin.jpg" width="200" /></div>
<div>
Ini bunganya papakin heeeee bagus juga ya bunganya... </div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK27RGf8w9qmX5P4KhTorEUdZ1LaQlit2NYywwtpwxipZU2MEzz4Liyz7zUOH78yWHQWqMI1RV4SjAKWWCD5xmyISF1Bz2SkUIaZWrqScTwUcxdrT84N3Ke_1GTM37aszLzfL0H_TBDnlo/s320/lahung.jpg" /></div>
<div>
Wihhh ini termasuk purba hahhahaha ini namanya lahung atau dikalteng disebutkarantungen susah sekali mendapatkan ini karena ini emang hanya tumbuh dalam hutan belantara durinya tajem banget dan rasanya sangat unik sekali tapi ati2 lo kebanyakan makan ini pasti pusing bisa bikin mabuk. kalo duren 1buah mungkin gpp tapi kalo ini 1 buah dimakan sendirian udah mulai puyeng ne.</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIsw9DTQznVQ0ar-_tLDjEbVPguNes1UFgtcb4puCuUyhyphenhyphen58-LUvg2QpH4k553dWAtlimA41jWCAWV-Hbdxndr4guuQnrhVFaWpnplebQDBuELkI_u7A3BfPzmPXQKnIEzS8QcRIF_55eb/s320/lahung1.jpg" /></div>
<div>
Neh isinya dia seperti duren tapi biasanya tipis juga. dan membukanya juga ngga seperti duren yang udah punya jalur (hapatnya) lahung ini kalau mau dibuka ya langsung dibelah seperti ini.</div>
<div>
Kalo saya sendiri ngga makan buah ini sudah kurang lebih 13 tahun yang lalu. heeee. dan itu pun ketemunya daerah hutan.</div>
<div>
Masih banyak buah yang lain lagi tapi saya bingung mau mengkategorikan buah2 ini karena memang khas biar saya tampilkan saja satu persatu dibawah ini nanti terserah mau memasukan ke kategori buah apa??? </div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaPrseJIhDtEWwOC5StE53RfXVg1tTlQpv34xEUz21VR6viq19l22UNZbiUfcKK5d7U9mHLOlc8-AwOgl0EmNmUGC61uV-5HmFBp8NobYYD0c2GIYBa7JjKq05tEbKABR36yPDP0pPFgnG/s320/rambai.jpg" /></div>
<div>
Buah ini seperti langsat tapi lebih manis dr langsat.. isi buah ini unik namanya buah rambai</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV8aFOPpuhx4WvkeDBizL3UtHgh6n-VZouunA6zW8ZcwdbPm8z6MSIoiV-lfC1Vt46ktGiRwInVVX9Ui-xbbZ5Or_5Xo2X0Z6fuIf4vBVuAUCaTQBwN0UfGjmmAMzB19Us-J-Pqu6rEL2d/s320/mentega.jpg" /></div>
<div>
Buah ini kurang jelas juga namanya orang menyebutnya mentega bentuknya seperti buah manggis. yang satu ini saya jg belum pernah mencicipi buahnya tanya abah hasan yang punya dokumen aja deh heee... </div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlKzpwbjfkmAiWQnub9yNiJdyV0ilC8zKXpelbIWXx4rs2bpTWPJEecs6H3IYCoJ7qxV0JX16zUN144DkffPuwKU2Ui-6BsEPCkA27rpLN8rYQWjELIBTKHIYPLTYT0zNIfShy21_we4zN/s320/manggis.jpg" /></div>
<div>
Ini juga khas kalimantan buah manggis ntah didaerah lain juga ada apa ngga ya. Uniknya buah ini isi dalam buah sesuai dengan jumlah butiran bawah manggis. aneh juga ya ini saya bilang buah yang jujur karena tidak pernah meleset jumlah isi sama jumlah penampang butiran bagian bawahnya</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv1Jwu5OeIBKHf1eVoDpTHykHlBCgMzDJLS0633b5j_ur57p6II-uYsO7Tavs0TICquC3C5xJJRp-N9HkI8PokIg2C_EmERGXeSReLUpKseFbQmztaiN0yJLcLvh3Jf09Xc6JyPOgMxNOb/s320/rumbia.jpg" /></div>
<div>
Ini buah Rumbia rasanya saya sudah lupa ne gmana ya. sudah lama banget g mencicipi lezatnya buah ini. heee </div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQQy8n5GNKQ8s0MUzPBm33TZPZYxrqcwQH1k8uviYLzt0f_OSHYXKg0IaaDNo5JFMsCf1KGTw3ShYgh5rVDu7yhjnTcOBpXXqzlcpNflrOR7qLTrCIhjeQohHbHlS-zeSYyROatRKBBqd2/s320/gitaan.jpg" /></div>
<div>
namanya tampiri/ gitaan/ dangu.. kalau saya menyebut buah ini buah dangu sih buah ini juga sangat enak sekali dan tentunya sudah susah sekali mendapatkannya lagi.</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrM3Cw4l1imKbGt-3tqV2FRWPeXOeTtfi234Q34pQEHyJ01i6nd7whKuUcRIMOmSPaX6-d2DUGGVX9N8OOCiqiMcDxq0OyTQetS9EtIPXHcclZQQTs3ewQv0NDSJYtQswVL2zWXxpdPY1b/s320/tarap1.jpg" /></div>
<div>
Sebenarnya ini buah ngga ya?? heee aneh juga dia buah sih tapi yang dimakan sebenarnya bijinya kalau bijinya digoreng dulu enak tenan.. hee!! Namanya buah tarap dan ini makanan waktu saya kecil dulu sekarang udah ngga pernah ketemu lagi ne kangen juga...</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDoRgJbruOROVCeF8vWigmfKpYFQmREs5lu2lHAeru6_eOX0lNHKMoMFg03ikUvZYRwEhSs7vd4kExzShDfx1znWAIeHnmRtF2FRB8lfYtzgQJC0b2sd2sgCchdQKKyKPWJfmqInCJEdbd/s320/binjai.jpg" /></div>
<div>
Ini juga waktu kecil saya cuma dengar dari teman namanya buahnya binjai kata teman kecil saya dulu enak sih sayang dulu saya belum sempat merasakannya. buah ini masih ada tapi susah juga nyarinya.</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEHHu3YqQ3fM5M5bip_7d-A9KnpGr0RsrSxVzS97kwujlg3ZW-WP-s-qiZDqAVJXOaaEYza0auuhaQyp5DAo55fy0f5W72C_RmnAPizi79lozpo48ughd_4vhV0ZxySPqQHxtj-LJG1vyY/s320/mundar1.jpg" /></div>
<div>
kalau yang ini saya tidak bisa kasih komentar ne.. sumber dari abah hasan banua entah gmana rasanya juga.. hee tanya aja sama beliau yang punya documentasi buah ini. nama buahnya buah mundar</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ4wKtVP1U87oZFABU0zYrqozE4W9n4qHeOMqyfulRKPxJiGDr1ckG21jUsadZ8QYU2yOj2IJy6sigmwZ383c4fVXLNl4KK6kUHD-nF92xHguCpILV61rrXJCfYo1KMCYP1RkMo8NIYXYH/s320/katapi.jpg" /></div>
<div>
Buah Katapi, buah ini unik rasanya dan ngga hanya isi dalamnya yang bisa dimakan tapi bagian kulit dalam juga bisa dimakan heeee..... </div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi213zv5B71-QtdLp7Jrpq-K5tP7zMMIfp_SwYkpvYjEdF8cEojRsPsA_DFMD6Lo4Td3pc_NZLENObMXnRhBCBDdVi-u5qugDjDU4zR7ZBNLXPB8rF7jXnjfqJbOdiSJbzILwvuqTcgQjAd/s320/katapi-suntul.jpg" /></div>
<div>
Ini lebih jelas gambar buah katapinya, kulitnya sedikit lembut</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYvoGWBgHYOC4PaMmcntDv4BHQM3OEobbPr8mXrZXNAl5lQ3h7X4gAVOMEdkhMmSuBWzxHORBo1p25k0OOgg2GNpbqBa4MFlTrlHz7_cexPBWvn2y-MbecLRzIQsOq62Aumd3sgU9kJyY0/s320/kapul.thumbnail.jpg" /></div>
<div>
kalau ini buah kapul.. gmana ya menjelaskannya isi buah ini sama seperti rambai tapi lebih keras dan lebih besar juga rasanya manis</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEjU7xLeDHJbZxAqPjKz_L-VBjNaDV4cojYJkGwVEp9Pw1kgbWixKX1xykaVnEu_K8GSytDdJKprqjtDMdFWNDLcZb9Sw8upPzTkrUEbY1ExASY994yt8e0fGueXXgDTjNpXoCVELD8J93/s320/kalangkala.jpg" /></div>
<div>
Buah kalangkala, buah ini ngga bisa dimakan langsung, biasanya sih tradisi orang kalimantan direndam sama air panas dulu biar isinya jadi lemah baru dimakan dan biasanya dimakan sama nasi jadi lauk pauk... heeee</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiourUC-Fq9EPXfHWcxwCwfJIwslooq0jtEvdCb-2fMMzXcaJI6rRpncRic_r7azMtD_Dd-xtjJwkP7DftxU_UxifghxA9ndNBJCHGuRdplpROIWgR1f1bDwvy-eHvT_u26DAyn8d0jljEa/s320/rukam.jpg" /></div>
<div>
yang satu ini juga sudah langka.. ini makanan waktu kecil saya dulu juga nama buahnya buah rukam. dulu kami menyebutnya anggur hutan.. heee</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgcK0tO6nchKDQnqEJHWJGGBS0OvEP57KyXjSZfc3YRFBDUttu5KOiGskxn_ehEw4iMFn_zxZpO6fHovpA6aNQed24TztZU1QD79CTHIOo8CCO8uQwBSQ1I6Blkg0gK7JkuLUfgciaF3dmB/s320/jambu-agung.jpg" /></div>
<div>
Jambu Agung itu lah sebutannya.. jambunya enak dan manis ini jarang sudah ditemukan dan mungkin jumlah pohonya pun sudah sedikit</div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh297XQOIQ_gD7Vxxw5MGB9pZacWVhSUTQrJZi1kv451JnqKQp0YmuOA-ybpuXXs4vTmK_ORRynPSNo0_nI7udDnL7BvSjzWA48hQe7P2tU6ODocevRnu6rDzn_AXD2-cZ52H5YjACl0S-l/s320/kuranji2.jpg" /></div>
<div>
Lihat buah yang satu ini kulitnya itam tapi dalamnya kuning... rasanya seperti kapas2 gitu manis2 asem tapi enak dan kulitnya tipis. namanya kuranji heee jarang jg sudah ditemukan. </div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdh8Kr03K50MdGkSEXJbfp6EVCt6nXqB4uSKXkIXv0pBArSb_8JEc6I7QAc04TN2MLZHJE_O0X_97ulRGSGY6MEzXgRg0OjDV2FWstYuI09VRLSqhIOH2kTe_ImVuygeQlGUJe1lXaU8wm/s320/kuranji.jpg" /></div>
<div>
lihat kalau sudah dikoyak kuranjinya.. dan waktu kecil saya tidak pernha lihat pohon buah ini seperti apa? biasanya beli dari teman 1bungkus isi lima buah harganya 1 atau 2 rupiah perak.. xixixiixix! anehnya lagi saya juga dapet buah ini di sungai buahnya larut ntah dimana keberadaan pohonya.<br />
<br /></div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOdt6gvD5tAYYAsNbeOMegzehfn34g-eSGBfbFGnacUQW9rPg3NjGqa2RJpKChn9dwwmoup-RRTjjV0VhsamMBzSLfym09bppA70yEsmqL0iOQ1uAkaV03DYVRGmZWwhrfj6rtpH_WcvZ1/s320/lengkeng.jpg" /></div>
<div>
Ini lengkeng hutan/ tengkuhis/ mata kucing.. saya menyebutnya tengkuhis isinya seperti mata kucing lebih bening dari lengkeng dan rasanya juga ngga kalah manis tapi lebih tipis isinya dibandingkan lengkeng </div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihwOg-ROBT6vDcH6c2xR1NnS3OjKDhv2cEmGNcqRRBonyAIbIAbgjA_wJVELLeBY5Dq1dxxwEy6X5Yjewk69VghBeNbI95dvgeuwgO9ZBor8N0dYZjOjVTR-iN6S7PIQFy1cG1uxU7KIEJ/s320/rambutan-hutan.jpg" /></div>
<div>
Buah ini tak jelas namanya rasanya seperti rambutan tapi kulit buahnya tidak berbulu dan kecil2.. hheee susah menjelaskannya yang pasti buah ini masih ada dan saya baru makan buah ini 1 bulan yang lalu. </div>
<div>
<img alt="" border="0" height="149" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgu1F41emxL5gd7qw0BKWSVQuyIBBPzLtWNr5J9Udi7S1e8r7mIBsoYS40gWh7LplqKaXWiequjcW98mU8sF4ckkrI2GjiIeNAAJWKyf6LDMeRAWpjih4H6EJFc2WNB0FLkDNNh4Lf3SgbF/s200/tiwadak.jpg" width="200" /></div>
<div>
Kalau yang satu ini mungkin teman2 sudah banyak yang tau. Buah tiwadak.. unik karena hampir semua bagian dari buah bisa dimakan. dan yang paling saya suka adalah kulitnya kalau sudah digoreng namanya mandai heeeee (makanan pavorit saya)... xixixixiix </div>
<div>
<img alt="" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho6mpkJ-7rU6wNjqluE7h98v9zVapnJ32Olw-f6keeBbiJOBqROdHtgrliWi-BukaOsvXNCLznaKA_g4mvKUzhplRvbM2ulL7_F5GdAuxaq_Zzp7wigkE6Viu6m1ewt35_3fubyHcrHGJI/s320/pasar-buah.jpg" /></div>
<div>
Pasar buah</div>
<div>
<br />
<a href="http://ebanjarmasin.blogspot.co.id/2010/05/buah-khas-kalimantan.html" target="_blank">Sumber</a> </div>
</div>
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-44179657999799886682016-07-22T15:34:00.002+08:002016-07-22T16:18:39.666+08:00Daftar kabupaten dan kota di Kalimantan SelatanProvinsi Kalimantan Selatan mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota, ibu kotanya adalah Banjarmasin.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://alatlistrikdistributor.files.wordpress.com/2014/03/peta-kalimantan-selatan-tanah-laut.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="387" src="https://alatlistrikdistributor.files.wordpress.com/2014/03/peta-kalimantan-selatan-tanah-laut.png" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
<div>
Berikut daftar <b>kabupaten dan/atau kota di provinsi Kalimantan Selatan</b></div>
<table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0">
<thead>
<tr>
<td><div>
<b>No.</b></div>
</td>
<td width="131"><div>
<b>Kabupaten/Kota</b></div>
</td>
<td width="114"><div>
<b>Pusat pemerintahan</b></div>
</td>
<td width="96"><div>
<b>Kecamatan</b></div>
</td>
<td width="122"><div>
<b>Kelurahan/desa</b></div>
</td>
</tr>
</thead>
<tbody>
<tr>
<td><div>
1</div>
</td>
<td width="131"><div>
Kabupaten Balangan</div>
</td>
<td width="114"><div>
Paringin</div>
</td>
<td width="96"><div>
8</div>
</td>
<td width="122"><div>
3/149</div>
</td>
</tr>
<tr>
<td><div>
2</div>
</td>
<td width="131"><div>
Kabupaten Banjar</div>
</td>
<td width="114"><div>
Martapura</div>
</td>
<td width="96"><div>
19</div>
</td>
<td width="122"><div>
13/277</div>
</td>
</tr>
<tr>
<td><div>
3</div>
</td>
<td width="131"><div>
Kabupaten Barito Kuala</div>
</td>
<td width="114"><div>
Marabahan</div>
</td>
<td width="96"><div>
17</div>
</td>
<td width="122"><div>
6/194</div>
</td>
</tr>
<tr>
<td><div>
4</div>
</td>
<td width="131"><div>
Kabupaten Hulu Sungai Selatan</div>
</td>
<td width="114"><div>
Kandangan</div>
</td>
<td width="96"><div>
11</div>
</td>
<td width="122"><div>
4/144</div>
</td>
</tr>
<tr>
<td><div>
5</div>
</td>
<td width="131"><div>
Kabupaten Hulu Sungai Tengah</div>
</td>
<td width="114"><div>
Barabai</div>
</td>
<td width="96"><div>
11</div>
</td>
<td width="122"><div>
8/161</div>
</td>
</tr>
<tr>
<td><div>
6</div>
</td>
<td width="131"><div>
Kabupaten Hulu Sungai Utara</div>
</td>
<td width="114"><div>
Amuntai</div>
</td>
<td width="96"><div>
10</div>
</td>
<td width="122"><div>
5/214</div>
</td>
</tr>
<tr>
<td><div>
7</div>
</td>
<td width="131"><div>
Kabupaten Kotabaru</div>
</td>
<td width="114"><div>
Kotabaru</div>
</td>
<td width="96"><div>
20</div>
</td>
<td width="122"><div>
20/195</div>
</td>
</tr>
<tr>
<td><div>
8</div>
</td>
<td width="131"><div>
Kabupaten Tabalong</div>
</td>
<td width="114"><div>
Tanjung</div>
</td>
<td width="96"><div>
12</div>
</td>
<td width="122"><div>
9/122</div>
</td>
</tr>
<tr>
<td><div>
9</div>
</td>
<td width="131"><div>
Kabupaten Tanah Bumbu</div>
</td>
<td width="114"><div>
Batulicin</div>
</td>
<td width="96"><div>
10</div>
</td>
<td width="122"><div>
6/129</div>
</td>
</tr>
<tr>
<td><div>
10</div>
</td>
<td width="131"><div>
Kabupaten Tanah Laut</div>
</td>
<td width="114"><div>
Pelaihari</div>
</td>
<td width="96"><div>
11</div>
</td>
<td width="122"><div>
5/130</div>
</td>
</tr>
<tr>
<td><div>
11</div>
</td>
<td width="131"><div>
Kabupaten Tapin</div>
</td>
<td width="114"><div>
Rantau</div>
</td>
<td width="96"><div>
12</div>
</td>
<td width="122"><div>
8/125</div>
</td>
</tr>
<tr>
<td><div>
12</div>
</td>
<td width="131"><div>
Kota Banjarbaru</div>
</td>
<td width="114"><div>
-</div>
</td>
<td width="96"><div>
5</div>
</td>
<td width="122"><div>
20/-</div>
</td>
</tr>
<tr>
<td><div>
13</div>
</td>
<td width="131"><div>
Kota Banjarmasin</div>
</td>
<td width="114"><div>
-</div>
</td>
<td width="96"><div>
5</div>
</td>
<td width="122"><div>
52/-</div>
</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<div>
<br />
<a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kabupaten_dan_kota_di_Kalimantan_Selatan">Dari Wikipedia</a> </div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-36420224837009674602016-07-20T09:42:00.000+08:002016-07-20T09:42:03.109+08:00Oleh-oleh Khas Kalimantan SelatanSelain anugrah <a href="http://www.hobby-smart.com/2016/06/keindahan-wisata-alam-kalimatan-selatan.html" target="_blank">alam</a> yang begitu mempesona, Provinsi
Kalimantan Selatan juga memiliki potensi budaya yang sangat layak untuk
di eksplor lebih jauh. Budaya Banjar sebagai identitas Suku Banjar
selalu identik dengan <a href="http://www.hobby-smart.com/2016/07/wisata-pantai-yang-menarik-di.html" target="_blank">budaya perairan</a> khususnya perairan darat, hal ini
dikarenakan wilayah perairan darat yang mendominasi sebagian besar
wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Pesona Budaya Banjar inilah magnet
bagi pariwisata di Kalimantan Selatan dan Kota Banjarmasin khususnya! <br />
<br />
Bagi
penikmat wisata, ikon pariwisata seperti pasar terapung, kerbau rawa,
itik alabio, <a href="http://www.hobby-smart.com/2016/06/wisata-kuliner-yang-nikmat-di.html" target="_blank">soto banjar</a>, dan tentunya kota Intan Martapura pasti sudah
akrab di telinga. Sedangkan untuk souvenir atau oleh-oleh khas
Kalimantan Selatan? Jangan kuatir! Kota Banjarmasin sebagai "etalase"
Bumi Banjar, Kalimantan Selatan mempunyai oleh-oleh khas yang
betul-betul khas Kalimantan Selatan, di antaranya:<br />
<b><br /></b>
<br />
<h3>
<b>1. Batuan Mulia</b></h3>
<img border="0" src="http://bacaterus.com/wp-content/uploads/2015/12/oleh-oleh-khas-banjarmasin.jpg" height="480" width="640" />
<br />
<br />
Kota Martapura, ibu kota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan selain dikenal
sebagai serambi Makkah-nya Kalimantan, juga dikenal sebagai "kota
intan". Kota Martapura inilah 'surga-nya' pecinta batu mulia. Hampir
semua jenis batu mulia bisa ditemukan di sini!. Dari harga ribuan sampai
milyaran rupiah, semua ada di sini.<br />
<br />
Pusat konsentrasi jual-beli batu
mulia letaknya tepat di tengah kota, yaitu di pertokoan Cahaya Bumi
Shalawat (CBS). Selain lokasinya yang strategis, karakter proses jual
beli batu mulia disini layaknya pasar tradisional, sehingga proses
interaksi antara penjual dan pembeli lebih intens, dekat, dan akrab.<br />
<br />
Jadi kalau anda berkunjung ke sini jangan heran kalau tempat ini tidak
pernah sepi dari pengunjung, baik wisatawan lokal, interlokal, maupun
mancanegara.<br />
<br />
<h3>
<b>2. Kain Sasirangan</b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" height="354" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9cSKuG9zdBIs3s44oP_3zsyOk3BACANxsKDWCSe83y7ATsTiPeJ0m7UgNcp4IZ8bAzVJJ7vLqR29MRMYDEPJ_adh6lQY2n3Mc97SahsCV0Gz7Y8uA-F00Fhmdf5Pmp21qKCys1CJh9Sk/s640/Sasirangan.jpg" width="640" /></div>
<br />
<br />
Kain sasirangan adalah kain khas suku Banjar di Kalimantan selatan. Nama "Sasirangan"
sebenarnya adalah kata kerja, yaitu mengadopsi dari proses pembuatannya.
"Sa" yang berarti "satu" dan "sirang" yang berarti "jelujur/lajur".
Secara harfiah sasirangan bisa diartikan sebagai proses
pen-jelujur/lajur-an yang di simpul/diikat dengan benang atau tali
lainnya kemudian di celup untuk pewarnaannya. <br />
<br />
Sasirangan
setidaknya mengenal 19 motif, di antaranya sarigading, ombak sinapur
karang (ombak menerjang batu karang), hiris pudak (irisan daun pudak),
bayam raja (daun bayam), kambang kacang (bunga kacang panjang), naga
balimbur (ular naga), daun jeruju (daun tanaman jeruju), bintang
bahambur (bintang bertaburan di langit), kulat karikit (jamur kecil),
gigi haruan (gigi ikan gabus), turun dayang(garis-garis), kangkung
kaombakan (daun kangkung), dan jajumputan (jumputan). Selain itu ada
pula kambang tampuk manggis (bunga buah manggis), dara manginang (remaja
makan daun sirih), putri manangis (putrid menangis), kambang cengkeh
(bunga cengkeh), awan beriring (awan sedang diterpa angin), dan benawati
(warna pelangi).<br />
<br />
Menurut sejarahnya, masing-masing motif kain
sasirangan mempunyai fungsi yang berbeda-beda dalam ritual upacara adat
suku banjar, ada yang khusus untuk pengobatan orang sakit (ghaib), laung
(ikat kepala adat Banjar), Kakamban (serudung), udat (kemben), babat
(ikat pinggang), tapih bahalai (sarung/jarik untuk perempuan), dan lain
sebagainya. <br />
<br />
Seiring ke-khasan kain Sasirangan yang "menjual",
peruntukan kain sasirangan tidak hanya sebagai bagian dari ritual adat
suku Banjar saja, tapi sudah melebar dan meluas melampaui batas-batas
sakral sebagaimana fungsi awalnya. Sekarang, ditangan pejuang-pejuang
kreatif, (tanpa berusaha mengubah fungsi utamanya), kain kebanggan
masyarakat Kalimantan Selatan ini telah menjelma menjadi berbagai produk
seni yang menakjubkan, bahkan sudah siap untuk go internasional! <br />
<br />
<h3>
<b>3. Amplang</b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYGwczr89jEOw7DlspxBq-J2o_qQOecNJfpON14eDEOh21BMVKIlTfMar1BNPKqDXd1LFgzQaZW-hNYgGt65_0csFM-hoDt0mD6nJ5NedAEvzHv_BX0XHsq7_16cbs3lA0laXRAktOJFo/s640/Amplang+Kotabaru.jpg" width="640" /></div>
<br />
<br />
Kalimantan
Selatan mempunyai camilan sejenis kerupuk yang dikenal dengan sebutan
"Amplang". Awalnya, bahan baku utama pembuatan Amplang adalah ikan pipih
(Notopterus chitala H.B.) yaitu sejenis ikan air tawar yang habitat
alamnya adalah sungai dan rawa. Tapi seiring dengan semakin langkanya
ikan pipih, perajin amplang memilih ikan tenggiri atau ikan gabus untuk
dijadikan bahan baku utamanya dikombinasikan dengan berbagai rempah dan
bumbu khas resep turun temurun!<br />
<br />
Dengan tekstur olahan yang renyah dan lembut, plus aroma dan rasa
ikan yang menggoda, hhmm….maknyuus! Dijamin bikin Anda ketagihan! Sentra
pembuatan amplang paling terkenal adalah di daerah Kabupaten Kotabaru,
tapi sekarang seiring perkembangan pariwisata di seluruh wilayah
Kalimantan Selatan yang begitu pesat menjadikan sentra industri amplang
mulai meluas dan berkembang di berbagai daerah di Kalimantan Selatan.<br />
<br />
<h3>
4. Rabuk Ikan</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" src="http://bacaterus.com/wp-content/uploads/2015/12/Rabuk-Ikan.jpg" height="480" width="640" /></div>
<h2>
</h2>
Membeli makanan khas Banjarmasin untuk oleh-oleh,
kenapa tidak? Salah satu ide oleh-oleh berupa makanan adalah rabuk ikan.
Rabuk adalah sebutan masyarakat Banjarmasin untuk mendeskripsikan abon. Nah, rabuk ini terbuat dari ikan haruan (ikan gabus) atau ikan tengiri.<br />
<br />
Anda
bisa memperoleh rabuk ikan ini di toko yang menjual oleh-oleh khas
Banjarmasin. Soal harga, rabuk ikan ini terbilang cukup terjangkau.
Hanya dengan 30 – 50 ribu rupiah saja, Anda bisa membeli sekantung rabuk
ikan yang gurih dan lezat ini.<br />
<br />
<br />
<h3>
<b>5. Panting</b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" height="386" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgROdLXYsGO57LF0QjhrtoFpHsRnayJBVTn5yScTemX229n54ECN8kbkFJssQKl1-BAz3Obr7gNWliKg89kPiv8Z4kkpmUKCAlcB8JMzxf5RKjxe-9-xRttCD79d0fHeR4VBypFxriuVvo/s640/Alat+Musik+Panting.jpg" width="640" /></div>
<br />
<br />
Panting
adalah alat musik petik khas Kalimantan Selatan yang bentuk dasarnya
mirip gambus Arab dengan ukuran yang lebih kecil, tapi mempunyai hiasan
dengan ornament ukiran dan <i>painting</i> khas Kalimantan Selatan di
beberapa bagian. Seperti ukiran kepala naga di bagian kepala Panting dan
ornament khas suku Banjar di bagian lambung. Kata "Panting" berarti petik, mengadopsi dari cara memainkannya
yakni, membunyikan senar dengan teknik petikan/sentilan. Awalnya,
"Panting" hanya memiliki tiga buah tali atau dawai, dimana masing-masing
mempunyai fungsi masing-masing. Tali pertama disebut pangalik. Yaitu
tali yang dibunyikan untuk penyisip nyanyian atau melodi. Tali kedua,
disebut panggundah atau pangguda yang digunakan sebagai penyusun lagu
atau paningkah. Sedang tali ketiga disebut agur yang berfungsi sebagai
bass. <br />
<br />
Tali "Panting" pada masa lalu dibuat dari haduk hanau
(ijuk), serat nenas, serat kulit kayu bikat, benang mesin, atau benang
sinali. Tapi sekarang benang nilon dan kawat/string (dengan empat
bentangan pada badan "Panting") tampak lebih banyak digunakan karena
lebih mudah didapatkan dan bunyinya yang jauh lebih merdu. <br />
<br />
Seiring
semakin kreatif dan variatifnya ornament penghias yang melekat di badan
panting, fungsi panting sekarang tidak hanya untuk dinikmati alunan
nada-nadanya saja, tapi juga cocok untuk benda seni pajangan penghias
ruangan.<br />
<br />
<h3>
<b>6. Miniatur rumah adat banjar</b></h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<img border="0" height="428" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLeIocQNNLHK4ykf3MYM1XJVxtENHtQgZ24pC70FowYdF6V6iB18jUS_i7wRN4PLsIVKd_jMIUJ5ucIl4H7ax26MyiwmXZBeWsoWz1yKSsUdpJtDi1nB34G93YTS8q5YxZfDzk028Plok/s640/Miniatur+rumah+adat+banjar.jpg" width="640" /></div>
<br />
<br />
Suku
Banjar mempunyai beberapa jenis rumah adat yang sangat khas di
antaranya bubungan tinggi, gajah baliku, palimasan, balai bini, tadah
alas, gajah manyusu, balai laki, palimbangan, cacak burung, lanting,
joglo gudang, dan joglo bangun gudang. Untuk souvenir miniatur rumah
adat banjar, sesuai dengan aslinya bahan baku utamanya adalah kayu.
Hanya saja, jenis kayu yang di digunakan adalah kayu agatis, bukan kayu
ulin/kayu besi seperti bahan kayu rumah aslinya. Saat ini, miniatur
rumah adat Banjar asli Banjarmasin ini menjadi buruan kolektor, baik
dari dalam negeri maupun luar negeri.<br />
<br />
<h3>
7. Ikan Seluang</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://bacaterus.com/wp-content/uploads/2015/12/Ikan-Seluang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://bacaterus.com/wp-content/uploads/2015/12/Ikan-Seluang.jpg" height="426" width="640" /></a></div>
<h3>
</h3>
Masyarakat Jawa mengenal ikan seluang dengan nama ikan wader. Di beberapa toko
oleh-oleh yang ada di Banjarmasin, ikan seluang dijual sebagai cemilan
yang cocok untuk dijadikan buah tangan. Ikan seluang ini diolah dengan
cara digoreng.<br />
<br />
Sebelum digoreng, ikan akan dibalut dengan tepung
terlebih dahulu. Kemudian, ikan akan dikemas dengan higienis agar tetap
renyah dan gurih meskipun sudah berhari-hari. Ikan seluang goreng tepung
ini adalah makanan khas Banjarmasin yang bisa dinikmati sebagai cemilan
atau disantap bersama nasi putih.<br />
<br />
<h3>
8. Dodol Kandangan</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW8kxyCbpbtZVwe_cItox8TlAJ9lZe87BHKleEKvegWpmg4YLuUnCVRc37Ej_6I9mF1nqVdiuLHuFT58KXiQGRPM4phit3GeOouhZBh4AcpbyJhuF-zlo759IdmQk8GeJRyM61y75lQ-o/s1600/Dodol+Kandangan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW8kxyCbpbtZVwe_cItox8TlAJ9lZe87BHKleEKvegWpmg4YLuUnCVRc37Ej_6I9mF1nqVdiuLHuFT58KXiQGRPM4phit3GeOouhZBh4AcpbyJhuF-zlo759IdmQk8GeJRyM61y75lQ-o/s640/Dodol+Kandangan.jpg" width="640" /> </a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
Tak hanya Garut yang memiliki dodol dengan rasa
yang khas. Banjarmasin juga memiliki panganan serupa bernama Dodol
Kandangan. Makanan yang terbuat dari beras ketan dan gula aren ini
menjadi buruan bagi para wisatawan yang berkunjung ke Banjarmasin.<br />
<br />
Dodol
durian adalah varian dodol yang paling banyak diminati oleh pembeli.
Rasa durian yang legit dan manis akan terasa sangat nikmat ketika berada
di dalam mulut. Penasaran bagaimana rasa Dodol Kandangan ini? Beli saja
untuk dinikmati sendiri atau dijadikan oleh-oleh.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-54082626248859299252016-07-07T05:12:00.003+08:002016-07-20T09:49:41.074+08:00Wisata Pantai yang Menarik di Kalimantan Selatan<br />
Berwisata memang merupakan hal yang banyak di lakukan oleh sebagian masyarakat untuk menghibur dirinya setelah sibuk berkutat dengan kesibukannya setiap harinya. Banyak orang yang memilih berwisata dengan berbagai macam tujuan wisata, dan salah satunya adalah dengan cara berwisata ke pantai atau yang sering di sebut juga wisata alam bahari. Ya <b>wisata pantai</b> dan menikmati keindahan alam bawah laut (wisata bahari) merupakan rekomendasi tujuan wisata yang sangat tepat bagi orang yang ingin merefresh diri dengan hiburan yang sangat menyenangkan dan juga membuat diri menjadi lebih tenang dan juga lebih segar.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwyu67PVI3CwNuvs2MMSCGDhsOlE6SeH_KCqgnyRwpn-XYhj30uuKvaww-Lu6Yah8D7ViYdPw2i-iTVlo65eLvL11ppS6M1EtdBupuLTsd2k_ToTtPwJLw9biwJeykxyyPO-9Z3hJISOTq/s1600/IMG_7647.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="348" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwyu67PVI3CwNuvs2MMSCGDhsOlE6SeH_KCqgnyRwpn-XYhj30uuKvaww-Lu6Yah8D7ViYdPw2i-iTVlo65eLvL11ppS6M1EtdBupuLTsd2k_ToTtPwJLw9biwJeykxyyPO-9Z3hJISOTq/s1600/IMG_7647.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<br />
Bagi anda yang ingin berwisata dengan asik, maka anda pun bisa berkunjung ke Kalimantan Selatan. Di Kalimantan Selatan ini sangat banyak terdapat <b>wisata pantai</b> yang bisa di nikmati. Selain menawarkan banyak <b>wisata pantai</b>nya, para wisatawan yang berkunjung ke Kalimantan Selatan ini akan bisa menikmati <a href="http://www.hobby-smart.com/2016/06/keindahan-wisata-alam-kalimatan-selatan.html" target="_blank">keindahan alam</a> bawah laut yang masih asri dan juga terjaga. Nah, jika anda memutuskan ingin berlibur ke Kalimantan Selatan, pastinya anda membutuhkan rekomendasi tempat <b>Wisata pantai</b> di Kalimantan Selatan yang bagus dan menarik untuk di kunjungi bukan??? nah jika begitu, maka anda harus menyimak pembahan berikut ini. berikut ini adalah pembahasan mengenai tempat-tempat <b>wisata pantai</b> dan juga bahari yang bisa anda kunjungi ketika anda berkunjung ke Kalimantan Selatan :<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.aduberita.com/wp-content/uploads/2015/12/pantai-gedambaan3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://www.aduberita.com/wp-content/uploads/2015/12/pantai-gedambaan3.jpg" height="372" width="640" /></a></div>
<br />
<ol>
<li><h3>
Pantai Gedambaan </h3>
</li>
</ol>
Pantai Gedambaan ini merupakan pantai yang berpasir putih dan memiliki ciri khas pemandangan yang menabjubkan. Pantai Gedambaan ini berada di kotabaru tidak jauh dari pusat kota, hanya berjarak 14 km saja. di pantai Gedambaan ini, di lengkapi dengan cottage dan juga sarana ibadah (musholah). Selain itu, di pantai gedamban ini juga di sediakan kolam pemancingan dan beberapa warung pinggir pantai yang akan memberikan sensasi tersendiri bagi anda.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://i.ytimg.com/vi/J1A-W-ONkkc/maxresdefault.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://i.ytimg.com/vi/J1A-W-ONkkc/maxresdefault.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<ol start="2">
<li><h3>
Teluk Tamiyang</h3>
</li>
</ol>
Nah, wisata bahari yang indah yang ada di Kalimantan berikutnya adalah di teluk Tamiyang. Di teluk Tamiyang ini terdapat wisata terumbu karang yang indah dan juga mempesona yang bisa memanjakan mata anda. teluk Tamiyang ini beradai di kecamatan pulau laut barat, dan di teluk Tamiyang ini terdapat berbagai jenis terumbu karang yang tumbuh dan membentuk secara alami. Terumbu karang yang ada di teluk Tamiyang ini masih sangat asli dan belum tersentuh sama sekali sehingga menjadikan pemandangan semakin memikat hati. nah, untuk nisa mencapai teluk Tamiyang ini, anda harus menggunakan bantuan kapal motor dan berjarak 4 km saja dari kabupaten kotabaru. Potensi wisata alam bawah laut yang ada di teluk Tamiyang ini juga tidak kalah indahnya loh dengan wisata alam bahari yang ada di teluk bunaken yang terletak di selawesi utara.<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://images1.rri.co.id/thumbs/berita_258106_800x600_Snapshot_3_(17-03-2016_21-03).png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://images1.rri.co.id/thumbs/berita_258106_800x600_Snapshot_3_(17-03-2016_21-03).png" height="480" width="640" /></a></div>
<ol start="3">
<li><h3>
Pulau telur penyu</h3>
</li>
</ol>
Jika anda menyukai penyu, maka anda pun bisa berwisata ke pulau samber gelap. Pantai/pulau ini merupakan pantai yang indah dan juga terlihat samar ketika mulai senja. Di pulau ini menyimpan banyak kedamaian, dan tempat ini sanhgat cocok untuk anda yang menginginkan wisata yang damai untuk melepaskan penat setelah pusing dengan kegiatan sehari-hari. Di pulau ini, anda akan dapat melihat banyak penyu yang merayap lamban ke pantai untuk bertelur, dan hal ini akan memberikan <b>wisata pantai</b> yang berbeda dan juga pengalaman yang indah bagi anda.<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://indonesiawow.com/wp-content/uploads/2014/04/Takisung-Beach-Banjarmasin-93.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://indonesiawow.com/wp-content/uploads/2014/04/Takisung-Beach-Banjarmasin-93.jpg" height="480" width="640" /></a></div>
<ol start="4">
<li><h3>
Pantai Batakan</h3>
</li>
</ol>
Pantai Batakan ini juga merupakan destinasi <b>wisata pantai</b> yang banyak di kunjungi oleh wisatawan. Di pantai Batakan ini selain menawarkan pemandangan yang indah, di pantai Batakan ini juga kaya akan keragaman hayati yang sangat menarik dan bisa memanjakan mata. Paantai Batakan ini hanya berjarak 125 km saja dari kota banjar masin Kalimantan Selatan. Sebelum anda sampai ke pantai Batakan, anda pun sudah di manjakan oleh pemandang bukit yang indah di sepanjang jalan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ3sHkIvjC2H32uW9VBQpma1BLMDorZ9IowoQrD-NWD1Lee2vBuLUKH57Q-14pngYMnrYdklNR2UWkeon4RMPD9iLLv2Zge5BsDzavG5Wzb82DwMTblhOn7yQQ7AahQyg6aMdbTrfDu8xJ/s1600/pantai.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="390" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ3sHkIvjC2H32uW9VBQpma1BLMDorZ9IowoQrD-NWD1Lee2vBuLUKH57Q-14pngYMnrYdklNR2UWkeon4RMPD9iLLv2Zge5BsDzavG5Wzb82DwMTblhOn7yQQ7AahQyg6aMdbTrfDu8xJ/s1600/pantai.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<ol start="5">
<li><h3>
Pantai Angsana</h3>
</li>
</ol>
Nah, jika anda sedang berada di Kalimantan Selatan dan sedang ada di banjarmmasin, maka anda pun bisa mencoba mengunjungi pantai Angsana ini. di pantai Angsana ini, para wisatawan bisa melakukan berbagai kegiatan yang menarik dan juga asik. Misalkan saja melakukan snorkeling dan juga selam scuba. Pantai Angsana ini pun masih tergolong baru, akan tetapi di pantai Angsana ini sudah banyak tersedia fasilitas yang menunjang seperti hotel dan juga fasilitas lainnya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.acc.co.id/files/images/news/travel/2015/11/Pulau-Samber-Gelap-02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://www.acc.co.id/files/images/news/travel/2015/11/Pulau-Samber-Gelap-02.jpg" height="425" width="640" /></a></div>
<br />
<ol start="6">
<li><h3>
Samber Gelap</h3>
</li>
</ol>
<b>Wisata pantai</b> berikutinya yang bisa anda kunjungi adalah pantai samber gelap. Pantai samber gelap ini merupakan pantai yang indah dan juga mempesona. Di pantai samber gelap ini menawarkan keindahan butiran pasir putih nan halus serta air laut yang jernih. Di pantai samber gelap ini pun banyak terdapat gugusan pepohonan yang indah yang dapat menambah kesejukan hati apalagi di bumbuhi dengan angin yang sepoi-sepoi semakin memanjakan para wisatawan dan juga membuat para wisatawan ini betah berlama-lama di pantai yang satu ini.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://c4.staticflickr.com/9/8378/8595054771_ca6488c447_b.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="426" src="https://c4.staticflickr.com/9/8378/8595054771_ca6488c447_b.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<ol start="7">
<li><h3>
Pantai Takisung</h3>
</li>
</ol>
Pantai Takisung ini merupakan pantai yang banyak di kunjungi oleh wisatawan local yang ada di sekitaran Kalimantan Selatan ini. pantai Takisung ini merupakan wisata yang banyak di kunjungi karena menawarkan banyak sekali kelebihan yang bisa di dapatkan oleh para wisatawan. Di pantai Takisung ini banyak sekali kegiatan yang bisa di lakukan oleh wisatawan di pantai ini, misalkan saja dapat bermain banana boat dan permainan air lainnya. selain itu, para wistawan pun bisa bermain motor racing mini serta anda pun bisa berkunjung ke pulau penyu. <b>Wisata pantai</b> yang satu ini pun terdapat pasar tradisional yang bisa memberikan sensasi tersendiri bagi para wisatawan.<br />
<br />
Itulah tadi ulasan mengenai <b>wisata pantai</b> yang ada di Kalimantan Selatan yang bisa anda kunjungi ketika anda sedang berkunjung kesana. Menikmati keidahan pantai yang mempesona, pastinya bisa merefres diri dan juga otak anda. banyak cara yang bisa di lakukan ketika anda sedang libur dan ingin berwisata. Berlibur memang merupakan cara yang tepat untuk menghilangkan penat yang anda alami. Maka dari itulah anda bisa melakukan cara ini dengan mengunjungi beberapa pantai dan menikmati keindahan alam bahari yang indah dan juga menabjubkan yang bisa memanjakan mata anda.<br />
<br />
Sebagai orang sibuk yang ingin berwista ke pantai, maka anda pun harus menyiapkan beberapa persiapan sebelum anda pergi agar tidak merepotkan anda. berkemas dan menyiapakan segala kebutuhan dengan lengkap adalah cara yang wajib anda lakukan ketika hendak berlibur, jangan sampai ada barang yang tertinggal karena akan sedikit merepotkan anda. menikmati keindahan alam yang memukau dan indah merupakan cara yang baik dan juga sudah banyak di lakukan oleh sebagian masyarakat untuk menghilangkan penat yang di alaminya. Cara ini pun di percaya ampuh dan mampu mengusir penat dan juga lelah yang sedang di alami.<br />
<br />
Juga diposting <a href="http://www.bloggerbanua.org/wisata-pantai-yang-menarik-di-kalimantan-selatan/" target="_blank">disini</a>. Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-46381276562932488642016-06-30T15:46:00.004+08:002016-07-20T09:52:35.843+08:00Wisata Kuliner Yang Nikmat di Kalimantan SelatanJika kita sedang berkunjung ke suatu daerah, maka selain kita bisa mengunjungi tempat wisata yang indah dan menjadi lokasi yang rekomended, maka kita pun harus dan wajib menikmati kelezatan aneka makanan daerah asal yang hanya bisa kita nikmati di tempat itu saja. Setiap daerah yang ada di Indonesia, termasuk Kalimantan Selatan, pastinya memiliki makanan khas yang enak, sehingga <b>wisata kuliner Kalsel </b>ini menjadi suatu keharusan yang wajib di lakukan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigXSPCdONT4ybn93UqjuAQ-0g7Q0DGcA3pmbL_G9yqbvQR9fpiFFLtbbY-bUlO_KD0xsJzWAIImCYHWZxkcf1CcASp6zRAkkuHHgaApngXzJAOpsHf3Hd7WSHJTX4jdrISGEHgNR4K1Vk/s1600/Sayur-Asem-Patin.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="462" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigXSPCdONT4ybn93UqjuAQ-0g7Q0DGcA3pmbL_G9yqbvQR9fpiFFLtbbY-bUlO_KD0xsJzWAIImCYHWZxkcf1CcASp6zRAkkuHHgaApngXzJAOpsHf3Hd7WSHJTX4jdrISGEHgNR4K1Vk/s640/Sayur-Asem-Patin.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sayur Asem Patin</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Menikmati kelezatan <a href="http://www.hobby-smart.com/2016/07/oleh-oleh-khas-kalimantan-selatan.html" target="_blank">makanan khas Banjar</a> di daerah asal, pastinya akan memberikan sensasi tersendiri dan juga kepuasan untuk diri kita.
Nah, ketika kamu sedang berada di Kalimantan selatan, maka kamu pun bisa melakukan wisata kuliner Kalimantan Selatan ini dan menikmati berbagai makanan khas di Banjarmasin ini. Apa saja sih makanan yang lezat yang bisa di nikmati ketika sedang berada di Kalimantan Selatan??? Berikut rekomendasi Blogger Banua untuk perjalanan wisata kuliner khas banjar yang bisa anda cicipi kelezatannya dan tentunya akan menggoyang lidah anda :
<br />
<h2>
Soto Bang Amat</h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2vTcKLXJT9yvBpR1jkJIyaMVx3TLI5HEM63ju8547r7TNcXNeQGZ7FWoOG67KQo2cV3IcI711KVTD2rw4haSIk_1wlEr2fUsSA8IIFeucN6_9qL_XWWvYrAoVqf-U-9JdnAChhCZO91c/s1600/Soto-Bang-Amat.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2vTcKLXJT9yvBpR1jkJIyaMVx3TLI5HEM63ju8547r7TNcXNeQGZ7FWoOG67KQo2cV3IcI711KVTD2rw4haSIk_1wlEr2fUsSA8IIFeucN6_9qL_XWWvYrAoVqf-U-9JdnAChhCZO91c/s640/Soto-Bang-Amat.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Banjarmasin adalah ibukota Provinsi Kalimantan Selatan. Di Banjarmasin ini anda bisa menikmati makanan khas dari daerah ini yakni soto dan juga sop banjar. Soto banjar dan juga sop ini memiliki citarasa makanan yang lezat dan di padukan dengan lontong sebagai teman untuk menikmati soto banjar atau pun sop ini. Racikan bumbu yang khas dan juga kuat ini menjadikan rasa yang lezat ketika soto beserta kuahnya masuk kedalam mulut. Salah satu tempat yang menjadi rekomendasi untuk menikmati soto banjar ini adalah soto Bang Amat yang terletak di bawah Jembatan Banua Anyar. Harganya masih sangat eknomis rasanya dan juga kuah kentalnya mampu menggoyang lidah anda.
<br />
<div style="text-align: center;">
<iframe allowfullscreen="allowfullscreen" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/6I5cUnLcNnY" width="420"></iframe></div>
<br />
<h2>
Soto Susu Banjar</h2>
<div style="text-align: center;">
<img alt="Soto Susu Banjar - Kalimantan Selatan" class="size-medium wp-image-5349 aligncenter" src="http://www.bloggerbanua.org/wp-content/uploads/2016/01/Soto-Susu-Banjar-520x360.jpg" height="360" width="520" /> </div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Soto biasanya di buat dengan campuran bumbu dan juga santan. Akan tetapi di Kalimantan selatan ini ada makanan khas Soto Susu Banjar yang lezat yang bisa anda coba nikmati. Soto susu banjar ini merupakan soto yang di beri isisan irisan daging ayam kampung dan di campur dengan mie putih dan di beri taburan daun seledri. Selelah itu, isian yang sudah di siapkan di dalam mangkuk ini segera di siram dengan kuah susu panas yang sudah di masak dan di beri bumbu rempah yang khas sehingga rasnya sangat lezat dan juga unik. Soto susu banjar ini bisa menjadi rekomendasi makanan yang bisa anda coba ketika anda ada di Kalimantan Selatan khususnya yang sedang ada di Banjarmasin.
</div>
<h2>
Sate Tulang Banjar</h2>
<img alt="Sate Tulang Banjar - Wisata Kuliner Kalsel" class="size-medium wp-image-5351 aligncenter" src="http://www.bloggerbanua.org/wp-content/uploads/2016/01/Sate-Tulang-Banjar-520x360.jpg" height="360" width="520" /><br />
<br />
Nah, jika anda merupakan seseorang yang suka dengan sate, maka anda pun wajib mencoba menu sate unik yang ada di Kalimantan Selatan ini.Sate ini bernama Sate Tulang Banjar, sate tulang ini di buat dari daging ayam yang di ambil tulang mudanya dan di bakar dengan di olesi bumbu sate yang khas dari banjar. Rasanya unik dan juga sajiannya pun berbeda dari sate biasanya. Selain itu, anda pun akan merasakan sensai makan sate yang berbeda, karena anda harus lebih ekstra dalam mengunyak sate ini karena terbuat dari tulang muda ayam. Meskipun begitu, sate tulang banjar ini sangat enak dan bisa di jadikan sebagai rekomendasi untuk anda.
<br />
<h2>
Ketupat Kandangan</h2>
<img alt="Ketupat Kandangan - Wisata Kuliner Kalimantan Selatan" class="size-medium wp-image-5352 aligncenter" src="http://www.bloggerbanua.org/wp-content/uploads/2016/01/Ketupat-Kandangan-520x360.jpg" height="360" width="520" /><br />
<br />
Jika anda senang berwisata kuliner dan suka makanan yang berkuah kental dari santan, maka anda pun bisa mencoba makanan khas Kalimantan selatan yang bernama ketupat kandangan. Ketupat kandangan ini merupakan makanan khas Kalimantan selatan yang di buat pertama kali oleh masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Ketupat Kandangan ini hampir sama dengan ketupat opor yang biasa kita nikmati. Ketupat Kandangan ini di sajikan dengan irisan ketupat yang di belah dua lalu di siram dengan kuah santan kental lalu di beri taburan bawang goreng. Lauk yang dipakaipun khas kalsel, Iwak Haruan Babanam, alias ikan gabus yang di panggang. Dan yang paling membedakan ketupat kandangan ini dengan ketupat yang lainnya adalah cara makannya. Biasanya ketupat yang berkuah di santap dengan menggunakan sendok, akan tetapi di sini cara menyantap ketupat kandangan ini tidak menggunakan sendok, melainkan dengan menggunakan tangan.
<br />
<h2>
Udang Bakar</h2>
<img alt="Udang Bakar - Wisata Kuliner Kalsel" class="aligncenter wp-image-5356 size-full" src="http://www.bloggerbanua.org/wp-content/uploads/2016/01/Udang-Bakar-Khas-Banjar.jpg" height="310" width="464" /><br />
<br />
<br />
Nah, bagi anda yang suka makan dan suka sekali dengan makanan "seafood", maka anda pun bisa mencoba menikmati udang bakar. Udang bakar khas Kalimantan selatan ini adalah udang yang yang di tangkap dari sungai bukan dari laut. Udang sungai yang di bakar ini di sajikan dengan bumbu khas yang lezat. udang sungai yang gurih dan di tambah dengan sajian bumbu yang lezat menjadikan makanan ini menjadi makana yang khas dan juga banyak di gemari. Jadi, jika anda berkunjung ke Kalimantan selatan ini, bisa menjaidkan udang bakar ini sebagai menu kuliner yang bisa di jadikan sebagai list makan yang wajib di coba.
<br />
<h2>
Pepes Patin dan juga Ikan Patin Bakar</h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitXZzYyrn2EP-PbSe18HEv-5Wz1qV_T4N-HCpGVoy8dNiSZyuURhkbmSn5DNxXQnhYTwa7rFngqSy9zf1DyCiwZwX1pNGKdmE3cRnFpDPRgenewauFGqj5deoPyye2YBA1tAw9mxmBAqk/s1600/Patin-Bakar.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitXZzYyrn2EP-PbSe18HEv-5Wz1qV_T4N-HCpGVoy8dNiSZyuURhkbmSn5DNxXQnhYTwa7rFngqSy9zf1DyCiwZwX1pNGKdmE3cRnFpDPRgenewauFGqj5deoPyye2YBA1tAw9mxmBAqk/s640/Patin-Bakar.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
Patin memang merupakan jenis ikan yang banyak sekali di temukan di Kalimantan ini, maka dari itulah sudah tidak heran lagi jika di Kalimantan ini banyak sekali makanan khas yang terbuat dari ikan patin ini. Makanan yang banyak di sukai dan menjadi favorit di Kalimantan Selatan ini adalah pepes patin dan juga patin bakar. Pepes patin atau yang di Banjarmasin biasa disebut Pais Patin ini, merupakan makanan yang gurih dan juga bumbu yang meresap sehingga enak di santap dengan di damping oleh nasi putih hangat. Sedangkan untuk patin bakarnya, anda bisa menikmati kulit ikan yang kenyal serta bumbu yang meresap sehingga enak di santap. Dua makanan ini menjadi salah satu makanan yang banyak di cari oleh para wisatawan, sehingga anda wajib mencobanya ketika anda sedang berada di Kalimantan Selatan ini.<br />
<br />
Itulah tadi 7 daftar makanan khas Banjar yang bisa anda coba ketika anda sedang berada di Kalimantan selatan. Tentu masih banyak lagi makanan dan wadai atau kue khas dari Kalimantan Selatan ini. Segudang makanan yang lezat dan juga unik khas Banjar wajib anda coba kelezatannya ketika anda sedang berkunjung ke Banjarmasin. Wisata kuliner Kalsel menjadi salah satu jenis wisata yang banyak dilakukan oleh sebagian orang yang menyukai makanan banjar dan "kaganangan" dengan beraneka kue khas yang ada di Kalimantan Selatan ini.
Bagi teman dan dingsanak yang ingin menambahkan rekomendasi wisata kuliner di Kalsel, baik tempat, makanan dan wadai atau kue khas Banjar lainnya, ulun tunggu komentar pian di bawah ini. Sementara menunggu masukan dari pian, ulun menyantap Apam Batil khas Kandangan ini dulu lah ^_^ #salim<br />
<br />
<img alt="Apam Serabi alias Apam Batil - Wisata Kuliner Kalsel" class="aligncenter wp-image-5361 size-medium" src="http://www.bloggerbanua.org/wp-content/uploads/2016/01/12072730_10153716858941473_1110525471195081316_n-520x360.jpg" height="360" width="520" /><br />
<br />
M.Februriyanto/EBO<br />
<br />
Seperti yg dipublish di -> <a href="http://www.bloggerbanua.org/wisata-kuliner-yang-nikmat-di-kalimantan-selatan/" target="_blank">http://www.bloggerbanua.org/wisata-kuliner-yang-nikmat-di-kalimantan-selatan/ </a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-313857250550564430.post-24364389809401970752016-06-30T15:46:00.001+08:002016-07-20T09:51:10.301+08:00Keindahan Wisata Alam Kalimantan SelatanKalimantan Selatan merupakan salah satu daerah yang menawarkan banyak sekali keindahan alam yang sangat indah dan juga masih sangat asri. Kalimantan Selatan ini juga merupakan provinsi yang banyak di jadikan sebagai destinasi untuk berwisata karena keindahan alamnya. Jika anda memang suka jalan-jalan, maka tidak ada salahnya jika anda mencoba untuk mengunjungi berbagai wista alam yang ada di kalimantan selatan ini. Keindahan alam yang sangat asri ini pastinya akan membuat hati anda menjadi lebih tenang dan mata anda pun akan di manjakan dengan pemandangan yang indah dan sangat menyejukkan hati. Wisata alam memang merupakan wisata yang sangat tepat untuk di lakukan sebagai rasa cinta dengan alam ciptaan tuhan yang maha kuasa ini.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtLiPpx51yqj-TYJ2g-uzXjeMwwUb_6JCOlRfCz3cYdeDIbsDox7FMI6h-XS3mQhkadx5R4M6vovhXNo8epGWzqyeqw3Pp7d_AXzx-EarspUJRLR2QSU-8vYmie8yO-O8JEQCm_p-uFpk/s1600/Pesona+terumbu+karang+di+pantai+di+Teluk+Tamiang+di+Kalimantan+Selatan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Pesona terumbu karang di pantai Teluk Tamiang - Kalimantan Selatan." border="0" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtLiPpx51yqj-TYJ2g-uzXjeMwwUb_6JCOlRfCz3cYdeDIbsDox7FMI6h-XS3mQhkadx5R4M6vovhXNo8epGWzqyeqw3Pp7d_AXzx-EarspUJRLR2QSU-8vYmie8yO-O8JEQCm_p-uFpk/s640/Pesona+terumbu+karang+di+pantai+di+Teluk+Tamiang+di+Kalimantan+Selatan.jpg" title="Pesona terumbu karang di pantai Teluk Tamiang - Kalimantan Selatan." width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="irc_su" dir="ltr" style="text-align: left;">Pesona terumbu karang di pantai Teluk Tamiang - Kalimantan Selatan.</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Alam ciptaan tangan Tuhan ini memang tiada duanya, sehingga memang cocok di jadikan sebagai tempat untuk menghilangkan penat dan juga stress yang sedang di alami. Nah, apa saja sih Wisata alam yang bisa di kunjungi di Kalimantan Selatan ini??? Nah, berikut ini adalah tempat-tempat yang indah karunia tuhan yang bisa anda coba kunjungi untuk melepaskan penat :
<br />
<br />
<h3>
1. Air Terjun Panayar</h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;">
<tbody>
<tr>
<td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilryraTOV0Z8H9fGzwwXK1GVDGOYOsU5PsyTDHtxBg07U6-bh6ROZiaW4HXa7nxpZVSvNT-CbOv14KgDzItg-4XuPNueplEA82U9MkNiY0vQRI3bcDpZdlJSbfs1R4IMyB_5bjEUvamUU/s1600/Air+Terjun+Panayar.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Air Terjun Panayar " border="0" height="423" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEilryraTOV0Z8H9fGzwwXK1GVDGOYOsU5PsyTDHtxBg07U6-bh6ROZiaW4HXa7nxpZVSvNT-CbOv14KgDzItg-4XuPNueplEA82U9MkNiY0vQRI3bcDpZdlJSbfs1R4IMyB_5bjEUvamUU/s640/Air+Terjun+Panayar.jpg" title="Air Terjun Panayar " width="640" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td class="tr-caption" style="text-align: center;">Air Terjun Panayar - <span class="st">Aranio, Kab. Banjar</span></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<br />
Bagi anda yang suka dengan wisata air terjun, maka anda pun bisa mengunjungi air terjun panayar ini. Keindahan alam yang alami dan indah menjadi daya tarik yang sangat memikat hati karena keindahannya ini masih sangat asri dan belum terkena sentuhan manusia. Air terjun panayar ini berada di kecamatan Artain tepatnya di desa Aranio. Air terjun ini terletak 30 kilometer dari Martapura dan bisa di tempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor dan di lanjutkan lagi dengan menggunakan kelotok.<br />
<br />
<h3>
2. Waduk Riam Kanan</h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;">
<tbody>
<tr>
<td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimb7cXDkFtk3xnr7-laNHaJiO39gBgS2ajx3fCPai2LQnjzhohVAqsSdFpTkW8lv3lk0jpGxCudSnD2VPXluIz698ex955psTzcOiSRoyrzlpMBCKyIC3k1NAPOXUD_ngN1r7GvxP2ArU/s1600/Waduk+Riam+Kanan.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Waduk Riam Kanan " border="0" height="427" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimb7cXDkFtk3xnr7-laNHaJiO39gBgS2ajx3fCPai2LQnjzhohVAqsSdFpTkW8lv3lk0jpGxCudSnD2VPXluIz698ex955psTzcOiSRoyrzlpMBCKyIC3k1NAPOXUD_ngN1r7GvxP2ArU/s640/Waduk+Riam+Kanan.jpg" title="Waduk Riam Kanan " width="640" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td class="tr-caption" style="text-align: center;">Waduk Riam Kanan - Martapura, Kab. Banjar</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<br />
Bagi anda yang suka berwisata dan masih ada di wilayah Kalimantan selatan, maka anda pun bisa mencoba untuk berkunjung ke wadu riam kanan ini. Waduk riam kanan ini menawarkan banyak keindahan dan juga mengasikkan jika di kunjungi. Nah, hal yang lebih menarik di lokasi wisata ini adalah selain anda bisa bermain di waduk riam kanan ini, maka anda pun bisa mengunjungi pulau pinus 2. Pulau pinus 2 ini merupkan pulau yang ada di tengah-tengah waduk riam kanan ini. di waduk ini tengah-tengahnya banyak di tumbuhi dengan tanaman pinus yang bisa anda kunjungi. Sehingga anda bisa mendapatkan keuntungan lebih.
<br />
<br />
<h3>
3. Pulau Kaget</h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;">
<tbody>
<tr>
<td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhl2iiW_xJe-UKN1fhp-Stw9-39RJLjoaGKLpRw0bM7IAjiYeYkQGxyr1G-XO6DqJFjBJ9ryBvIKr-uzrZfC7EJmIRJyyovrKjqA7IW4PuV9YPRn85LmGRKRPLzTZy8BSQ5JaIIWEatl1A/s1600/Pulau+Kaget.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Pulau Kaget" border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhl2iiW_xJe-UKN1fhp-Stw9-39RJLjoaGKLpRw0bM7IAjiYeYkQGxyr1G-XO6DqJFjBJ9ryBvIKr-uzrZfC7EJmIRJyyovrKjqA7IW4PuV9YPRn85LmGRKRPLzTZy8BSQ5JaIIWEatl1A/s640/Pulau+Kaget.jpg" title="Pulau Kaget" width="640" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pulau Kaget - <span class="st">Tabunganen</span>, Barito Kuala</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<br />
Wisata alam yang menarik dan wajib di kunjungi ketika anda sedang berada di Kalimantan selatan adalah pulau kaget ini. Pulau kaget ini merupakan pulau yang banyak di huni oleh bekantan. Pulau kaget ini merupakan pulau yang berada di tengah sungai barito. Berkunjung ke pulau barito dan mengunjungi pulau kaget ini akan dapat memberikan sensasi tersendiri. Karena anda bisa menikmati pemandangan yang indah di tengah pulau dan di temani dengan Bekantan. Ya pulau kaget ini merupakan pulau habitatnya para Bekantan, sehingga jika anda berkunjung ke sini, anda bisa melihat dan menikmati pola hidup para bekantan dengan leluasa.<br />
<br />
<h3>
4.<span class="irc_su" dir="ltr" style="text-align: left;"> Air Panas Hantakan</span></h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;">
<tbody>
<tr>
<td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6OuOMLzLhyphenhyphenV1Ptc1Dtf8kn-D1-CFOIuUZ1G1rKdrjjn6-0T7_hhS4xnQajVzfxk-qDTaInCJ9CMGrkHm49f8IGZviop50oDPmb1Ei6VqJzzU9Ayk9ZUqz4ouEZc_C4nFGmUGVoKbv7Z4/s1600/Air+Panas+Hantakan.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Air Panas Hantakan" border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6OuOMLzLhyphenhyphenV1Ptc1Dtf8kn-D1-CFOIuUZ1G1rKdrjjn6-0T7_hhS4xnQajVzfxk-qDTaInCJ9CMGrkHm49f8IGZviop50oDPmb1Ei6VqJzzU9Ayk9ZUqz4ouEZc_C4nFGmUGVoKbv7Z4/s640/Air+Panas+Hantakan.jpg" title="Air Panas Hantakan" width="640" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span class="irc_su" dir="ltr" style="text-align: left;">Air Panas Hantakan - Hulu Sungai Tengah</span></td>
</tr>
</tbody>
</table>
<br />
Jika anda sudah lelah berwisata dan juga berkunjung ke berbagai tempat wista yang ada di Kalimantan selatan. Maka saatnya untuk anda memberikan energy kembali untuk tubuh anda. nah cara yang bisa di lakukan adalah dengan berendam di kolam air panas yang bisa mengeendurkan dan juga merelekskan tubuh yang sudah lelah dan pegal-pegal. Di dalam kolam air panas hantakan ini terdapat kandungan belerang, sehingga berendam di kolam air panas hantakan ini bisa membantu menghilangkan berbagai penyakit kulit, seperti panu, kadas dan juga kurap yang kerap tumbuh di kulit dan juga sangat mengganggu. Dengan berendam di kolam air panas hantakan ini, maka selain bisa merilekskan tubuh, segala penyakit kulit yang ada di kulit pun akan segera hilang.<br />
<br />
<h3>
5. Air Terjun Minik Palajau</h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;">
<tbody>
<tr>
<td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbE8HZY2rqKGyIbyJZX3l4Kg8rBowY6OfOn7srLm7LQnWFk6tRKYCyYTYXn45KPTg1lcAVUPh7nw1FEJ8Ys81sHmKpQksdYBbFtZ379Yb3uNgaroU3ZSKBWQH_AwmJY6-gOdkdBDMJoQQ/s1600/Air+Terjun+Minik+Palajau.png" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Air Terjun Minik Palajau" border="0" height="396" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbE8HZY2rqKGyIbyJZX3l4Kg8rBowY6OfOn7srLm7LQnWFk6tRKYCyYTYXn45KPTg1lcAVUPh7nw1FEJ8Ys81sHmKpQksdYBbFtZ379Yb3uNgaroU3ZSKBWQH_AwmJY6-gOdkdBDMJoQQ/s640/Air+Terjun+Minik+Palajau.png" title="Air Terjun Minik Palajau" width="640" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td class="tr-caption" style="text-align: center;">Air Terjun Minik Palajau - Hulu Sungai Tengah</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<br />
Selain air terjun panayar, wisata air terjun yang ada di Kalimantan Selatan yang bisa anda kunjungi dan juga menjadi rekomendasi untuk wisata alam anda adalah dengan mengunjungi air terjun minik palajau ini. Keindahan air terjun minik palajau ini pun sama indahnya dan masih sangat asri. Udara yang sejuk akan sangat terasa dan bisa membuat nyaman siapa saja yang berkunjung ke sini. Gemercik air yang tumpah dari atas pun akan semakin membuat anda terpikat akan keindahan alam ciptaan tuhan yang satu ini. untuk dapat menuju ke air terjun minik palajau ini pun anda harus menggunakan kendaraan roda dua dan di lanjutkan dengan berjalan kaki.<br />
<br />
<h3>
6. Loksado</h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;">
<tbody>
<tr>
<td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDXkx1SaYEWx-mro8jOPHKpj0dlxuQjwtusWUWLicGtz0x4ETzLd0Zv1ZDI26MmSIYGFDrW6YYSS-wCx5sLtQt-RCYMjIFeH9AyoLsPLszI0-85sKYOBIqxchBp79IEr42iYVzPzXGn2E/s1600/Arung+Jeram+Loksado.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="" border="0" height="357" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDXkx1SaYEWx-mro8jOPHKpj0dlxuQjwtusWUWLicGtz0x4ETzLd0Zv1ZDI26MmSIYGFDrW6YYSS-wCx5sLtQt-RCYMjIFeH9AyoLsPLszI0-85sKYOBIqxchBp79IEr42iYVzPzXGn2E/s640/Arung+Jeram+Loksado.jpg" width="640" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td class="tr-caption" style="text-align: center;">Loksado - Hulu Sungai Selatan</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<br />
Nah jika anda suka dengan permainan air dan menikmati keindahan alam, maka anda pun bisa mengunjungi sebuah kecamatan yang ada di kabupaten hulu sungai selaatan yang bernama loksado. Di kecamatan loksado ini banyak terdapat wisata alam yang bisa anda kunjungi. Anda bisa mengunjungi berbagai air terjun, seperti air terjun kilat api atau pun air terjun haratai. Selain bisa mengunjungi air terjun, di loksando ini pun anda bisa bermain wahana air seperti bamboo rafting/ arung jeram, dengan menyusuri sepanjang sungai amandit. Dengan berwisata di loksado ini, maka anda pun bisa berwisata dengan menikmati berbagai keindahan alam sekaligus. Sehingga kecamatan loksado ini bisa di jadikan sebagai destinasi yang sangat rekomended untuk anda yang ingin berwisata dengan menikmati keindahan alam yang bisa menyejukkan hati dan juga merefresh diri and yang sudah lelah dengan hiruk pikut perkotaan dan juga polusi.<br />
<br />
<h3>
7. Pantai Tanjung Kunyit</h3>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;">
<tbody>
<tr>
<td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisgb5Oz6Y4M6N2MF-Yhnawn1Sc12-z8t_O6twsnmKwrMIeYkgfahJNyVYnGG4YZMRFXz8Iq_VT6tKBt7AE7dVuv12Q-Gtf17QZbRK6XngUYpX8iheTKEXI012OhtKrBU94P_AVW-_-6_I/s1600/Pantai+Tanjung+Kunyit.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Pantai Tanjung Kunyit" border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisgb5Oz6Y4M6N2MF-Yhnawn1Sc12-z8t_O6twsnmKwrMIeYkgfahJNyVYnGG4YZMRFXz8Iq_VT6tKBt7AE7dVuv12Q-Gtf17QZbRK6XngUYpX8iheTKEXI012OhtKrBU94P_AVW-_-6_I/s640/Pantai+Tanjung+Kunyit.jpg" title="Pantai Tanjung Kunyit" width="640" /></a></td>
</tr>
<tr>
<td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pantai Tanjung Kunyit - Kotabaru</td>
</tr>
</tbody>
</table>
<br />
Berbicara wisata alam, maka pantai pun bisa menjadi destinasi untuk
anda berwisata.Salah satu <a href="http://www.hobby-smart.com/2016/07/wisata-pantai-yang-menarik-di.html" target="_blank">pantai yang indah</a> dan juga bisa di kunjungi
oleh anda adalah pantai tanjung kunyit ini. di pantai tanjung kunyit
ini, anda bisa menikmati keindahan alam dari atas menara mercusuar. Di
sini, anda bisa menaiki mercusuar dan melihat betapa indahnya alam yang
luar biasa ini. untuk bisa sampai di pantai kunyit ini, anda bisa
mengunjungi pantai teluk tamiyang dan melanjutkan perjalanan dengan
menggunakan perahau yang bisa anda sewa.<br />
<br />
Dengan melakukan kegiatan
wisata alam, maka anda pun akan mendapatkan banyak sensasi yang luar
biasa dan bisa memberikan pengalaman indah yang tidak terlupakan.
Berwisata alam merupakan cara yang sangat tepat untuk anda lakukan jika
anda sudah penat dengan aktivitas yang sangat padat. Dengan mengunjungi
tempat yang indah, sejuk, keasrian memikat hati yang ada di Kalimantan
Selatan ini, maka anda pun bisa pulang dengan keadaan diri fresh dan
juga siap untuk melanjutikan aktivitas kembali. Dengan keadaan tubuh
yang fresh ini, maka semua pekerjaan yang akan anda lakukan akan
berjalan dengan lancar dan tidak anda hambatan. Dengan wisata yang
menyenangkan, maka stress dan juga penat yang melanda anda pun akan
langsung hilang dan juga diri pun akan kembali fresh dan juga hati pun
tenang.<br />
<br />
Seperti yang dipublish di: <a href="http://www.bloggerbanua.org/keindahan-wisata-alam-kalimantan-selatan/">http://www.bloggerbanua.org/keindahan-wisata-alam-kalimantan-selatan/</a>Unknownnoreply@blogger.com0